Luruskan Miskonsepsi Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek Jelaskan Lima Poin Penting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (Kepala BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbudristek ) Anindito Aditomo, memberikan lima poin penting terkait implementasi kurikulum Merdeka. Hal itu, usai kurikulum tersebut kerap terjadi miskonsepsi atau diartikan berbeda oleh masyarakat.
Anindito mengatakan, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan miskonsepsi kurikulum Merdeka. Pertama, kata Anindito, Kurikulum Merdeka sebagai alat perbaikan di sekolah dan kelas. Kedua, bahwa ada penerapan Kurikulum Merdeka yang benar/salah secara absolut, benar/salah tidak absolut tetapi kontekstual.
Baca: Bangga Masuk SMK, Mendikbudristek Sampaikan Pesan Ini
“Kurikulum diterapkan sekolah A berbeda dengan sekolah B. Kriteria benar/salah penerapan Kurikulum Merdeka adalah apakah penerapan menstimulasi tumbuh kembang karakter & kompetensi anak didik. Yang bisa tahu terjadi atau tidak adalah bapak/ibu guru yang di kelas," ujar Anindito dalam keterangannya, Jumat (22/7/2022).
Ketiga, lanjut Anindito, terkait harus menunggu pelatihan dari pusat sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka. Padahal, guru dapat mengambil inisiatif untuk mengembangkan kapasitas secara mandiri, karena Kemendikbudristek berperan memfasilitasi segala bentuk sumber daya.
Baca juga: Kemendikbudristek Tegaskan Implementasi Kurikulum Merdeka tetap Berjalan Sesuai Rencana
Keempat, lanjut Anindito, terkait Kurikulum Merdeka yang dinilai bisa instan. Padahal, penting untuk diperhatikan agar terus melakukan penerapan siklus belajar dan direfleksikan. Sedangkan kelima, kata Anindito, terkait Kurikulum Merdeka yang hanya bisa diterapkan di sekolah dengan fasilitas lengkap.
“Justru Kurikulum Merdeka fleksibel sehingga bisa diterjemahkan dan diturunkan serta diterapkan di manapun, dioperasionalkan menjadi kurikulum yang dibutuhkan sekolah-sekolah yang ada di pelosok dengan fasilitas minim,” terangnya.
Anindito menambahkan, prinsip utama Kurikulum Merdeka, ialah berorientasi pada murid dengan memprioritaskan tumbuh kembang anak secara utuh. Sehingga, hadirnya Kurikulum tersebut bertujuan memudahkan dan mendorong guru mencapai tujuan tersebut.
"Misalnya berfokus pada materi esensial, jadi materi tiap mata pelajaran lebih sedikit sehingga guru tidak perlu terburu-buru dalam mengajar. Guru bisa menggunakan metode yang lebih interaktif, lebih mendalam, dan lebih menyenangkan," pungkasnya.
Anindito mengatakan, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan miskonsepsi kurikulum Merdeka. Pertama, kata Anindito, Kurikulum Merdeka sebagai alat perbaikan di sekolah dan kelas. Kedua, bahwa ada penerapan Kurikulum Merdeka yang benar/salah secara absolut, benar/salah tidak absolut tetapi kontekstual.
Baca: Bangga Masuk SMK, Mendikbudristek Sampaikan Pesan Ini
“Kurikulum diterapkan sekolah A berbeda dengan sekolah B. Kriteria benar/salah penerapan Kurikulum Merdeka adalah apakah penerapan menstimulasi tumbuh kembang karakter & kompetensi anak didik. Yang bisa tahu terjadi atau tidak adalah bapak/ibu guru yang di kelas," ujar Anindito dalam keterangannya, Jumat (22/7/2022).
Ketiga, lanjut Anindito, terkait harus menunggu pelatihan dari pusat sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka. Padahal, guru dapat mengambil inisiatif untuk mengembangkan kapasitas secara mandiri, karena Kemendikbudristek berperan memfasilitasi segala bentuk sumber daya.
Baca juga: Kemendikbudristek Tegaskan Implementasi Kurikulum Merdeka tetap Berjalan Sesuai Rencana
Keempat, lanjut Anindito, terkait Kurikulum Merdeka yang dinilai bisa instan. Padahal, penting untuk diperhatikan agar terus melakukan penerapan siklus belajar dan direfleksikan. Sedangkan kelima, kata Anindito, terkait Kurikulum Merdeka yang hanya bisa diterapkan di sekolah dengan fasilitas lengkap.
“Justru Kurikulum Merdeka fleksibel sehingga bisa diterjemahkan dan diturunkan serta diterapkan di manapun, dioperasionalkan menjadi kurikulum yang dibutuhkan sekolah-sekolah yang ada di pelosok dengan fasilitas minim,” terangnya.
Anindito menambahkan, prinsip utama Kurikulum Merdeka, ialah berorientasi pada murid dengan memprioritaskan tumbuh kembang anak secara utuh. Sehingga, hadirnya Kurikulum tersebut bertujuan memudahkan dan mendorong guru mencapai tujuan tersebut.
"Misalnya berfokus pada materi esensial, jadi materi tiap mata pelajaran lebih sedikit sehingga guru tidak perlu terburu-buru dalam mengajar. Guru bisa menggunakan metode yang lebih interaktif, lebih mendalam, dan lebih menyenangkan," pungkasnya.
(nnz)