13.525 Siswa SMA Berebut Tiket Emas ke Olimpiade Sains Nasional
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 13.525 siswa terbaik dari sembilan bidang ilmu pengetahuan mengikuti Olimpiade Sains Provinsi (OSP). Mereka menjalani seleksi menuju tingkat nasional (OSN) untuk nantinya menjadi perwakilan Indonesia pada olimpiade internasional.
Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Purwadi Sutanto mengatakan, 13.525 siswa ini merupakan yang terbaik dari tingkat kabupaten/kota. Mereka juara di bidang matematika, fisika, kimia, biologi, komputer, astronomi, ekonomi, kebumian dan geografi.
Dalam OSP 2018 ini, Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi terbanyak yang mengikutkan peserta ke ajang seleksi provinsi, yaitu 1.149 siswa.
Sedangkan Kalimantan Utara, hanya meloloskan 48 siswanya ke ajang OSP 2017. "Namun perbandingan ini tidak serta merta menjadi patokan, karena dalam kenyataannya OSP maupun OSN selalu memunculkan kejutan tidak terduga. Semua provinsi memiliki kesempatan dan peluang yang sama," katanya di Kemendikbud, Senin 17 April 2018.
Diketahui, OSP dilaksanakan serentak di seluruh provinsi di Indonesia pada 17-19 April. OSP merupakan seleksi penentuan, lolos atau tidaknya mereka ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yakni Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang akan dilaksanakan di Padang, Sumatera Barat, 1–7 Juli 2018.
Purwadi menyatakan, mereka adalah bibit-bibit masa depan yang akan menjadi motor generasi emas Indonesia pada masa mendatang.
Mulai dari tingkat kabupaten/kota siswa SMA dijaring yang memiliki potensi, bakat dan minat dalam bidang sains.
Purwadi optimistis, seleksi OSP dan OSN ini akan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia kedepan dan mereka juga yang akan menjadi perwakilan Indonesia di berbagai ajang olimpiade internasional.
Dia menuturkan, seleksi berjenjang dengan tingkat kesulitan dan tantangan berbeda-beda secara tidak langsung juga akan menseleksi dan membentuk karakter peserta.
Lewat seleksi berjenjang, jelasnya, siswa tidak lantas berpuas diri dengan pencapaian di tingkat sebelumnya karena harus mempersiapkan diri ke level persaingan seleksi berikutnya yang lebih tinggi.
“Siswa dibiasakan untuk terus meningkatkan kualitas diri sehingga tumbuh menjadi sosok yang selalu siap menghadapi segala tantangan di depan. Dalam hal ini, tentunya, siswa juga butuh dukungan banyak pihak,” tuturnya.
Kasubdit Peserta Didik Kemendikbud Suharlan mengatakan, pemerintah provinsi haruslah memberikan perhatian penuh kepada OSP.
Hal ini sejalan dengan berlakunya UU No 23/2014, yakni fokus pendidikan menengah ditangani oleh provinsi. Oleh karena itu, OSP memerlukan dukungan pemerintah provinsi dengan menggelontorkan APBD Provinsi.
"Diharapkan kepada seluruh peserta di bawah naungan provinsi, terus melakukan pembinaan yang intensif agar dapat bersaing maksimal dengan provinsi lainnya sebelum menuju ke ajang yang lebih bergengsi, yaitu OSN 2018.” tutur Suharlan.
Dia menjelaskan, OSP menjadi ajang bergengsi tinggi karena merupakan gerbang terakhir para peserta untuk meraih tiket emas ke pentas OSN.
OSN dikatakannya juga menjadi ajang pendidikan karakter sebab melalui seleksi ini ada pelajaran yang bisa dipetik, yakni kejujuran, sportivitas dan anti mencontek yang akan menjadi kultur bagi generasinya.
Suharlan mengatakan, semua siswa yang terseleksi masuk ke tingkat provinsi ini sudah pasti yang terbaik dari sekian juta peserta didik.
