Mendikbudristek Minta Pemerintah Daerah Utamakan Kebutuhan Guru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rembuk nasional dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi ( Kemendikbudristek ) dan unsur pemerintah pusat mendukung inovasi dan inisiatif baik yang dikembangkan guru, kepala sekolah, pemerintah daerah di 5 provinsi. Event besar ini diharapkan dapat mempercepat sebaran pendidikan berkualitas di Tanah Air.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengungkapkan kebahagiaan dan apresiasinya kepada seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dokumen inovasi dan aspirasi para guru , kepala sekolah, dan pengawas yang bermanfaat untuk meningkatkan persebaran pendidikan berkualitas di Indonesia.
"Inovasi kreatif dan solutif yang dibuat para guru, kepala sekolah dan pengawas dari Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi yang terlibat dalam program Pintar ini merupakan karya para guru Indonesia berkat terobosan Merdeka Belajar. Dan saya yakin bahwa semangat yang sama juga sudah dimiliki oleh semua guru di seluruh penjuru nusantara," ungkap Nadiem dalam Rembuk Nasional bertajuk Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas, di Jakarta, Rabu (14/12/2022).
Menurut dia, ruang untuk saling belajar dan berbagi di antara sesama guru semakin terbuka lebar. Mulai dari yang didorong oleh program pendidikan guru seperti guru penggerak difasilitasi oleh Kurikulum Merdeka sampai yang tercipta dari terobosan teknologi seperti platform Merdeka Mengajar dengan semua keleluasaan yang dimiliki guru Indonesia.
Saat ini, lanjut dia, sistem pendidikan di Indonesia memasuki babak baru. Di mana, para guru berlomba-lomba untuk terus belajar, berkarya dan berinovasi. "Kami di Kemendikbudristek menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan khususnya dalam hal penyebaran informasi ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung guru untuk saling belajar dan berbagi serta tindak lanjut dari terobosan yang telah dilakukan atau diciptakan oleh para guru kita kami terus berupaya untuk mengoptimalkan implementasi kebijakan Merdeka Belajar di seluruh daerah di Indonesia," ungkapnya.
Untuk mewujudkan tujuan di atas, Nadiem mengaku kementeriannya tidak bisa bekerja sendiri. Menurut dia, komitmen pemerintah daerah (pemda) dan dinas pendidikan untuk memprioritaskan kemajuan pendidikan dan mengutamakan kebutuhan guru merupakan kunci kesuksesan Merdeka Belajar.
Dia meminta kepada pemda untuk selalu berpihak kepada guru dengan menjalankan formasi ASN P3K dan menempatkan yang sudah lolos passing grade. Nadiem juga mengharapkan agar mengangkat guru penggerak sebagai kepala sekolah dan pengawas. Memasuki usia 3 tahun gerakan Merdeka Belajar sudah semestinya para guru sudah merasakan manfaatnya di semua jenjang pendidikan di semua daerah di Indonesia.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada para guru yang sudah berani mengambil resiko mendobrak batas-batas yang menciptakan kebaruan dalam mendorong peningkatan kualitas pembelajaran dengan mengedepankan semangat berkolaborasi untuk mewujudkan inovasi bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar," tandasnya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, para pemangku kepentingan perlu berkolaborasi dalam penyebarluasan inovasi-inovasi yang ditemukan. Tanoto Foundation bekerja sama dengan Synergy Policies melakukan studi untuk mengumpulkan praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan. Studi ini dilakukan selama Oktober sampai November 2022 di lima provinsi mitra Program PINTAR Tanoto Foundation yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Jambi, dan Riau.
Temuan dan rekomendasi hasil studi ini adalah: Pertama, perlunya meningkatkan komunikasi antar sesama tenaga pendidik, lintas kelompok kepentingan, lintas wilayah administratif, dan lintas sektor agar lebih efektif dengan membentuk forum bersama sebagai wadah urun rembuk yang melibatkan seluruh instansi pemerintahan terkait, mitra pembangunan, dan masyarakat.
