Delapan Mahasiswa UGM Ikuti Winter Camp 2018 di Taiwan
A
A
A
YOGYAKARTA - Universitas Gadjah Mada (UGM) mengirimkan delapan mahasiswanya ke Taiwan. Mereka mewakili Indonesia dalam program Winter Camp 2018 Taiwan Tech yang diadakan oleh National Taiwan University of Science and Technology.
Winter Camp 2018 Taiwan Tech disponsori oleh Pemerintah Taiwan yang bertujuan untuk memperkenalkan Taiwan kepada mahasiswa-mahasiswa se-Asia. Agenda program tersebut terdiri dari tur di seputar Taipei dan komunitas-komunitas di Taiwan, company visit ke Brighten Optix dan E&E Recycling, hingga lab visits ke berbagai macam laboratorium di sana.
“Beberapa laboratorium yang dikunjungi, di antaranya laboratorium kimia, laboratorium teknik material dan metalurgi, laboratorium 3D printing, dan lain-lain,” terang Muhammad Dzaky Alfajr Dirantona dalam siaran pers yang dikirim UGM kepada wartawan, Jumat (16/2/2018).
Dzaky adalah mahasiswa S1 Manajemen yang menjadi salah satu peserta Winter Camp 2018. Program ini digelar selama tujuh hari dan selesai pada akhir ulan lalu.
Di akhir program, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang ditugaskan untuk menyampaikan presentasi tentang inovasi-inovasi teknologi yang mereka anggap patut dipertimbangkan serta diterapkan oleh Pemerintah Taiwan.
Kelompok yang terdiri dari dua delegasi dari UGM yakni Dzaky dan Riskha Adelia Nurinda (S1 Teknologi Industri Pertanian) dan mahasiswa dari Taiwan Tech, University of the Philippines, Tokyo Institute of Technology, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember memenangkan kategori best presentation.
“Kelompok kami melihat bahwa ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Taiwan, di antaranya kendala bahasa, tingginya angka keletihan buruh pabrik, akses terhadap makanan halal, dan tingginya polusi udara,” terang Dzaky.
Menurut Dzaky, masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan dengan beberapa solusi seperti penerapan Kuliah Kerja Nyata (community service) dan mahasiswa nantinya mengajarkan Bahasa Inggris dasar kepada pedagang-pedagang di area wisata. Selain itu, pabrik-pabrik di Taiwan juga dapat menerapkan penggunaan eksoskeleton (kerangka eksternal) yang berfungsi sebagai body support sehingga dapat mengurangi beban kerja manual para buruh pabrik yang selalu dalam posisi berdiri delapan jam sehari.
“Kami juga mengusulkan agar pemerintah dapat membuat sebuah aplikasi direktori restoran halal di Taiwan agar wisatawan muslim dapat dengan mudah mencari makanan di Taiwan,” jelasnya.
Sementara itu, Meilani Adriyati mahasiswa S2 Teknik Sipil yang juga ikut dalam rombongan Winter Camp 2018 menambahkan bahwa kegiatan Winter Camp 2018 Taiwan Tech bertujuan membentuk persatuan dan hubungan antar pelajar–pelajar di Asia dengan memperkuat kemampuan berkomunikasi secara internasional.
“Para peserta juga dapat mempelajari bagaiamana perkembangan teknologi di Asia, khususnya terkait dengan mesin dan ilmu pengetahuan,” terangnya.
Winter Camp 2018 Taiwan Tech disponsori oleh Pemerintah Taiwan yang bertujuan untuk memperkenalkan Taiwan kepada mahasiswa-mahasiswa se-Asia. Agenda program tersebut terdiri dari tur di seputar Taipei dan komunitas-komunitas di Taiwan, company visit ke Brighten Optix dan E&E Recycling, hingga lab visits ke berbagai macam laboratorium di sana.
“Beberapa laboratorium yang dikunjungi, di antaranya laboratorium kimia, laboratorium teknik material dan metalurgi, laboratorium 3D printing, dan lain-lain,” terang Muhammad Dzaky Alfajr Dirantona dalam siaran pers yang dikirim UGM kepada wartawan, Jumat (16/2/2018).
Dzaky adalah mahasiswa S1 Manajemen yang menjadi salah satu peserta Winter Camp 2018. Program ini digelar selama tujuh hari dan selesai pada akhir ulan lalu.
Di akhir program, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang ditugaskan untuk menyampaikan presentasi tentang inovasi-inovasi teknologi yang mereka anggap patut dipertimbangkan serta diterapkan oleh Pemerintah Taiwan.
Kelompok yang terdiri dari dua delegasi dari UGM yakni Dzaky dan Riskha Adelia Nurinda (S1 Teknologi Industri Pertanian) dan mahasiswa dari Taiwan Tech, University of the Philippines, Tokyo Institute of Technology, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember memenangkan kategori best presentation.
“Kelompok kami melihat bahwa ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Taiwan, di antaranya kendala bahasa, tingginya angka keletihan buruh pabrik, akses terhadap makanan halal, dan tingginya polusi udara,” terang Dzaky.
Menurut Dzaky, masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan dengan beberapa solusi seperti penerapan Kuliah Kerja Nyata (community service) dan mahasiswa nantinya mengajarkan Bahasa Inggris dasar kepada pedagang-pedagang di area wisata. Selain itu, pabrik-pabrik di Taiwan juga dapat menerapkan penggunaan eksoskeleton (kerangka eksternal) yang berfungsi sebagai body support sehingga dapat mengurangi beban kerja manual para buruh pabrik yang selalu dalam posisi berdiri delapan jam sehari.
“Kami juga mengusulkan agar pemerintah dapat membuat sebuah aplikasi direktori restoran halal di Taiwan agar wisatawan muslim dapat dengan mudah mencari makanan di Taiwan,” jelasnya.
Sementara itu, Meilani Adriyati mahasiswa S2 Teknik Sipil yang juga ikut dalam rombongan Winter Camp 2018 menambahkan bahwa kegiatan Winter Camp 2018 Taiwan Tech bertujuan membentuk persatuan dan hubungan antar pelajar–pelajar di Asia dengan memperkuat kemampuan berkomunikasi secara internasional.
“Para peserta juga dapat mempelajari bagaiamana perkembangan teknologi di Asia, khususnya terkait dengan mesin dan ilmu pengetahuan,” terangnya.
(kri)