Indonesia Raih 5 Medali Olimpiade Sains di Belanda
A
A
A
TANGERANG - Lima pelajar SMP berhasil membawa lima medali dari International Junior Science Olympiad (IJSO) di Belanda. Perolehan medali ini juga membuktikan bahwa kemampuan sains anak Indonesia tidak kalah dari anak-anak negara lain.
Direktur Pembinaan SMP Ditjen Kemendikbud Supriano mengatakan, kesuksesan pelajar SMP ini sungguh luar biasa, sebab soal yang diuji di olimpiade ini levelnya sudah di atas mata pelajaran di Indonesia. Dia mengatakan, kelahiran IJSO diinisiasi oleh Indonesia dan setiap tahunnya medali selalu diraih para pelajar Indonesia yang melawan siswa lain dari 50 negara.
"Ini prestasi luar biasa. Kita harus bangga karena ini soal internasional yang levelnya di atas pelajaran kita," katanya saat penyambutan tim di Bandara Soekarno-Hatta.
Daftar siswa yang merebut medali di Arnhem-Nijmegen, Belanda, ialah Lugas Firdinand Hamdi peraih medali perak, Steven William dari SMP Petra 1 Surabaya (Perak), Carin Abbie Reyhani dari SMPN 111 Jakarta (Perak). Sementara emas diraih Wilsen Chandra Putra dari SMP Sutomo 1 Medan dan Peter Addison Sadhani dari SMP Santo Aloysius 1 Bandung.
Olimpiade ini berlangsung pada 3–12 Desember. 14th IJSO yang diikuti 300 peserta berusia 15 tahun yang menguji pengetahuan dan keterampilan peserta di bidang fisika, biologi dan kimia. Supriano menjelaskan, soal yang diuji disesuaikan dengan ciri khas negara penyelenggara. Belanda kali ini mengambil tema Water and Sustainability. "Tema ini disesuaikan karena Belanda dengan manajemen pengelolaan airnya berhasil membuat negerinya kering dan tidak banjir," katanya.
Supriano menjelaskan, IJSO itu tidak melulu soal kompetisi, melainkan juga untuk menjalin relasi dengan sesama pelajar para calon saintis. Di samping itu, kata dia, untuk meningkatkan ketertarikan pada sains untuk jenjang sekolah menengah.
Dia menjelaskan, delegasi ini diambil dari para pemenang Olimpiade Sains Nasional. Para pemenang OSN itu lalu diadu lagi untuk dipilih lima siswa yang diberangkatkan ke Belanda. Sementara itu Peter Addison Sadhani mengaku meski sudah dilatih selama tiga bulan, tetap ada saja rasa cemas yang mendera saat perlombaan dimulai. "Kesulitannya ada. Terutama ada kecemasan, tapi itu harus dilawan. Kemudian juga mental harus kuat dan percaya diri karena lawan di sana tidak mudah," urainya.
Peter yang ingin menjadi penemu ini menjelaskan, saingan terberat dari Taiwan dan Rusia. IJSO menguji soal pilihan ganda, esai dan juga praktik. Mereka harus mempresentasikan masalah air yang sesuai dengan tipikal negara Belanda yang bermasalah dengan air. Misalnya tentang bahaya bakteri di air keran yang langsung minum dan tentang tekanan bendungan di Belanda sehingga tidak meluap. Peter mengaku ingin menjadi penemu kelak saat dewasa. "Cita-cita saya mau jadi penemu menemukan barang berguna untuk masa depan masyarakat," katanya.
Siswa berusia 14 tahun ini mengaku senang dengan sains karena dengan sains kita bisa melihat fenomena alam secara nyata dan mempelajarinya. Menurut dia, sains bisa digunakan untuk membuat teknologi baru yang bisa memajukan masyarakat.
Direktur Pembinaan SMP Ditjen Kemendikbud Supriano mengatakan, kesuksesan pelajar SMP ini sungguh luar biasa, sebab soal yang diuji di olimpiade ini levelnya sudah di atas mata pelajaran di Indonesia. Dia mengatakan, kelahiran IJSO diinisiasi oleh Indonesia dan setiap tahunnya medali selalu diraih para pelajar Indonesia yang melawan siswa lain dari 50 negara.
"Ini prestasi luar biasa. Kita harus bangga karena ini soal internasional yang levelnya di atas pelajaran kita," katanya saat penyambutan tim di Bandara Soekarno-Hatta.
Daftar siswa yang merebut medali di Arnhem-Nijmegen, Belanda, ialah Lugas Firdinand Hamdi peraih medali perak, Steven William dari SMP Petra 1 Surabaya (Perak), Carin Abbie Reyhani dari SMPN 111 Jakarta (Perak). Sementara emas diraih Wilsen Chandra Putra dari SMP Sutomo 1 Medan dan Peter Addison Sadhani dari SMP Santo Aloysius 1 Bandung.
Olimpiade ini berlangsung pada 3–12 Desember. 14th IJSO yang diikuti 300 peserta berusia 15 tahun yang menguji pengetahuan dan keterampilan peserta di bidang fisika, biologi dan kimia. Supriano menjelaskan, soal yang diuji disesuaikan dengan ciri khas negara penyelenggara. Belanda kali ini mengambil tema Water and Sustainability. "Tema ini disesuaikan karena Belanda dengan manajemen pengelolaan airnya berhasil membuat negerinya kering dan tidak banjir," katanya.
Supriano menjelaskan, IJSO itu tidak melulu soal kompetisi, melainkan juga untuk menjalin relasi dengan sesama pelajar para calon saintis. Di samping itu, kata dia, untuk meningkatkan ketertarikan pada sains untuk jenjang sekolah menengah.
Dia menjelaskan, delegasi ini diambil dari para pemenang Olimpiade Sains Nasional. Para pemenang OSN itu lalu diadu lagi untuk dipilih lima siswa yang diberangkatkan ke Belanda. Sementara itu Peter Addison Sadhani mengaku meski sudah dilatih selama tiga bulan, tetap ada saja rasa cemas yang mendera saat perlombaan dimulai. "Kesulitannya ada. Terutama ada kecemasan, tapi itu harus dilawan. Kemudian juga mental harus kuat dan percaya diri karena lawan di sana tidak mudah," urainya.
Peter yang ingin menjadi penemu ini menjelaskan, saingan terberat dari Taiwan dan Rusia. IJSO menguji soal pilihan ganda, esai dan juga praktik. Mereka harus mempresentasikan masalah air yang sesuai dengan tipikal negara Belanda yang bermasalah dengan air. Misalnya tentang bahaya bakteri di air keran yang langsung minum dan tentang tekanan bendungan di Belanda sehingga tidak meluap. Peter mengaku ingin menjadi penemu kelak saat dewasa. "Cita-cita saya mau jadi penemu menemukan barang berguna untuk masa depan masyarakat," katanya.
Siswa berusia 14 tahun ini mengaku senang dengan sains karena dengan sains kita bisa melihat fenomena alam secara nyata dan mempelajarinya. Menurut dia, sains bisa digunakan untuk membuat teknologi baru yang bisa memajukan masyarakat.
(amm)