DPPM UI Luncurkan 318 Kegiatan Bantu Pemulihan Pasca Pandemi
loading...
A
A
A
DEPOK - Universitas Indonesia (UI) melaksanakan salah satu fungsi Tridarma Pendidikan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat (pengmas). Tahun ini ada 318 kegiatan pengmas yang digelar di 10 lokasi.
Lingkup daerahnya meliputi Likupang, Banyuwangi, Buleleng, Lombok Timur, Labuan Bajo, Sumedang dan Bekasi. Ada hal berbeda dari pengmas tahun ini di mana pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi.
“Pengmas tahun 2022 ini tentu saja berbeda dari yang sebelumnya, terutama cara penyelenggaraan sangat disesuaikan dengan konteks yang dihadapi oleh masyarakat saat ini,” kata Sekretaris UI Agustin Kusumayati saat acara peluncuran Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI dengan tema ‘UI Mengabdi Bagimu Negeri, Bangkit Lebih Kuat’ di Makara Art Center, Senin (15/8/2022).
Baca juga: Puskamnas Ubhara Jaya Harap Gen Z Waspada Penyebaran Radikalisme Melalui Media Sosial
Dari pandemi ini, metode pengmas yang dilakukan pun mengalami perubahan. Penekanannya kini memanfaatkan kecanggihan teknologi. Pengmas tahun ini juga difokuskan untuk membantu pemulihan masyarakat pasca pandemi. “Saat ini kami membantu masyarakat terutama untuk bisa recovery setelah mengalami pandemi Covid-19 yang menimpa banyak sekali aspek kehidupan,” ujarnya.
Pengmas UI tahun ini dibagi dalam empat kategori. Yaitu bidang kesehatan, pemulihan ekonomi, pemanfaatan teknologi dan budaya. Kondisi pasca pandemi ini membuat para pengabdi terketuk untuk membantu masyarakat untuk tetap kuat dan pulih kembali sehingga dapat bersama menjadi berdaya.
Yang tak kalah penting juga untuk tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Pemanfaatan teknologi juga menjadi hal yang diperhatikan karena terjadi pergeseran cara interaksi dari tatap muka menjadi interaksi jarak jauh.
“Kalau dilihat dari tahun ke tahun, sekarang ini kita banyak pengalaman dalam 2,5 tahun pandemi, aspek teknologi menjadi tepat guna dan yang sangat diutamakan,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) UI, Agung Waluyo menambahkan, sebanyak 40 persen program pengabdian difokuskan pada pemulihan ekonomi akibat dampak dari kondisi pandemi.
Kemudian sebanyak 30 persen difokuskan pada masalah kesehatan dan sisanya terkait dengan keberlangsungan kehidupan bumi. Pemanfaatan teknologi menjadi penting dalam ratusan program pengmas untuk melibatkan masyarakat yang ada di daerah tujuan pengmas.
Baca juga: Peneliti ITB: Belajar sambil Bermain Paling Cocok untuk Mendidik Generasi Z
“Teknologi informatika yang digunakan seperti pada saat kita membuat program masyarakat kita melibatkan masyarakat di dalam perencanaan penyelesaian masalah mereka karena tidak mungkin bisa terlaksana dengan baik. Dan masyarakat terlibat secara utuh jika mereka tidak dilibatkan di dalam perencanaan awal identifikasi masalah yang mereka mungkin merasakan atau mungkin mereka belum merasakan dan kita hadir di sana untuk membuat itu merupakan kondisi masalah kesehatan yang ataupun masalah ekonomi,” katanya.
Agar program berjalan baik dan dirasakan masyarakat, ada banyak dosen pengabdi dan mahasiswa serta alumni yang terlibat. Agus menyebut, ada 550 dosen dan 600 mahasiswa serta alumni yang terlibat dalam program pengmas 2022.
“Kita melibatkan alumni untuk bisa melakukan monitoring dan evaluasi pada saat kegiatan dilaksanakan. Tujuannya kita ingin melihat apakah sudah terjadi perubahan pada masyarakatnya dengan melakukan kegiatan evaluasi menggunakan teknologi daring. Kita pun bersyukur Alhamdulillah dengan pandemi ini kita dibuka kaca mata bahwa teknologi pertemuan itu bisa sama efektif melalui daring,” ungkapnya.