Menurut dia, jika sekian ribu siswa terbaik bersaing, maka yang paling siap yang akan bertahan untuk kemudian maju ke tingkat nasional dan kemudian membawa bendera kebesaran Indonesia ke kancah dunia.
"Selamat berjuang," kata Suharlan.
Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Purwadi Sutanto mengatakan, 13.525 siswa ini merupakan yang terbaik dari tingkat kabupaten/kota. Mereka juara di bidang matematika, fisika, kimia, biologi, komputer, astronomi, ekonomi, kebumian dan geografi.
Dalam OSP 2018 ini, Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi terbanyak yang mengikutkan peserta ke ajang seleksi provinsi, yaitu 1.149 siswa.
Sedangkan Kalimantan Utara, hanya meloloskan 48 siswanya ke ajang OSP 2017. "Namun perbandingan ini tidak serta merta menjadi patokan, karena dalam kenyataannya OSP maupun OSN selalu memunculkan kejutan tidak terduga. Semua provinsi memiliki kesempatan dan peluang yang sama," katanya di Kemendikbud, Senin 17 April 2018.
Diketahui, OSP dilaksanakan serentak di seluruh provinsi di Indonesia pada 17-19 April. OSP merupakan seleksi penentuan, lolos atau tidaknya mereka ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yakni Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang akan dilaksanakan di Padang, Sumatera Barat, 1–7 Juli 2018.
Purwadi menyatakan, mereka adalah bibit-bibit masa depan yang akan menjadi motor generasi emas Indonesia pada masa mendatang.
Mulai dari tingkat kabupaten/kota siswa SMA dijaring yang memiliki potensi, bakat dan minat dalam bidang sains.
Purwadi optimistis, seleksi OSP dan OSN ini akan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia kedepan dan mereka juga yang akan menjadi perwakilan Indonesia di berbagai ajang olimpiade internasional.
Dia menuturkan, seleksi berjenjang dengan tingkat kesulitan dan tantangan berbeda-beda secara tidak langsung juga akan menseleksi dan membentuk karakter peserta.
Lewat seleksi berjenjang, jelasnya, siswa tidak lantas berpuas diri dengan pencapaian di tingkat sebelumnya karena harus mempersiapkan diri ke level persaingan seleksi berikutnya yang lebih tinggi.
“Siswa dibiasakan untuk terus meningkatkan kualitas diri sehingga tumbuh menjadi sosok yang selalu siap menghadapi segala tantangan di depan. Dalam hal ini, tentunya, siswa juga butuh dukungan banyak pihak,” tuturnya.
Kasubdit Peserta Didik Kemendikbud Suharlan mengatakan, pemerintah provinsi haruslah memberikan perhatian penuh kepada OSP.
Hal ini sejalan dengan berlakunya UU No 23/2014, yakni fokus pendidikan menengah ditangani oleh provinsi. Oleh karena itu, OSP memerlukan dukungan pemerintah provinsi dengan menggelontorkan APBD Provinsi.
"Diharapkan kepada seluruh peserta di bawah naungan provinsi, terus melakukan pembinaan yang intensif agar dapat bersaing maksimal dengan provinsi lainnya sebelum menuju ke ajang yang lebih bergengsi, yaitu OSN 2018.” tutur Suharlan.
Dia menjelaskan, OSP menjadi ajang bergengsi tinggi karena merupakan gerbang terakhir para peserta untuk meraih tiket emas ke pentas OSN.
OSN dikatakannya juga menjadi ajang pendidikan karakter sebab melalui seleksi ini ada pelajaran yang bisa dipetik, yakni kejujuran, sportivitas dan anti mencontek yang akan menjadi kultur bagi generasinya.
Suharlan mengatakan, semua siswa yang terseleksi masuk ke tingkat provinsi ini sudah pasti yang terbaik dari sekian juta peserta didik.
Menurut dia, jika sekian ribu siswa terbaik bersaing, maka yang paling siap yang akan bertahan untuk kemudian maju ke tingkat nasional dan kemudian membawa bendera kebesaran Indonesia ke kancah dunia.
"Selamat berjuang," kata Suharlan.
(dam)