Kedua, perlunya regulasi untuk memastikan keberlanjutan inovasi pendidikan yang sudah mulai terbentuk di tataran kabupaten/kota dan provinsi. Dan ketiga, pelatihan dari program PINTAR Tanoto Foundation ternyata menjadi salah satu pemberi inspirasi pada guru dan kepala sekolah tentang apa makna dari pembelajaran aktif dan kerja sama antar guru dan kepala sekolah.
Temuan dan rekomendasi ini secara simbolis diserahkan kepada Mendikbudristek Nadiem Makarim yang diwaliki oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo.
Sementara itu, Direktur Utama Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, Ph.D, dalam kunjungan ke 5 provinsi ada banyak praktik baik yang ditemukan di tengah berbagai tantangan kurangnya fasilitas pendidikan.
"Di semua provinsi yang kami kunjungi, ada saja guru dan kepala sekolah yang berinovasi menciptakan suasana belajar yang nyaman, membuat anak senang membaca dan merumuskan temuan-temuan mereka secara oral maupun visual. Peralatan yang mereka gunakan sederhana, ada yang dari bahan bekas, ada yang dari sumbangan orang tua murid, tetapi hasilnya begitu semarak sehingga memunculkan rasa bangga dari siswa, apalagi ketika dipajang di kelas dan dilombakan," ungkap Dinna.
Dinna melanjutkan bahwa pelatihan dari program PINTAR ternyata memberi inspirasi pada mereka tentang apa makna dari pembelajaran aktif dan kerjasama antar guru dan kepala sekolah. Catatan mereka adalah karena jumlah guru dan kepala sekolah yang mendapat kesempatan belajar belum merata, di sejumlah daerah sebaran inovasinya masih relatif terbatas.
PINTAR merupakan program Tanoto Foundation dalam upaya meningkatkan pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah.
"Di sisi lain, ketika guru dan kepala sekolah duduk bersama dan berdialog dari hati ke hati, terungkap komitmen seputar pengembangan regulasi, kebijakan yang mendukung bertumbuhnya faktor-faktor pemungkin bagi guru dan kepala sekolah dalam menyebarkan metode pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi siswa," papar Dinna.
Dia mencontohkan, misalnya pimpinan di provinsi ternyata bisa membuat perpustakaan digital yang bisa digunakan seluruh sekolah dari SD hingga SMA di provinsi tersebut. Selain itu, inovasi para guru dalam membuat anak senang belajar matematika, IPA, dan sejarah bisa diposting di portal digital di kabupaten/kota serta dibuatkan aplikasi pemantauan kinerja sekolah yang terhubung dengan perencanaan anggaran pendidikan di kabupaten/kota, dan lain-lain. "Sungguh suatu kolaborasi yang sangat baik. Perlu kita dukung dan sebarluaskan," ungkap Dinna.
Menurut Dinna, antusiasme untuk bergotong-royong mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, baik oleh guru, kepala sekolah, pemerintah daerah, dan unsur mitra pembangunan seperti Tanoto Foundation adalah kunci keberhasilan perluasan pendidikan berkualitas di Indonesia.
"Semoga hal-hal baik yang berkembang ini mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat, misalnya dengan mengarahkan mitra-mitra pembangunan dan mitra CSR untuk mendukung inisiatif guru dan kepala sekolah di daerah-daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal)," terang Dinna.
"Merumuskan kebijakan mendukung sebaran guru, kepala sekolah dan pengawas yang terlatih ke semua kabupaten/kota, mengadakan pertemuan rutin dengan unsur pemerintah daerah untuk memberi inspirasi apa saja regulasi yang bisa mendukung inisiatif guru dan kepala sekolah," tambahnya.
Harapan-harapan di atas diharapkan bisa menjawab berbagai tantangan dari upaya peningkatan sebaran pendidikan berkualitas di Tanah Air. Dari hasil serangkaian diskusi dan kunjungan ke sekolah di 5 provinsi tersebut, ada sejumlah isu yang perlu segera mendapat perhatian bersama, yaitu kurangnya jumlah guru (distribusi yang tidak merata).
