Haedar Nashir di Hadapan Mahasiswa UMJ: Kita Perlu Memiliki Almamater Pride
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. KH. Haedar Nashir hadir pada Hari Bermuhammadiyah 3. Ia juga meresmikan Masjid KH. M. Yunus Anis di Gedung Cendekia Center Universitas Muhammadiyah Jakarta ( UMJ ), Sabtu (15/10/2022).
Haedar menandatangani prasasti peresmian masjid dan disaksikan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. KH. Abdul Mu’ti, Wakil Ketua MPR RI Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, Sekretaris BPH UMJ, Prof. Agus Suradika, Direktur Trans Jakarta M. Yana Aditya, Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod, beserta jajarannya, dan seluruh civitas akademika UMJ.
Baca juga: Empat Peran Mahasiswa dalam Menghadapi Bonus Demografi
Nama KH. M. Yunus Anis sebagai nama masjid diinisiasi oleh Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod. Yunus Anis merupakan tokoh Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum periode 1959-1962. “Saya sangat senang hari ini, bisa duduk bersama merayakan Hari Bermuhammadiyah bersama orang-orang hebat. Dalam rangka peresmian masjid ini saya sangat berterima kasih kepada seluruh civitas yang hadir dan menyaksikan peresmian ini," jelas Ma'mun, melalui keterangan resmi, Sabtu (15/10/2022).
Pada kesempatan tersebut, di hadapan civitas akademika UMJ dan 243 mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka dari seluruh Indonesia, Haedar mengatakan, mahasiswa Muhammadiyah harus memiliki Almamater Pride atau Muhammadiyah Pride. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah patut berbangga karena menjadi bagian dari 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah yang berkualitas dan berdaya saing.
Muhammadiyah sudah menjalani kehidupan berdakwah lebih dari 1 abad, mengajak orang untuk tu’minuna billah atau transendensi yakni dakwah mengembangkan misi tajdid. Dakwah Muhammadiyah yang dahulu menemui tantangan berupa tentangan dari masyarakat, kini tumbuh menjadi gerakan yang melembaga begitu kuat. “Tidak ada organisasi yang kuat sistem kelembagaannya dan menyebar luas kecuali Muhammadiyah,” kata Haedar.
Haedar menjelaskan, Muhammadiyah menampilkan Islam sebagai diinul amal yakni agama yang melahirkan perbuatan dan amaliyah nyata yang membawa kemajuan hidup. Amaliah yang bukan hanya bermanfaat bagi umat Islam tapi juga seluruh bangsa Indonesia tanpa memandang suku, agama, dan ras tertentu.
“Muhammadiyah di NTT punya Universitas Muhammadiyah Kupang yang 80% mahasiswanya Kristen dan Katolik. Saat ini jumlahnya 7000 mahasiswa,” kata Haedar menjelaskan tentang dakwah amaliyah Muhammadiyah di bidang pendidikan.
Berkenaan dengan peresmian masjid, Haedar menjelaskan bahwa masjid memiliki banyak fungsi. Masjid sebagai tempat ibadah mahdhah yang memenuhi kebutuhan ruhaniah. Hubungan antara manusia dengan Tuhan yakni habluminallah akan selalu terjaga sebagai sumber kehidupan.
Baca juga: Pentingnya Tiga Langkah Ini untuk Fresh Graduate Memulai Karier
Masjid juga menjadi tempat untuk memikirkan masa depan umat yakni yang berhubungan dengan relasi sosial atau habluminannas. “Dari masjid kita bisa bermusyawarah memperbincangkan masa depan urusan-urusan muamalah, tapi secara khusus masjid adalah simbol dari ruhani keislaman kita,” kata Haedar.
Haedar menandatangani prasasti peresmian masjid dan disaksikan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. KH. Abdul Mu’ti, Wakil Ketua MPR RI Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, Sekretaris BPH UMJ, Prof. Agus Suradika, Direktur Trans Jakarta M. Yana Aditya, Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod, beserta jajarannya, dan seluruh civitas akademika UMJ.
Baca juga: Empat Peran Mahasiswa dalam Menghadapi Bonus Demografi
Nama KH. M. Yunus Anis sebagai nama masjid diinisiasi oleh Rektor UMJ, Dr. Ma’mun Murod. Yunus Anis merupakan tokoh Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum periode 1959-1962. “Saya sangat senang hari ini, bisa duduk bersama merayakan Hari Bermuhammadiyah bersama orang-orang hebat. Dalam rangka peresmian masjid ini saya sangat berterima kasih kepada seluruh civitas yang hadir dan menyaksikan peresmian ini," jelas Ma'mun, melalui keterangan resmi, Sabtu (15/10/2022).
Pada kesempatan tersebut, di hadapan civitas akademika UMJ dan 243 mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka dari seluruh Indonesia, Haedar mengatakan, mahasiswa Muhammadiyah harus memiliki Almamater Pride atau Muhammadiyah Pride. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah patut berbangga karena menjadi bagian dari 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah yang berkualitas dan berdaya saing.
Muhammadiyah sudah menjalani kehidupan berdakwah lebih dari 1 abad, mengajak orang untuk tu’minuna billah atau transendensi yakni dakwah mengembangkan misi tajdid. Dakwah Muhammadiyah yang dahulu menemui tantangan berupa tentangan dari masyarakat, kini tumbuh menjadi gerakan yang melembaga begitu kuat. “Tidak ada organisasi yang kuat sistem kelembagaannya dan menyebar luas kecuali Muhammadiyah,” kata Haedar.
Haedar menjelaskan, Muhammadiyah menampilkan Islam sebagai diinul amal yakni agama yang melahirkan perbuatan dan amaliyah nyata yang membawa kemajuan hidup. Amaliah yang bukan hanya bermanfaat bagi umat Islam tapi juga seluruh bangsa Indonesia tanpa memandang suku, agama, dan ras tertentu.
“Muhammadiyah di NTT punya Universitas Muhammadiyah Kupang yang 80% mahasiswanya Kristen dan Katolik. Saat ini jumlahnya 7000 mahasiswa,” kata Haedar menjelaskan tentang dakwah amaliyah Muhammadiyah di bidang pendidikan.
Berkenaan dengan peresmian masjid, Haedar menjelaskan bahwa masjid memiliki banyak fungsi. Masjid sebagai tempat ibadah mahdhah yang memenuhi kebutuhan ruhaniah. Hubungan antara manusia dengan Tuhan yakni habluminallah akan selalu terjaga sebagai sumber kehidupan.
Baca juga: Pentingnya Tiga Langkah Ini untuk Fresh Graduate Memulai Karier
Masjid juga menjadi tempat untuk memikirkan masa depan umat yakni yang berhubungan dengan relasi sosial atau habluminannas. “Dari masjid kita bisa bermusyawarah memperbincangkan masa depan urusan-urusan muamalah, tapi secara khusus masjid adalah simbol dari ruhani keislaman kita,” kata Haedar.