Jurusan Radiologi, Lulusannya Banyak Dicari di Dunia Medis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jurusan radiologi bisa menjadi rekomendasi memilih jurusan di perguruan tinggi. Lulusannya pun banyak dicari di dunia medis karena keahlian spesifiknya dibutuhkan pada unit radiologi.
Tenaga medis di sebuah rumah sakit itu tidak hanya ada dokter maupun perawat saja. Namun ada juga petugas kesehatan yang mengoperasikan peralatan rontgen di dalam ruang periksa.
Nah, para petugas kesehatan yang bekerja di Instalasi Radiologi ini dulunya mengambil kuliah di jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Baca juga: Mahasiswa Unair Ciptakan Ring Jantung Bioreseorbable Atasi Penyakit Akibat Kolesterol
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi memang lebih sering dikenal sebagai Radiologi, sebuah jurusan yang beda jauh dari konsep jurusan atau fakultas pada umumnya ditingkat perguruan tinggi. Apa bedanya?
Dikutip dari laman Aku Pintar, radiologi merupakan jenjang pendidikan D3 dan D4. Lulusan Diploma 3 bergelar Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi, sedangkan lulusan D4 bergelar Sarjana Sains Terapan (S.ST).
Barangkali karena program vokasi, di mana porsi praktiknya lebih banyak ketimbang teori, maka lulusan Diploma 4 Radiologi sudah bergelar sarjana.
Bila masuk sebagai mahasiswa D3, nantinya mahasiswa bisa alih jenjang ke D4 dan memilih spesifikasi ke CT Scan, USG, MRI, Kedokteran Nuklir, Radioterapi, dan lain-lain.
Tapi jika lebih tertarik pada jenjang S1, kalian bisa melanjutkan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat pada Jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kesehatan Masyarakat, atau Fisika Medis. Pada jurusan-jurusan tersebut, kalian akan mendapat porsi teori yang lebih banyak.
Menjadi Seorang Radiografer
Setelah menyelesaikan pendidikan Radiodiagnostik dan Radioterapi, kalian memiliki kecakapan dan keahlian untuk menjadi seorang Radiografer.
Perlu kamu tahu, profesi ini sangat dibutuhkan seiring dengan bertambahnya jumlah rumah sakit dan klinik kesehatan. Jangan dikira cuma dokter dan perawat yang dibutuhkan di dunia medis, ya!
Meskipun kebutuhan akan tenaga Radiografer cukup tinggi, orang masih enggan terlibat di bidang ini karena kekhawatiran pada risiko paparan radiasi.
Baca juga: Beasiswa BCA Tawarkan Kuliah Gratis hingga Kesempatan Kerja
Tak bisa dipungkiri risiko radiasi memang ada, tapi kalian akan diajari untuk bekerja secara aman pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Tentang mata kuliah, kalian akan ketemu dengan Matematika, Fisika Radiasi, Anatomi Rontgen, Patologi Anatomi, Fisika Imaging, dan masih banyak lagi. Selain itu juga akan bertemu dengan buku-buku teks berbahasa Inggris dan Latin.
Untuk menjadi seorang Radiografer, harus memiliki Surat Izin Radiografer dan Surat Izin Kerja Radiografer dari Persatuan Ahli Radiografi Indonesia (PARI).
Tapi kalian tak harus menjadi seorang Radiografer, kok. Alumni Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (TRO) bisa menjadi Terapis Radiologi, Ahli Teknologi Pengobatan Nuklir, dan lain-lain.
Radiologi di Indonesia
Jika tertarik menjadi calon mahasiswa Radiologi, berikutnya kita perlu menentukan tempat kuliah yang tepat. Ada banyak perguruan tinggi yang memiliki Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, di antaranya adalah Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, Politeknik Kesehatan Jakarta II, Universitas Airlangga, dan masih banyak lagi.
Tenaga medis di sebuah rumah sakit itu tidak hanya ada dokter maupun perawat saja. Namun ada juga petugas kesehatan yang mengoperasikan peralatan rontgen di dalam ruang periksa.
Nah, para petugas kesehatan yang bekerja di Instalasi Radiologi ini dulunya mengambil kuliah di jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Baca juga: Mahasiswa Unair Ciptakan Ring Jantung Bioreseorbable Atasi Penyakit Akibat Kolesterol
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi memang lebih sering dikenal sebagai Radiologi, sebuah jurusan yang beda jauh dari konsep jurusan atau fakultas pada umumnya ditingkat perguruan tinggi. Apa bedanya?
Dikutip dari laman Aku Pintar, radiologi merupakan jenjang pendidikan D3 dan D4. Lulusan Diploma 3 bergelar Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi, sedangkan lulusan D4 bergelar Sarjana Sains Terapan (S.ST).
Barangkali karena program vokasi, di mana porsi praktiknya lebih banyak ketimbang teori, maka lulusan Diploma 4 Radiologi sudah bergelar sarjana.
Bila masuk sebagai mahasiswa D3, nantinya mahasiswa bisa alih jenjang ke D4 dan memilih spesifikasi ke CT Scan, USG, MRI, Kedokteran Nuklir, Radioterapi, dan lain-lain.
Tapi jika lebih tertarik pada jenjang S1, kalian bisa melanjutkan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat pada Jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kesehatan Masyarakat, atau Fisika Medis. Pada jurusan-jurusan tersebut, kalian akan mendapat porsi teori yang lebih banyak.
Menjadi Seorang Radiografer
Setelah menyelesaikan pendidikan Radiodiagnostik dan Radioterapi, kalian memiliki kecakapan dan keahlian untuk menjadi seorang Radiografer.
Perlu kamu tahu, profesi ini sangat dibutuhkan seiring dengan bertambahnya jumlah rumah sakit dan klinik kesehatan. Jangan dikira cuma dokter dan perawat yang dibutuhkan di dunia medis, ya!
Meskipun kebutuhan akan tenaga Radiografer cukup tinggi, orang masih enggan terlibat di bidang ini karena kekhawatiran pada risiko paparan radiasi.
Baca juga: Beasiswa BCA Tawarkan Kuliah Gratis hingga Kesempatan Kerja
Tak bisa dipungkiri risiko radiasi memang ada, tapi kalian akan diajari untuk bekerja secara aman pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Tentang mata kuliah, kalian akan ketemu dengan Matematika, Fisika Radiasi, Anatomi Rontgen, Patologi Anatomi, Fisika Imaging, dan masih banyak lagi. Selain itu juga akan bertemu dengan buku-buku teks berbahasa Inggris dan Latin.
Untuk menjadi seorang Radiografer, harus memiliki Surat Izin Radiografer dan Surat Izin Kerja Radiografer dari Persatuan Ahli Radiografi Indonesia (PARI).
Tapi kalian tak harus menjadi seorang Radiografer, kok. Alumni Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (TRO) bisa menjadi Terapis Radiologi, Ahli Teknologi Pengobatan Nuklir, dan lain-lain.
Radiologi di Indonesia
Jika tertarik menjadi calon mahasiswa Radiologi, berikutnya kita perlu menentukan tempat kuliah yang tepat. Ada banyak perguruan tinggi yang memiliki Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, di antaranya adalah Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, Politeknik Kesehatan Jakarta II, Universitas Airlangga, dan masih banyak lagi.
(nnz)