UGM Kampus dengan Jumlah Proposal dan Didanai Terbanyak Program Matching Fund 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemendikbudristek meluncurkan program Matching Fund, Kedaireka untuk menjembatani pengembangan dan penerapan Iptek di perguruan tinggi. UGM pun memiliki kontribusi besar untuk menyukseskan program ini.
Matching Fund memberikan dukungan dana padanan bagi inovasi dari Perguruan Tinggi untuk terbentuknya kolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) melalui platform Kedaireka. Memasuki tahun ketiga Program Matching Fund 2023 terdapat dua skema pendanaan yaitu Skema Kemitraan untuk Hilirisasi Inovasi Hasil Riset atau Kepakaran dan Skema Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat atau Efisiensi Tata kelola Pemerintahan.
Dua skema tersebut diharapkan akan diperoleh luaran utama berupa purwarupa, hasil penelitian terapan yang telah disetujui oleh mitra, dan luaran pendukung yang berkontribusi untuk pencapaian 8 Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi yang telah ditetapkan oleh Kemendikbudristek.
Baca juga: KPU Kerja Sama dengan IPB Rancang Aplikasi Khusus Pemilu 2024
UGM melalui Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi telah mendampingi para inventor dalam program ini sejak 2021 hingga saat ini. Pada 2021 tercatat inovasi yang mendapat dukungan dana Matching Fund sebanyak 20 inovasi dengan hasil luaran lebih dari 200 mahasiswa turut berkontribusi dalam program, 50 mahasiswa kolaboratif, 15 produk siap diadopsi pasar, dan 5 produk siap lisensi dari hasil kerja sama dengan 20 mitra industri.
Sementara di tahun 2022, UGM berhasil mengajukan 296 proposal dengan menghasilkan 86 proposal (Dikti) lolos didanai dengan total dana lebih dari Rp64 miliar. Selain itu, ada 9 proposal (Diksi) lolos didanai. Angka ini menjadikan UGM sebagai universitas dengan jumlah proposal dan didanai terbanyak sepanjang tahun 2022.
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM Prof. Dr. Supriyadi mengatakan, sejak tiga tahun terakhir ini Kemendikbudristek menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Matching Fund merupakan salah satunya yang terbuka untuk seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan dikelola dengan sistem yang disebut Kedaireka.
“Program Matching Fund ini fokus untuk mewujudkan hasil kolaborasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi melalui platform kedaireka. Perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri bekerja sama untuk meningkatkan manfaat dan relevansi sekaligus menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat pada umumnya," katanya dikutip dari laman UGM, Jumat (13/1/2023).
Melalui program ini pemerintah mendukung dengan menyediakan dana pendamping bagi pelaksanaan Kedaireka atau Matching Fund dan UGM sudah mengikuti program ini sejak pertama kali diperkenalkan yaitu pada 2021 dan 2022 untuk yang kedua.
Pada 2021 ada sebanyak 21 peneliti dari UGM berhasil memenangkan program Matching Fund yang proposalnya kemudian didanai. Jumlah ini meningkat pesat di tahun 2022 dengan sebanyak 95 peneliti yang mendapat dana program ini.
“Dari 95 peneliti ini sebanyak 86 mendapat sumber pendanaan dari Ditjen Dikti dan yang 9 dari Ditjen Vokasi," katanya.
Baca juga: 10 Kadet Mahasiswa Unhan RI Belajar di Rabdan Academy UEA
Di tahun 2023 ini, dirinya tentu sangat berharap akan semakin banyak peneliti yang memanfaatkan pendanaan Program Matching Fund ini untuk akselerasi, hilirisasi inovasinya, sekaligus berharap banyak mitra industri yang terlibat dan berkolaborasi dengan UGM.
Menurut Supriyadi, ada dua kunci utama untuk bisa memenangkan proposal atau usulan agar disetujui. Pertama adalah usulan inovasinya bisa menarik bagi dunia usaha dan industri sehingga mereka siap untuk bekerja sama dan memberikan pendanaan untuk pengembangannya.
Kedua, usulan kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam proposal mengarah kepada peningkatan capaian indikator kinerja utama universitas yang menyasar pada 8 indikator kinerja utama.
“Kalau dua ini terpenuhi mudah-mudahan berbagai kegiatan proposal yang kita siapkan kemudian mendapatkan partner dari dunia usaha dan dunia industri sebagai jembatan untuk membawa ide-ide, inovasi yang sudah disiapkan ke dalam dunia industri atau dunia usaha, dan yang diharapkan tentunya akan berkembang di masa berikutnya," imbuhnya.