Program yang dilakukan sebagian besarnya adalah yang telah berjalan. Artinya, program tersebut harus berkelanjutan sehingga hasilnya bisa benar dirasakan masyarakat. “Ini adalah program berkelanjutan karena kita tidak mau hit and run,” pungkasnya.
Lingkup daerahnya meliputi Likupang, Banyuwangi, Buleleng, Lombok Timur, Labuan Bajo, Sumedang dan Bekasi. Ada hal berbeda dari pengmas tahun ini di mana pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi.
“Pengmas tahun 2022 ini tentu saja berbeda dari yang sebelumnya, terutama cara penyelenggaraan sangat disesuaikan dengan konteks yang dihadapi oleh masyarakat saat ini,” kata Sekretaris UI Agustin Kusumayati saat acara peluncuran Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI dengan tema ‘UI Mengabdi Bagimu Negeri, Bangkit Lebih Kuat’ di Makara Art Center, Senin (15/8/2022).
Baca juga: Puskamnas Ubhara Jaya Harap Gen Z Waspada Penyebaran Radikalisme Melalui Media Sosial
Dari pandemi ini, metode pengmas yang dilakukan pun mengalami perubahan. Penekanannya kini memanfaatkan kecanggihan teknologi. Pengmas tahun ini juga difokuskan untuk membantu pemulihan masyarakat pasca pandemi. “Saat ini kami membantu masyarakat terutama untuk bisa recovery setelah mengalami pandemi Covid-19 yang menimpa banyak sekali aspek kehidupan,” ujarnya.
Pengmas UI tahun ini dibagi dalam empat kategori. Yaitu bidang kesehatan, pemulihan ekonomi, pemanfaatan teknologi dan budaya. Kondisi pasca pandemi ini membuat para pengabdi terketuk untuk membantu masyarakat untuk tetap kuat dan pulih kembali sehingga dapat bersama menjadi berdaya.
Yang tak kalah penting juga untuk tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Pemanfaatan teknologi juga menjadi hal yang diperhatikan karena terjadi pergeseran cara interaksi dari tatap muka menjadi interaksi jarak jauh.
“Kalau dilihat dari tahun ke tahun, sekarang ini kita banyak pengalaman dalam 2,5 tahun pandemi, aspek teknologi menjadi tepat guna dan yang sangat diutamakan,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) UI, Agung Waluyo menambahkan, sebanyak 40 persen program pengabdian difokuskan pada pemulihan ekonomi akibat dampak dari kondisi pandemi.
Kemudian sebanyak 30 persen difokuskan pada masalah kesehatan dan sisanya terkait dengan keberlangsungan kehidupan bumi. Pemanfaatan teknologi menjadi penting dalam ratusan program pengmas untuk melibatkan masyarakat yang ada di daerah tujuan pengmas.
Baca juga: Peneliti ITB: Belajar sambil Bermain Paling Cocok untuk Mendidik Generasi Z
“Teknologi informatika yang digunakan seperti pada saat kita membuat program masyarakat kita melibatkan masyarakat di dalam perencanaan penyelesaian masalah mereka karena tidak mungkin bisa terlaksana dengan baik. Dan masyarakat terlibat secara utuh jika mereka tidak dilibatkan di dalam perencanaan awal identifikasi masalah yang mereka mungkin merasakan atau mungkin mereka belum merasakan dan kita hadir di sana untuk membuat itu merupakan kondisi masalah kesehatan yang ataupun masalah ekonomi,” katanya.
Agar program berjalan baik dan dirasakan masyarakat, ada banyak dosen pengabdi dan mahasiswa serta alumni yang terlibat. Agus menyebut, ada 550 dosen dan 600 mahasiswa serta alumni yang terlibat dalam program pengmas 2022.
“Kita melibatkan alumni untuk bisa melakukan monitoring dan evaluasi pada saat kegiatan dilaksanakan. Tujuannya kita ingin melihat apakah sudah terjadi perubahan pada masyarakatnya dengan melakukan kegiatan evaluasi menggunakan teknologi daring. Kita pun bersyukur Alhamdulillah dengan pandemi ini kita dibuka kaca mata bahwa teknologi pertemuan itu bisa sama efektif melalui daring,” ungkapnya.
Program yang dilakukan sebagian besarnya adalah yang telah berjalan. Artinya, program tersebut harus berkelanjutan sehingga hasilnya bisa benar dirasakan masyarakat. “Ini adalah program berkelanjutan karena kita tidak mau hit and run,” pungkasnya.
(nnz)