ITS Bantu Kelola Keanekaragaman Bambu Berbasis QR Code
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guna lebih meningkatkan wawasan masyarakat lokal dan memacu daya tarik wisatawan, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) ITS berupaya untuk mengelola inventarisasi jenis-jenis bambu. Dengan berbasis teknologi, tim membuat website dan kode Quick Response (QR) sebagai tempat inventarisasi jenis-jenis bambu tersebut.
Koordinator tim KKN Abmas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Muhammad Zamharir Rojafi mengungkapkan, kegiatan timnya ini difokuskan di Boonpring, Desa Sanankerto, Kabupaten Malang. Menurutnya, karena pemerintah Desa Sanankerto sedang memperbanyak jenis bambu yang ada di hutan bambu kawasan Boonpring sejak ditetapkan menjadi arboretum atau hutan botani.
Baca juga: Salut, Guru Besar UNY Bangun Masjid dengan Royalti Buku
Dikatakannya, hutan seluas 20 hektare tersebut memiliki keunikan dan potensi yang besar. “Selain sebagai destinasi tujuan wisata, hutan ini juga digunakan sebagai pusat penelitian dan konservasi tumbuhan bambu,” tuturnya, melalui siaran pers, Senin (19/9/2022).
Ari melanjutkan, arboretum serta laboratorium bambu di Boonpring, Desa Sanankerto ini dikembangkan sebagai pusat pembibitan dan pelestarian bambu langka. Sebagai kawasan wisata edukasi lingkungan, arboretum bambu Boonpring seharusnya mampu menyediakan informasi yang lengkap mengenai data jenis-jenis bambu beserta potensinya. “Akan tetapi, arboretum Boonpring di Desa Sanankerto belum memiliki hal tersebut,” ungkapnya.
Tim KKN Abmas yang diketuai oleh dosen Departemen Biologi ITS Indah Trisnawati Dwi Tjahjaningrum melakukan observasi dan inventarisasi bambu, sehingga menghasilkan data keanekaragaman dan klasifikasi setiap jenis bambu. Sebanyak 87 dari total 115 jenis bambu yang telah dilakukan observasi. “Observasi dilaksanakan selama tiga hari, yaitu pada tanggal 27 hingga 29 Juni lalu,” ujar Ari.
Setelah dilakukan observasi dan penelitian, tim membuat inventarisasi berupa data bambu yang terdiri dari karakteristik morfologi, nama ilmiah, kegunaan, dan status konservasi bambu. “Selanjutnya, data tersebut akan ditautkan pada website penyedia informasi, kemudian diintegrasikan dengan sistem informasi inventarisasi bambu,” jelas mahasiswa Departemen Biologi tersebut.
Baca juga: Mengenal Sejarah Berdirinya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Nantinya, sistem informasi inventarisasi bambu akan dimanfaatkan oleh pengelola wisata dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengelola data bambu yang mereka miliki. Selain itu, sistem informasi juga dapat digunakan oleh pengunjung yang ingin mengetahui dan belajar tentang jenis-jenis bambu di arboretum Boonpring. “Setiap jenis bambu akan dipasang papan yang berisi jenis bambu dan QR Code yang berisi informasi detail bambu tersebut,” terangnya.
Tim KKN Abmas ini beranggotakan 19 orang yang terdiri dari 15 mahasiswa Departemen Biologi dan 4 mahasiswa Departemen Teknik Informatika. Saat ini, tim KKN Abmas ini sedang dalam proses pengerjaan tahap akhir, yaitu integrasi QR Code dengan database. “Targetnya, tahap akhir akan selesai pada September ini sehingga sosialisasi sistem informasi bisa segera dilakukan kepada pengelola wisata,” imbuh Ari.
Melalui sistem informasi ini, Ari mewakili tim KKN Abmas ITS tersebut berharap bisa memfasilitasi semua orang baik wisatawan, peneliti, maupun warga lokal yang membutuhkan informasi seputar pohon bambu. “Kita juga berharap masyarakat lokal bisa memanfaatkan teknologi informasi ini untuk menaikkan perekonomian warga sekitar,” pungkasnya penuh harap.
