Penilaian Baru SBMPTN Lebih Untungkan Siswa

Rabu, 11 April 2018 - 12:52 WIB
Penilaian Baru SBMPTN Lebih Untungkan Siswa
Penilaian Baru SBMPTN Lebih Untungkan Siswa
A A A
JAKARTA - Metode penilaian baru dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SBMPTN) dinilai akan lebih menguntungkan siswa peserta seleksi.

Dalam sistem penilaian yang selama ini dipakai, jawaban benar mendapat skor empat, sedangkan jawaban salah maupun tidak dijawab diberi skor minus. Sistem lama ini sudah mulai di tinggalkan.

“Sudahlah sistem penilaian seperti itu ditinggalkan saja, karena tidak menguntungkan siswa,” kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohammad Nasir di Jakarta kemarin. Mantan rektor Universitas Di ponegoro ini menjelaskan, sekarang model penilaian yang dipakai berbeda.

Kalau peserta menjawab dengan benar maka diberi nilai satu. Tetapi kalau tidak menjawab atau salah, nilainya nol. Namun, penilaiannya tidak hanya sampai jawaban peserta semata, tetapi juga nanti data jawaban peserta yang masuk akan diolah lagi untuk dianalisis.

Untuk lebih mudahnya, Nasir menjelaskan bahwa jika ada dua peserta ujian yang mendapat nilai 80 maka nanti dianalisis lagi. Peserta yang bisa menjawab soal lebih sulit akan mendapat prioritas lebih tinggi. Salah satu dari dua peserta tersebut yang paling banyak menjawab soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi akan lolos.

Sistem penilaian baru SBMPTN yang disebut item response theory ini dinilai lebih adil bagi peserta. Selain itu, perguruan tinggi negeri pun akan bisa mendapat calon mahasiswa yang lebih berkualitas.

“Harapannya supaya tidak ada lagi unsur gambling (perjudian). Nanti akan ditun juk kan bahwa yang dapat nilai 80 misalnya, unggulnya di sini. Sedangkan yang 80 lainnya kelemahannya di sini sehingga enggak bisa masuk (tidak lolos SBMPTN),” katanya.

Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek-Dikti Intan Ahmad menambahkan, sistem penilaian baru ini sudah melalui kajian mendalam yang dilakukan para ahli.

Bahkan, kata dia, negara maju pun memakai sistem penilaian ini agar seleksi mahasiswa baru bisa dilakukan lebih adil. Sehingga pemberian nilai plus minus ditinggalkan, sedangkan tahun ini yang tidak menjawab dan salah akan mendapat nol.

Guru Besar Biologi Institut Tek nologi Bandung ini menjelaskan bahwa perguruan tinggi pun akan lebih mudah menyeleksi. Misalnya jika semula di satu perguruan tinggi hanya menerima 200 mahasiswa baru, nanti calon mahasiswa yang potensial masuk akan banyak sekali.

Tetapi dengan item response theory ini akan lebih tajam kemampuannya untuk melihat antara satu peserta dan yang lainnya yang lebih tinggi kualitasnya dalam menjawab soal. Intan menjelaskan, melalui perhitungan matematika maka soal yang dikatakan sulit bukanlah atas dasar penilaian sang pembuat soal.

Namun dari sekian ratus ribu peserta SBMPTN yang menjawab soal akan terlihat mana soal yang bisa dijawab dan mana yang tidak. Rektor Universitas Negeri Semarang Fathur Rokhman menjelaskan, dengan model yang menggunakan teori responsbutir maka dimungkinkan untuk mengelompokkan siswa yang benar-benar bisa menjawab soal sulit dan mengurangi faktor guessing dalam mengerjakan soal.

Dia menjelaskan, model yang tidak menggunakan sistem minus akan membuat siswa yang sebetulnya kurang menguasai soal terjebak hanya menjawab soal mudah, sementara siswa dengan kemampuan yang lebih akan bisa lebih efektif menjawab soal yang sulit.

Pada akhirnya, dengan waktu yang relatif sedikit siswa yang lebih pintar akan mendapat skor lebih tinggi dari siswa lainnya.

Sementara pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan berpendapat, sistem penilaian sekarang berdasarkan standar dari banyak buku teks.

Dia berpendapat tidak ada masalah dengan pola baru ini asal kan rumus akhir dalam menentukan nilai sesuai dengan sistem skor. “Yang harus dicegah adalah jangan ada penalti minus satu untuk jawaban yang salah,” katanya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2405 seconds (0.1#10.140)