Kurikulum SMK Disesuaikan dengan Tuntutan MEA
A
A
A
BATAM - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyesuaikan kurikulum dijenjang SMK dengan tuntutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), salah satunya bahasa asing.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Mustaghfirin Amin mengatakan, di SMK kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing tidak lagi menjadi alat kualifikasi akademik tetapi untuk penyesuaian kemampuan di abad 21.
Kemampuan itu diintegrasikan kementerian dengan kritis berpikir, kreatif dan kolaboratif.
"Di revisi kurikulum 2013 kami sudah menambah kemampuan bahasa asing pada kurikulum SMK. Ini untuk menunjukkan siswa SMK lebih bisa bertahan dari SMA," katanya di sela-sela lomba debat bahasa Indonesia dan bahasa asing di Batam.
Dijelaskan, di revisi kurikulum mata pelajaran bahasa Inggris tidak lagi hanya dua jam. Namun dua jam di kelas satu, tiga jam di kelas dua dan empat jam dikelas tiga.
"Metode pelajarannya, harus aktif dan menyenangkan sehingga kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing menjadi budaya. Sekolah juga harus mengagendakan satu hari khusus berbahasa Inggris," sebutnya.
Dia menerangkan, untuk lomba debatnya sendiri sengaja diselenggarakan di Batam sebab kota ini adalah pintu gerbang industri besar.
"Batam adalah pusat pertumbuhan ekonomi skala besar sehingga kemampuan berkomunikasi bahasa asing bagi siswa SMK harus ditingkatkan," terangnya.
Lomba debat bahasa Indonesia dan bahasa asing ini diikuti 500 siswa SMK dari 34 provinsi. Selain debat dengan bahasa Inggris dipertandingkan juga debat berbahasa Jerman, Korea, Jepang, Perancis dan Mandarin.
Lomba ini telah menjadi agenda tetap untuk mengukur kemampuan berkomunikasi dalam membentuk insan cerdas dan berdedikasi tinggi.
Kadis Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Yatim Mustafa menambahkan, minat masyarakat untuk masuk SMK memang meningkat ditandai dengan bertambahnya unit sekolah dari 30 menjadi 90 unit sekolah dalam rentang waktu 10 tahun.
"Sekarang di satu kabupaten ada SMK. Ini tidak terlepas dari mudahnya lulusan SMK mendapat pekerjaan atau berwirausaha mandiri," pungkasnya.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Mustaghfirin Amin mengatakan, di SMK kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing tidak lagi menjadi alat kualifikasi akademik tetapi untuk penyesuaian kemampuan di abad 21.
Kemampuan itu diintegrasikan kementerian dengan kritis berpikir, kreatif dan kolaboratif.
"Di revisi kurikulum 2013 kami sudah menambah kemampuan bahasa asing pada kurikulum SMK. Ini untuk menunjukkan siswa SMK lebih bisa bertahan dari SMA," katanya di sela-sela lomba debat bahasa Indonesia dan bahasa asing di Batam.
Dijelaskan, di revisi kurikulum mata pelajaran bahasa Inggris tidak lagi hanya dua jam. Namun dua jam di kelas satu, tiga jam di kelas dua dan empat jam dikelas tiga.
"Metode pelajarannya, harus aktif dan menyenangkan sehingga kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing menjadi budaya. Sekolah juga harus mengagendakan satu hari khusus berbahasa Inggris," sebutnya.
Dia menerangkan, untuk lomba debatnya sendiri sengaja diselenggarakan di Batam sebab kota ini adalah pintu gerbang industri besar.
"Batam adalah pusat pertumbuhan ekonomi skala besar sehingga kemampuan berkomunikasi bahasa asing bagi siswa SMK harus ditingkatkan," terangnya.
Lomba debat bahasa Indonesia dan bahasa asing ini diikuti 500 siswa SMK dari 34 provinsi. Selain debat dengan bahasa Inggris dipertandingkan juga debat berbahasa Jerman, Korea, Jepang, Perancis dan Mandarin.
Lomba ini telah menjadi agenda tetap untuk mengukur kemampuan berkomunikasi dalam membentuk insan cerdas dan berdedikasi tinggi.
Kadis Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau Yatim Mustafa menambahkan, minat masyarakat untuk masuk SMK memang meningkat ditandai dengan bertambahnya unit sekolah dari 30 menjadi 90 unit sekolah dalam rentang waktu 10 tahun.
"Sekarang di satu kabupaten ada SMK. Ini tidak terlepas dari mudahnya lulusan SMK mendapat pekerjaan atau berwirausaha mandiri," pungkasnya.
(nag)