Selanjutnya, kepala sekolah, dan pengawas; status guru yang masih honorer dan terbatasnya kuota menjadi P3K; terbatasnya ruang fiskal daerah untuk peningkatan pendidikan berkualitas; serta kesenjangan akses sarana prasarana dan peluang peningkatan kualitas pendidikan di sejumlah wilayah (karena daerah 3T, Pulau, tidak terjamah investasi ataupun mitra pendidikan).
Menurut Dinna, berdasarkan hasil diskusi dengan para pemangku kepentingan, ada dua aspek yang potensial yang perlu dikembangkan. Yakni: Pertama, Komunikasi efektif antar sesama tenaga pendidik, lintas kelompok kepentingan, lintas wilayah administratif, dan lintas sektor. Di mana, setiap daerah dapat membentuk forum bersama sebagai wadah urun rembuk yang melibatkan seluruh instansi pemerintahan terkait, mitra pembangunan, dan masyarakat.
Kedua, lingkungan pendukung yang berbentuk regulasi adalah sentral untuk menyuburkan aneka inovasi dan bibit-bibit komunikasi dan komitmen yang sudah mulai terbentuk di tataran kabupaten/kota dan provinsi. "Upaya ini perlu terus didukung dan dikawal untuk mewujudkan Generasi Emas 2045," tandas Dinna.
CEO Global Tanoto Foundation, J. Satrijo Tanudjojo, dalam kesempatan yang sama mengatakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan kerja sama sejumlah pihak baik sekolah, masyarakat, pemerintah daerah, maupun mitra pembangunan.
“Tanoto Foundation berkomitmen mendukung peran dan program prioritas pemerintah sepenuhnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 2 dari 10 guru yang kami latih telah menjadi Guru Penggerak. 75% sekolah mitra Tanoto Foundation juga telah menerapkan Kurikulum Merdeka," sebut Satrijo.
Satrijo menambahkan bahwa Program PINTAR mengumpulkan praktik baik dari lapangan yang dilakukan di tingkat kelas maupun kebijakan. “Kami harap Rembuk Nasional ini dapat memfasilitasi kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan mitra pembangunan untuk menyebarluaskan praktik baik tersebut.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengungkapkan kebahagiaan dan apresiasinya kepada seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dokumen inovasi dan aspirasi para guru , kepala sekolah, dan pengawas yang bermanfaat untuk meningkatkan persebaran pendidikan berkualitas di Indonesia.
"Inovasi kreatif dan solutif yang dibuat para guru, kepala sekolah dan pengawas dari Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi yang terlibat dalam program Pintar ini merupakan karya para guru Indonesia berkat terobosan Merdeka Belajar. Dan saya yakin bahwa semangat yang sama juga sudah dimiliki oleh semua guru di seluruh penjuru nusantara," ungkap Nadiem dalam Rembuk Nasional bertajuk Peningkatan Sebaran Pendidikan Berkualitas, di Jakarta, Rabu (14/12/2022).
Menurut dia, ruang untuk saling belajar dan berbagi di antara sesama guru semakin terbuka lebar. Mulai dari yang didorong oleh program pendidikan guru seperti guru penggerak difasilitasi oleh Kurikulum Merdeka sampai yang tercipta dari terobosan teknologi seperti platform Merdeka Mengajar dengan semua keleluasaan yang dimiliki guru Indonesia.
Saat ini, lanjut dia, sistem pendidikan di Indonesia memasuki babak baru. Di mana, para guru berlomba-lomba untuk terus belajar, berkarya dan berinovasi. "Kami di Kemendikbudristek menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan khususnya dalam hal penyebaran informasi ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung guru untuk saling belajar dan berbagi serta tindak lanjut dari terobosan yang telah dilakukan atau diciptakan oleh para guru kita kami terus berupaya untuk mengoptimalkan implementasi kebijakan Merdeka Belajar di seluruh daerah di Indonesia," ungkapnya.
