Mahasiswa UGM Ciptakan Pengikat Limbah Merkuri dari Limbah Kayu
A
A
A
YOGYAKARTA - Empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan inovasi produk komposit magnetik karbon aktif yang mampu menyerap kandungan limbah merkuri. Bahan yang digunakan juga sangat sederhana dan murah yakni dari limbah kayu jati. Limbah ini banyak di temukan di Kota Yogyakarta.
Keempatnya masing-masing Charlis Ongkho mahasiswa Teknik Fisika angkatan 2015, M Rifqi Al-Ghifari (Kimia 2014), Bagas Ikhsan Pratomo (Kimia 2014) dan M Ilham Romadon (Akuntansi 2015) ini tergabung dalam sebuah grup riset bernama SuperC6. Mereka fokus meneliti tentang limbah tambang.
Ketua Tim Riset Super C6, M Rifqi Al-Ghifari menyebut timnya mengembangkan produk karbon mangnetik bubuk yang bisa menyerap kandungan merkuri. Bahan yang digunakan berasal dari limba kayu jati yang banyak ditemui di masyarakat utamanya para perajin mebel.
“Limbah kayu jati ini bagus untuk membuat bahan karbon penyerap merkuri . Selain itu harganya juga murah,” terangnya di Yogyakarta, Jumat (25/5/2018).
Limbah kayu jati ini kemudian dioleh khusus dengan dipanaskan hingga 300 derajat celcius kemudian dihaluskan. Bahan ini sudah sudah siap digunakan untuk menyerap limbah merkuri di dalam air.
Tinggal ditaburkan dengan komposisi tertentu di dalam kolam penampungan limbah dengan sendirinya merekuri akan terserap dalam karbon yang dibuat dari limbah kayu jati ini. Agar limbah ini bisa diambil dengan mudah keempat mahasiswa UGM ini mengadopsi dengan magnetik.
Magnetik ini cukup ditempelkan di sudut-sudut kolam limbah maka karbon yang sudah menyerap merkuri ini akan mengumpul di dekat magnet tadi. Terobosan ini memudahkan untuk pembersihan kolam penampungan dari karbon yang telah menyerap merkuri tadi.
“Karbon ini berbentuk bubuk. Kalau tanpa rekayasa magnetik ini maka akan sulit dibersihkan dan membutuhkan biaya yang mahal. Dengan terobosan ini pembersihan jadi cepat dan hemat biaya,” tambah Bagas Ikhsan Pratomo.
Formula yang dikembangkan oleh mahasiswa UGM ini tidak hanya menghadirkan terobosan baru dalam mengatasi persoalan limbah merkuri. Produk yang dikembangkan juga berhasil menghantarkan mereka meraih juara I Bussiness Plan Competition 2017 di FMIPA UGM. Di samping itu, lolos menjadi finalis di kompetisi PGN Innovation, Kalijaga Research & Innovation, dan Economic Fair UKSW.
Harapannya penemuan tim Super C6 ini bisa digunakan oleh skala industri dan bermanfaat dalam penyelamatan lingkungan. Mengingat limbah merkuri ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
“Limbah merkuri sangat berbahaya. Jika air limbah yang mengandung merkuri masuk ke dalam tanah maka bisa mencemari air sumur warga, sungai dan lainnya. Imbasnya sangat berbahaya bagi kesehatan,” terang Ilham.
Ke depan mereka berencana mematenkan produk temuan mereka yang murah meriah ini. “Kami belum punya dana untuk mendaftarkan hak paten. Tapi ke depan rencananya memang akan dipatenkan,” tegasnya.
Dibanding pengelolaan limbah pertambangan yang saat ini dilakukan, produk mereka diyakini lebih praktis dan hemat biaya. Pengelolaan limbah juga tidak memerlukan banyak kolam penampungan limbah.
“Kami telah hitung biayanya untuk sekala industri. Hasilnya lebih murah,” tegas Rifqi Al Ghifari.
Keempatnya masing-masing Charlis Ongkho mahasiswa Teknik Fisika angkatan 2015, M Rifqi Al-Ghifari (Kimia 2014), Bagas Ikhsan Pratomo (Kimia 2014) dan M Ilham Romadon (Akuntansi 2015) ini tergabung dalam sebuah grup riset bernama SuperC6. Mereka fokus meneliti tentang limbah tambang.
Ketua Tim Riset Super C6, M Rifqi Al-Ghifari menyebut timnya mengembangkan produk karbon mangnetik bubuk yang bisa menyerap kandungan merkuri. Bahan yang digunakan berasal dari limba kayu jati yang banyak ditemui di masyarakat utamanya para perajin mebel.
“Limbah kayu jati ini bagus untuk membuat bahan karbon penyerap merkuri . Selain itu harganya juga murah,” terangnya di Yogyakarta, Jumat (25/5/2018).
Limbah kayu jati ini kemudian dioleh khusus dengan dipanaskan hingga 300 derajat celcius kemudian dihaluskan. Bahan ini sudah sudah siap digunakan untuk menyerap limbah merkuri di dalam air.
Tinggal ditaburkan dengan komposisi tertentu di dalam kolam penampungan limbah dengan sendirinya merekuri akan terserap dalam karbon yang dibuat dari limbah kayu jati ini. Agar limbah ini bisa diambil dengan mudah keempat mahasiswa UGM ini mengadopsi dengan magnetik.
Magnetik ini cukup ditempelkan di sudut-sudut kolam limbah maka karbon yang sudah menyerap merkuri ini akan mengumpul di dekat magnet tadi. Terobosan ini memudahkan untuk pembersihan kolam penampungan dari karbon yang telah menyerap merkuri tadi.
“Karbon ini berbentuk bubuk. Kalau tanpa rekayasa magnetik ini maka akan sulit dibersihkan dan membutuhkan biaya yang mahal. Dengan terobosan ini pembersihan jadi cepat dan hemat biaya,” tambah Bagas Ikhsan Pratomo.
Formula yang dikembangkan oleh mahasiswa UGM ini tidak hanya menghadirkan terobosan baru dalam mengatasi persoalan limbah merkuri. Produk yang dikembangkan juga berhasil menghantarkan mereka meraih juara I Bussiness Plan Competition 2017 di FMIPA UGM. Di samping itu, lolos menjadi finalis di kompetisi PGN Innovation, Kalijaga Research & Innovation, dan Economic Fair UKSW.
Harapannya penemuan tim Super C6 ini bisa digunakan oleh skala industri dan bermanfaat dalam penyelamatan lingkungan. Mengingat limbah merkuri ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
“Limbah merkuri sangat berbahaya. Jika air limbah yang mengandung merkuri masuk ke dalam tanah maka bisa mencemari air sumur warga, sungai dan lainnya. Imbasnya sangat berbahaya bagi kesehatan,” terang Ilham.
Ke depan mereka berencana mematenkan produk temuan mereka yang murah meriah ini. “Kami belum punya dana untuk mendaftarkan hak paten. Tapi ke depan rencananya memang akan dipatenkan,” tegasnya.
Dibanding pengelolaan limbah pertambangan yang saat ini dilakukan, produk mereka diyakini lebih praktis dan hemat biaya. Pengelolaan limbah juga tidak memerlukan banyak kolam penampungan limbah.
“Kami telah hitung biayanya untuk sekala industri. Hasilnya lebih murah,” tegas Rifqi Al Ghifari.
(kri)