Kisah Triyanto, Guru Tuna Netra yang Harus Menempuh Jarak 70 KM demi Mengajar di Madrasah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Triyanto, guru disabilitas netra pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Sleman, Yogyakarta, menceritakan pengalamannya selama mengajar. Keterbatasan fisik tidak menyurutkan dedikasinya untuk mengemban amanah sebagai ASN, mengajar di MAN 4 Sleman.
Di hadapan para finalis Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan ( GTK ) Madrasah Tahun 2022, Triyanto menceritakan kegiatan sehari-harinya dalam menjalankan aktifitas sebagai guru.
“Bapak Ibu sekalian mungkin heran mengapa saya harus diantar di tempat ini, karena terang benderangnya ruangan ini tak berarti apa-apa bagi saya. Karena saya seorang tuna netra sejak usia 7 tahun," ungkap Triyanto seperti dilansir dari laman resmi Kemenag, Minggu (4/12/2022).
"Pastinya banyak suka duka, namun keadaan inilah yang membuat saya bisa berdiri di tempat ini,” sambungnya.
Dari 2009, kata Triyanto, ia mengabdi menjadi guru di SLB selama 10 tahun. Pada 2019, ia ditetapkan menjadi ASN dan ditempatkan di MAN 4 Sleman sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Jarak dari rumah ke madrasah cukup jauh, sekitar 35 km satu kali jalan. Artinya, jika pergi pulang, jarak yang harus ditempuh mencapai 70 km untuk mengajar.
Triyanto yakin, dedikasi dan semangat dalam mengajar itulah yang mengantarkan dirinya menjadi finalis Guru Berdedikatif pada Anugerah GTK Madrasah Tahun 2022 tingkat Nasional.
Motivasi Ikut Anugerah GTK
Di hadapan para finalis Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan ( GTK ) Madrasah Tahun 2022, Triyanto menceritakan kegiatan sehari-harinya dalam menjalankan aktifitas sebagai guru.
“Bapak Ibu sekalian mungkin heran mengapa saya harus diantar di tempat ini, karena terang benderangnya ruangan ini tak berarti apa-apa bagi saya. Karena saya seorang tuna netra sejak usia 7 tahun," ungkap Triyanto seperti dilansir dari laman resmi Kemenag, Minggu (4/12/2022).
"Pastinya banyak suka duka, namun keadaan inilah yang membuat saya bisa berdiri di tempat ini,” sambungnya.
Dari 2009, kata Triyanto, ia mengabdi menjadi guru di SLB selama 10 tahun. Pada 2019, ia ditetapkan menjadi ASN dan ditempatkan di MAN 4 Sleman sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Jarak dari rumah ke madrasah cukup jauh, sekitar 35 km satu kali jalan. Artinya, jika pergi pulang, jarak yang harus ditempuh mencapai 70 km untuk mengajar.
Triyanto yakin, dedikasi dan semangat dalam mengajar itulah yang mengantarkan dirinya menjadi finalis Guru Berdedikatif pada Anugerah GTK Madrasah Tahun 2022 tingkat Nasional.
Motivasi Ikut Anugerah GTK