Matching Fund memberikan dukungan dana padanan bagi inovasi dari Perguruan Tinggi untuk terbentuknya kolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) melalui platform Kedaireka. Memasuki tahun ketiga Program Matching Fund 2023 terdapat dua skema pendanaan yaitu Skema Kemitraan untuk Hilirisasi Inovasi Hasil Riset atau Kepakaran dan Skema Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat atau Efisiensi Tata kelola Pemerintahan.
Dua skema tersebut diharapkan akan diperoleh luaran utama berupa purwarupa, hasil penelitian terapan yang telah disetujui oleh mitra, dan luaran pendukung yang berkontribusi untuk pencapaian 8 Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi yang telah ditetapkan oleh Kemendikbudristek.
Baca juga: KPU Kerja Sama dengan IPB Rancang Aplikasi Khusus Pemilu 2024
UGM melalui Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi telah mendampingi para inventor dalam program ini sejak 2021 hingga saat ini. Pada 2021 tercatat inovasi yang mendapat dukungan dana Matching Fund sebanyak 20 inovasi dengan hasil luaran lebih dari 200 mahasiswa turut berkontribusi dalam program, 50 mahasiswa kolaboratif, 15 produk siap diadopsi pasar, dan 5 produk siap lisensi dari hasil kerja sama dengan 20 mitra industri.
Sementara di tahun 2022, UGM berhasil mengajukan 296 proposal dengan menghasilkan 86 proposal (Dikti) lolos didanai dengan total dana lebih dari Rp64 miliar. Selain itu, ada 9 proposal (Diksi) lolos didanai. Angka ini menjadikan UGM sebagai universitas dengan jumlah proposal dan didanai terbanyak sepanjang tahun 2022.
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM Prof. Dr. Supriyadi mengatakan, sejak tiga tahun terakhir ini Kemendikbudristek menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Matching Fund merupakan salah satunya yang terbuka untuk seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan dikelola dengan sistem yang disebut Kedaireka.
“Program Matching Fund ini fokus untuk mewujudkan hasil kolaborasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi melalui platform kedaireka. Perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri bekerja sama untuk meningkatkan manfaat dan relevansi sekaligus menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat pada umumnya," katanya dikutip dari laman UGM, Jumat (13/1/2023).
Melalui program ini pemerintah mendukung dengan menyediakan dana pendamping bagi pelaksanaan Kedaireka atau Matching Fund dan UGM sudah mengikuti program ini sejak pertama kali diperkenalkan yaitu pada 2021 dan 2022 untuk yang kedua.
Pada 2021 ada sebanyak 21 peneliti dari UGM berhasil memenangkan program Matching Fund yang proposalnya kemudian didanai. Jumlah ini meningkat pesat di tahun 2022 dengan sebanyak 95 peneliti yang mendapat dana program ini.
“Dari 95 peneliti ini sebanyak 86 mendapat sumber pendanaan dari Ditjen Dikti dan yang 9 dari Ditjen Vokasi," katanya.
Baca juga: 10 Kadet Mahasiswa Unhan RI Belajar di Rabdan Academy UEA
Di tahun 2023 ini, dirinya tentu sangat berharap akan semakin banyak peneliti yang memanfaatkan pendanaan Program Matching Fund ini untuk akselerasi, hilirisasi inovasinya, sekaligus berharap banyak mitra industri yang terlibat dan berkolaborasi dengan UGM.
Menurut Supriyadi, ada dua kunci utama untuk bisa memenangkan proposal atau usulan agar disetujui. Pertama adalah usulan inovasinya bisa menarik bagi dunia usaha dan industri sehingga mereka siap untuk bekerja sama dan memberikan pendanaan untuk pengembangannya.
Kedua, usulan kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam proposal mengarah kepada peningkatan capaian indikator kinerja utama universitas yang menyasar pada 8 indikator kinerja utama.
“Kalau dua ini terpenuhi mudah-mudahan berbagai kegiatan proposal yang kita siapkan kemudian mendapatkan partner dari dunia usaha dan dunia industri sebagai jembatan untuk membawa ide-ide, inovasi yang sudah disiapkan ke dalam dunia industri atau dunia usaha, dan yang diharapkan tentunya akan berkembang di masa berikutnya," imbuhnya.
(nnz)