Cerita Kuliah UGM Tempo Dulu, Mahasiswa Datang Jam 6 Pagi untuk Dapat Bangku di Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Arsip Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar pameran arsip bertajuk Perkuliahan UGM Tempo Doeloe. Melalui pameran ini dihadirkan juga kondisi perkuliahan di UGM dari tahun 1950-an hingga 1980-an.
Dalam pameran yang dibuka untuk umum pada 11 Agustus hingga 11 September 2022 di Teras Arsip UGM lantai 3 Gedung Perpustakaan UGM, menampilkan berbagai khazanah arsip mulai dari foto, tekstual dan video-video dokumenter yang menggambarkan perkuliahan saat berada di Kompleks Keraton Yogyakarta hingga di Kampus Bulaksumur.
Paling tidak ada sekitar 33 foto, dan 40 arsip tekstual berupa panduan akademik, petunjuk masuk UGM, bicara stadium general, bahan ajar, panduan KKN, panduan pengabdian masyarakat, serta beberapa video dokumenter.
Baca juga: Unnes Sediakan Shuttle Listrik untuk Transportasi Kampus, Cek Rutenya
“Arsip yang kita tampilkan menggambarkan kondisi perkuliahan di tahun 1950-an hingga tahun 1980-an di mana kuliah masih dilakukan di Komplek Keraton Yogyakarta sampai pindah di Bulaksumur,” tutur Arsiparis UGM, Musliichah, dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (13/8/2022).
Ia menjelaskan, pameran diselenggarakan dalam rangka memperingati Dies Natalis Arsip UGM ke-18. Pameran juga diadakan untuk menyambut tahun ajaran baru UGM yang dimulai pertengahan Agustus 2022.
“Lewat pameran ini kita ingin mengajak mahasiswa untuk sejenak melihat potret kuliah di zaman dulu. Mahasiswa kala itu juga menghadapi tantangan dan kesulitan pada zamannya, namun tetap berhasil melewatinya dan harapannya mahasiswa saat ini juga bisa melewati berbagai tantangan yang ada,” paparnya.
Lebih lanjut ia menceritakan pada awal berdirinya UGM, kegiatan perkuliahan diselenggarakan dengan segala keterbatasan. Perkuliahan dilaksanakan tidak terpusat di satu lokasi, tetapi tersebar di sejumlah tempat yang berada di kompleks Keraton Yogyakarta, Ngasem, Mangkubumen, Kadipaten, dan Jetis.
Dalam Laporan Tahunan Rektor UGM tahun 1950-an diceritakan kondisi perkuliahan saat itu. Di Kampus Kadipaten, kamar kereta disulap menjadi poliklinik, kamar penjaga menjadi laboratorium bakteriologi, kamar pelayan menjadi laboratorium kimia, dan kandang kuda menjadi rumah sakit. Sitihinggil dan Pagelaran dirombak menjadi aula, ruang kuliah, dan kantor Fakultas HESP.
Sementara perkuliahan di Sitihinggil menampung 1.000 mahasiswa. Dengan jumlah mahasiswa yang cukup besar dan tempat terbuka membuat dosen kesulitan saat memberi ujian dan tentamen. Alhasil, para mahasiswa harus berdesakan untuk mendapatkan tempat.
Dalam pameran yang dibuka untuk umum pada 11 Agustus hingga 11 September 2022 di Teras Arsip UGM lantai 3 Gedung Perpustakaan UGM, menampilkan berbagai khazanah arsip mulai dari foto, tekstual dan video-video dokumenter yang menggambarkan perkuliahan saat berada di Kompleks Keraton Yogyakarta hingga di Kampus Bulaksumur.
Paling tidak ada sekitar 33 foto, dan 40 arsip tekstual berupa panduan akademik, petunjuk masuk UGM, bicara stadium general, bahan ajar, panduan KKN, panduan pengabdian masyarakat, serta beberapa video dokumenter.
Baca juga: Unnes Sediakan Shuttle Listrik untuk Transportasi Kampus, Cek Rutenya
“Arsip yang kita tampilkan menggambarkan kondisi perkuliahan di tahun 1950-an hingga tahun 1980-an di mana kuliah masih dilakukan di Komplek Keraton Yogyakarta sampai pindah di Bulaksumur,” tutur Arsiparis UGM, Musliichah, dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (13/8/2022).
Ia menjelaskan, pameran diselenggarakan dalam rangka memperingati Dies Natalis Arsip UGM ke-18. Pameran juga diadakan untuk menyambut tahun ajaran baru UGM yang dimulai pertengahan Agustus 2022.
“Lewat pameran ini kita ingin mengajak mahasiswa untuk sejenak melihat potret kuliah di zaman dulu. Mahasiswa kala itu juga menghadapi tantangan dan kesulitan pada zamannya, namun tetap berhasil melewatinya dan harapannya mahasiswa saat ini juga bisa melewati berbagai tantangan yang ada,” paparnya.
Lebih lanjut ia menceritakan pada awal berdirinya UGM, kegiatan perkuliahan diselenggarakan dengan segala keterbatasan. Perkuliahan dilaksanakan tidak terpusat di satu lokasi, tetapi tersebar di sejumlah tempat yang berada di kompleks Keraton Yogyakarta, Ngasem, Mangkubumen, Kadipaten, dan Jetis.
Dalam Laporan Tahunan Rektor UGM tahun 1950-an diceritakan kondisi perkuliahan saat itu. Di Kampus Kadipaten, kamar kereta disulap menjadi poliklinik, kamar penjaga menjadi laboratorium bakteriologi, kamar pelayan menjadi laboratorium kimia, dan kandang kuda menjadi rumah sakit. Sitihinggil dan Pagelaran dirombak menjadi aula, ruang kuliah, dan kantor Fakultas HESP.
Sementara perkuliahan di Sitihinggil menampung 1.000 mahasiswa. Dengan jumlah mahasiswa yang cukup besar dan tempat terbuka membuat dosen kesulitan saat memberi ujian dan tentamen. Alhasil, para mahasiswa harus berdesakan untuk mendapatkan tempat.