Koordinator tim KKN Abmas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Muhammad Zamharir Rojafi mengungkapkan, kegiatan timnya ini difokuskan di Boonpring, Desa Sanankerto, Kabupaten Malang. Menurutnya, karena pemerintah Desa Sanankerto sedang memperbanyak jenis bambu yang ada di hutan bambu kawasan Boonpring sejak ditetapkan menjadi arboretum atau hutan botani.
Baca juga: Salut, Guru Besar UNY Bangun Masjid dengan Royalti Buku
Dikatakannya, hutan seluas 20 hektare tersebut memiliki keunikan dan potensi yang besar. “Selain sebagai destinasi tujuan wisata, hutan ini juga digunakan sebagai pusat penelitian dan konservasi tumbuhan bambu,” tuturnya, melalui siaran pers, Senin (19/9/2022).
Ari melanjutkan, arboretum serta laboratorium bambu di Boonpring, Desa Sanankerto ini dikembangkan sebagai pusat pembibitan dan pelestarian bambu langka. Sebagai kawasan wisata edukasi lingkungan, arboretum bambu Boonpring seharusnya mampu menyediakan informasi yang lengkap mengenai data jenis-jenis bambu beserta potensinya. “Akan tetapi, arboretum Boonpring di Desa Sanankerto belum memiliki hal tersebut,” ungkapnya.
Tim KKN Abmas yang diketuai oleh dosen Departemen Biologi ITS Indah Trisnawati Dwi Tjahjaningrum melakukan observasi dan inventarisasi bambu, sehingga menghasilkan data keanekaragaman dan klasifikasi setiap jenis bambu. Sebanyak 87 dari total 115 jenis bambu yang telah dilakukan observasi. “Observasi dilaksanakan selama tiga hari, yaitu pada tanggal 27 hingga 29 Juni lalu,” ujar Ari.
Setelah dilakukan observasi dan penelitian, tim membuat inventarisasi berupa data bambu yang terdiri dari karakteristik morfologi, nama ilmiah, kegunaan, dan status konservasi bambu. “Selanjutnya, data tersebut akan ditautkan pada website penyedia informasi, kemudian diintegrasikan dengan sistem informasi inventarisasi bambu,” jelas mahasiswa Departemen Biologi tersebut.
Baca juga: Mengenal Sejarah Berdirinya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Nantinya, sistem informasi inventarisasi bambu akan dimanfaatkan oleh pengelola wisata dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengelola data bambu yang mereka miliki. Selain itu, sistem informasi juga dapat digunakan oleh pengunjung yang ingin mengetahui dan belajar tentang jenis-jenis bambu di arboretum Boonpring. “Setiap jenis bambu akan dipasang papan yang berisi jenis bambu dan QR Code yang berisi informasi detail bambu tersebut,” terangnya.
Tim KKN Abmas ini beranggotakan 19 orang yang terdiri dari 15 mahasiswa Departemen Biologi dan 4 mahasiswa Departemen Teknik Informatika. Saat ini, tim KKN Abmas ini sedang dalam proses pengerjaan tahap akhir, yaitu integrasi QR Code dengan database. “Targetnya, tahap akhir akan selesai pada September ini sehingga sosialisasi sistem informasi bisa segera dilakukan kepada pengelola wisata,” imbuh Ari.
Melalui sistem informasi ini, Ari mewakili tim KKN Abmas ITS tersebut berharap bisa memfasilitasi semua orang baik wisatawan, peneliti, maupun warga lokal yang membutuhkan informasi seputar pohon bambu. “Kita juga berharap masyarakat lokal bisa memanfaatkan teknologi informasi ini untuk menaikkan perekonomian warga sekitar,” pungkasnya penuh harap.
(nnz)