Untuk mewujudkan tujuan di atas, Nadiem mengaku kementeriannya tidak bisa bekerja sendiri. Menurut dia, komitmen pemerintah daerah (pemda) dan dinas pendidikan untuk memprioritaskan kemajuan pendidikan dan mengutamakan kebutuhan guru merupakan kunci kesuksesan Merdeka Belajar.
Dia meminta kepada pemda untuk selalu berpihak kepada guru dengan menjalankan formasi ASN P3K dan menempatkan yang sudah lolos passing grade. Nadiem juga mengharapkan agar mengangkat guru penggerak sebagai kepala sekolah dan pengawas. Memasuki usia 3 tahun gerakan Merdeka Belajar sudah semestinya para guru sudah merasakan manfaatnya di semua jenjang pendidikan di semua daerah di Indonesia.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada para guru yang sudah berani mengambil resiko mendobrak batas-batas yang menciptakan kebaruan dalam mendorong peningkatan kualitas pembelajaran dengan mengedepankan semangat berkolaborasi untuk mewujudkan inovasi bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar," tandasnya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, para pemangku kepentingan perlu berkolaborasi dalam penyebarluasan inovasi-inovasi yang ditemukan. Tanoto Foundation bekerja sama dengan Synergy Policies melakukan studi untuk mengumpulkan praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan. Studi ini dilakukan selama Oktober sampai November 2022 di lima provinsi mitra Program PINTAR Tanoto Foundation yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Jambi, dan Riau.
Temuan dan rekomendasi hasil studi ini adalah: Pertama, perlunya meningkatkan komunikasi antar sesama tenaga pendidik, lintas kelompok kepentingan, lintas wilayah administratif, dan lintas sektor agar lebih efektif dengan membentuk forum bersama sebagai wadah urun rembuk yang melibatkan seluruh instansi pemerintahan terkait, mitra pembangunan, dan masyarakat.
Kedua, perlunya regulasi untuk memastikan keberlanjutan inovasi pendidikan yang sudah mulai terbentuk di tataran kabupaten/kota dan provinsi. Dan ketiga, pelatihan dari program PINTAR Tanoto Foundation ternyata menjadi salah satu pemberi inspirasi pada guru dan kepala sekolah tentang apa makna dari pembelajaran aktif dan kerja sama antar guru dan kepala sekolah.
Temuan dan rekomendasi ini secara simbolis diserahkan kepada Mendikbudristek Nadiem Makarim yang diwaliki oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo.
Sementara itu, Direktur Utama Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, Ph.D, dalam kunjungan ke 5 provinsi ada banyak praktik baik yang ditemukan di tengah berbagai tantangan kurangnya fasilitas pendidikan.
"Di semua provinsi yang kami kunjungi, ada saja guru dan kepala sekolah yang berinovasi menciptakan suasana belajar yang nyaman, membuat anak senang membaca dan merumuskan temuan-temuan mereka secara oral maupun visual. Peralatan yang mereka gunakan sederhana, ada yang dari bahan bekas, ada yang dari sumbangan orang tua murid, tetapi hasilnya begitu semarak sehingga memunculkan rasa bangga dari siswa, apalagi ketika dipajang di kelas dan dilombakan," ungkap Dinna.
Dinna melanjutkan bahwa pelatihan dari program PINTAR ternyata memberi inspirasi pada mereka tentang apa makna dari pembelajaran aktif dan kerjasama antar guru dan kepala sekolah. Catatan mereka adalah karena jumlah guru dan kepala sekolah yang mendapat kesempatan belajar belum merata, di sejumlah daerah sebaran inovasinya masih relatif terbatas.
PINTAR merupakan program Tanoto Foundation dalam upaya meningkatkan pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah.
"Di sisi lain, ketika guru dan kepala sekolah duduk bersama dan berdialog dari hati ke hati, terungkap komitmen seputar pengembangan regulasi, kebijakan yang mendukung bertumbuhnya faktor-faktor pemungkin bagi guru dan kepala sekolah dalam menyebarkan metode pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi siswa," papar Dinna.
