Kisah Perjuangan Vivit, Mahasiswi UNY yang Dapat Kesempatan Belajar di Jerman
loading...
A
A
A
Mengenai makanan, putri pasangan Khamal dan Maslah itu merasa tidak ada masalah karena mudah beradaptasi dengan makanan lokal.
“Saat awal kedatangan saya di Jerman, memang saya masih nasi, berdasarkan kesepakatan saya dan teman saya, kami membawa beras masing-masing kurang lebih 1Kg dari Indonesia, setidaknya untuk beradaptasi di minggu awal” katanya.
Sejauh ini setiap pagi Vivit sarapan memakai telur rebus setengah matang dan MĂĽsli atau juga bisa dengan salad sayur. MĂĽsli adalah makanan lokal Jerman.
Cara memasaknya, ambil 4 sendok makan MĂĽsli lalu rebus sebentar pakai air sedikit hingga kental, tiriskan ke mangkuk, tambah 1 sendok teh madu, tuang susu kedelai atau susu sapi, ditambah irisan pisang, dan tambahkan buah cery di atasnya sebagai topping.
“Bahan makanan sehat yang mudah ditemui di Supermarket dan dengan harga yang terjangkau membuat saya betah dan tidak ada masalah dengan makanan” tutup Vivit.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
“Saat awal kedatangan saya di Jerman, memang saya masih nasi, berdasarkan kesepakatan saya dan teman saya, kami membawa beras masing-masing kurang lebih 1Kg dari Indonesia, setidaknya untuk beradaptasi di minggu awal” katanya.
Sejauh ini setiap pagi Vivit sarapan memakai telur rebus setengah matang dan MĂĽsli atau juga bisa dengan salad sayur. MĂĽsli adalah makanan lokal Jerman.
Cara memasaknya, ambil 4 sendok makan MĂĽsli lalu rebus sebentar pakai air sedikit hingga kental, tiriskan ke mangkuk, tambah 1 sendok teh madu, tuang susu kedelai atau susu sapi, ditambah irisan pisang, dan tambahkan buah cery di atasnya sebagai topping.
“Bahan makanan sehat yang mudah ditemui di Supermarket dan dengan harga yang terjangkau membuat saya betah dan tidak ada masalah dengan makanan” tutup Vivit.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
(mpw)