Dia mencontohkan, misalnya pimpinan di provinsi ternyata bisa membuat perpustakaan digital yang bisa digunakan seluruh sekolah dari SD hingga SMA di provinsi tersebut. Selain itu, inovasi para guru dalam membuat anak senang belajar matematika, IPA, dan sejarah bisa diposting di portal digital di kabupaten/kota serta dibuatkan aplikasi pemantauan kinerja sekolah yang terhubung dengan perencanaan anggaran pendidikan di kabupaten/kota, dan lain-lain. "Sungguh suatu kolaborasi yang sangat baik. Perlu kita dukung dan sebarluaskan," ungkap Dinna.
Menurut Dinna, antusiasme untuk bergotong-royong mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, baik oleh guru, kepala sekolah, pemerintah daerah, dan unsur mitra pembangunan seperti Tanoto Foundation adalah kunci keberhasilan perluasan pendidikan berkualitas di Indonesia.
"Semoga hal-hal baik yang berkembang ini mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat, misalnya dengan mengarahkan mitra-mitra pembangunan dan mitra CSR untuk mendukung inisiatif guru dan kepala sekolah di daerah-daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal)," terang Dinna.
"Merumuskan kebijakan mendukung sebaran guru, kepala sekolah dan pengawas yang terlatih ke semua kabupaten/kota, mengadakan pertemuan rutin dengan unsur pemerintah daerah untuk memberi inspirasi apa saja regulasi yang bisa mendukung inisiatif guru dan kepala sekolah," tambahnya.
Harapan-harapan di atas diharapkan bisa menjawab berbagai tantangan dari upaya peningkatan sebaran pendidikan berkualitas di Tanah Air. Dari hasil serangkaian diskusi dan kunjungan ke sekolah di 5 provinsi tersebut, ada sejumlah isu yang perlu segera mendapat perhatian bersama, yaitu kurangnya jumlah guru (distribusi yang tidak merata).
Selanjutnya, kepala sekolah, dan pengawas; status guru yang masih honorer dan terbatasnya kuota menjadi P3K; terbatasnya ruang fiskal daerah untuk peningkatan pendidikan berkualitas; serta kesenjangan akses sarana prasarana dan peluang peningkatan kualitas pendidikan di sejumlah wilayah (karena daerah 3T, Pulau, tidak terjamah investasi ataupun mitra pendidikan).
Menurut Dinna, berdasarkan hasil diskusi dengan para pemangku kepentingan, ada dua aspek yang potensial yang perlu dikembangkan. Yakni: Pertama, Komunikasi efektif antar sesama tenaga pendidik, lintas kelompok kepentingan, lintas wilayah administratif, dan lintas sektor. Di mana, setiap daerah dapat membentuk forum bersama sebagai wadah urun rembuk yang melibatkan seluruh instansi pemerintahan terkait, mitra pembangunan, dan masyarakat.
Kedua, lingkungan pendukung yang berbentuk regulasi adalah sentral untuk menyuburkan aneka inovasi dan bibit-bibit komunikasi dan komitmen yang sudah mulai terbentuk di tataran kabupaten/kota dan provinsi. "Upaya ini perlu terus didukung dan dikawal untuk mewujudkan Generasi Emas 2045," tandas Dinna.
CEO Global Tanoto Foundation, J. Satrijo Tanudjojo, dalam kesempatan yang sama mengatakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan kerja sama sejumlah pihak baik sekolah, masyarakat, pemerintah daerah, maupun mitra pembangunan.
“Tanoto Foundation berkomitmen mendukung peran dan program prioritas pemerintah sepenuhnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 2 dari 10 guru yang kami latih telah menjadi Guru Penggerak. 75% sekolah mitra Tanoto Foundation juga telah menerapkan Kurikulum Merdeka," sebut Satrijo.
Satrijo menambahkan bahwa Program PINTAR mengumpulkan praktik baik dari lapangan yang dilakukan di tingkat kelas maupun kebijakan. “Kami harap Rembuk Nasional ini dapat memfasilitasi kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan mitra pembangunan untuk menyebarluaskan praktik baik tersebut.
(mpw)