Tim Olimpiade Sains Indonesia Semakin Bersinar
A
A
A
JAKARTA - Tim olimpiade sains jenjang SMA semakin bersinar. Setelah tim matematika menempatkan Indonesia di urutan ke-10 dari 136 negara kini tim olimpiade fisika dan kimia menyumbangkan banyak medali bagi Indonesia.
Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Purwadi Sutanto mengatakan, tahun ini Indonesia mendapatkan prestasi yang luar biasa di olimpiade sains. Dimulai dari tim matematika yang membawa enam medali dan menempatkan Indonesia di urutan ke 10 dari 136 negara yang berlaga di olimpiade matematika jenjang SMA di Rumania. Lalu kini, katanya, lima pelajar yang berjuang International Physics Olympiad (IPho) di Lisbon, Portugal kelima-limanya mendapatkan medali yakni satu emas, satu perak dan tiga perunggu.
Kemudian, lanjut Purwadi, empat pelajar yang bertarung di olimpiade kimia di The 50th IChO (International Chemistry Olympiad/IChO) juga berhasil mempersembahkan satu emas, satu perak dan dua perunggu. Diketahui, pada ICHo tahun lalu Indonesia meraih satu emas dan tiga perak dan di ICHo sebelumnya Indonesia meraih dua perak dan dua perunggu. Sedangkan di IPho yang diselenggarakan di Yogyakarta tahun lalu Indonesia meraih dua emas dan tiga perak.
Menurut dia, keberhasilan para pelajar Indonesia yang selalu pulang membawa medali adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Mereka berhasil mengukir nama Indonesia di kancah olimpiade sains dan matematika yang persaingannya luar biasa ketat melawan Eropa dan Asia Timur. Dia mengatakan, kemampuan tim ini semakin menunjukkan bahwa Indonesia patut diperhitungkan dan bukan lagi negara lapis kedua di persaingan olimpiade sains dan matematika ini. "Ini prestasi yang luar biasa yang kita persembahkan untuk kemerdekaan RI. Anak-anak ini membuktikan bahwa anak-anak kita bukan second layer," katanya.
Dia mengatakan, adanya prestasi di tingkat internasional ini tidak lepas dari penjaringan yang dilakukan pemerintah sejak sekolah dasar di tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, dan juga nasional melalui Olimpiade Sains Nasional (OSN). Kompetisi yang berjenjang ini, jelasnya, membuat sistem kompetisi yang baik bagi anak. Kompetisi yang digelar berjenjang ini juga mempermudah pemerintah untuk menjaring banyak anak berprestasi tidak hanya hanya dari Pulau Jawa namun juga provinsi lain di Indonesia.
Pada olimpiade kimia yang diikuti 80 negara medali emas dipersembahkan oleh Christopher Ivan Wijaya dari SMAK YSKO, Semarang. Medali perak diraih oleh Abdullah Muqaddam dari MAN Insan Cendekia Serpong, Banten. Lalu medali perunggu dibawa pulang Rizki Kurniawan dari SMAN 1 Kota Metro, Lampung dan Muhammad Syaiful dari SMA Cindera Mata Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sedangkan perolehan medali di IPhO yakni Johanes dari SMAK Frateran Surabaya meraih emas, perak diraih oleh Jason Jovi Brata dari SMAK 1 Penabur Jakarta dan perunggu oleh Ahmad Aufar Thoriq dari SMA Semesta BBS Semarang, Jawa Tengah dan Bryant Juspi SMA Darma Yudha Pekanbaru, Riau dan Raditya Adhidarma Nugraha dari SMAN 1 Yogyakarta.
Purwadi menjelaskan, adanya sistem zonasi pada sistem penerimaan siswa baru juga mendukung pembibitan siswa berprestasi di olimpiade ini. "Dengan zonasi harapannya mutu sekolah setara untuk yang negeri. Semua anak akan diberikan kesempatan yang sama. Ada yang menang dari Lampung. Jadi tidak lagi di monopoli dari Jakarta, Surabaya, jogja ataupun Bandung," katanya.
Kasubdit Peserta Didik Direktorat SMA Kemendikbud Suharlan menambahkan, semangat nasionalisme dan kebangsaan ini akan terus dipelihara dengan baik di event apapun. Dia berharap semoga kedepan prestasi yang diraih oleh para pelejar ini bisa dipertahankan dengan mengevaluasi kekurangan yang ada. Dia menjelaskan, target prestasi harus diraih dengan smangat, kerja keras, tidak putus asa dan percaya diri menghadapi lawan-lawan yang cukup tangguh dengan cerdas.
Peraih emas di IPHo Johanes mengatakan, dia sangat gembira karena bisa mengalahkan lawan terberat di olimpiade itu yakni peserta dari Cina. Johanes mengatakan, ada dua tes yang diuji yakni tes teori dan eksperimen.
Kata dia, untuk tes teori tahun ini tidak terlalu sulit. Tes eksperimennya yang sangat sulit yakni opik soal eksperimennya adalah tentang kertas listrik sebagai transistor JFET dan tentang sifat material benang polimer yang non-linier. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat kelistrikan dari suatu material kertas yang berperilaku sebagai transistor dan karakteristik fisis benang polimer yang ternyata mudah berubah menjadi plastis.
Johanes menjelaskan, materi yang dia temui di olimpiade tidak ada yang dia temui di pelajaran sekolah. Beruntung selama karantina dia dilatih oleh dosen-dosen yang sudah berpengalaman dibidang fisika. Lelaki kelahiran Surabaya ini mengaku sangat senang sekali bisa ikut olimpiade internasional karena soal-soalnya sangat memicu rasa ingin tahu. "Aku sendiri sudah berlatih sejak 1,5 tahun lalu," ujarnya yang sudah menerima tawaran beasiswa kuliah di Hong Kong, Singapura dan Indonesia. (Neneng Zubaidah)
Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Purwadi Sutanto mengatakan, tahun ini Indonesia mendapatkan prestasi yang luar biasa di olimpiade sains. Dimulai dari tim matematika yang membawa enam medali dan menempatkan Indonesia di urutan ke 10 dari 136 negara yang berlaga di olimpiade matematika jenjang SMA di Rumania. Lalu kini, katanya, lima pelajar yang berjuang International Physics Olympiad (IPho) di Lisbon, Portugal kelima-limanya mendapatkan medali yakni satu emas, satu perak dan tiga perunggu.
Kemudian, lanjut Purwadi, empat pelajar yang bertarung di olimpiade kimia di The 50th IChO (International Chemistry Olympiad/IChO) juga berhasil mempersembahkan satu emas, satu perak dan dua perunggu. Diketahui, pada ICHo tahun lalu Indonesia meraih satu emas dan tiga perak dan di ICHo sebelumnya Indonesia meraih dua perak dan dua perunggu. Sedangkan di IPho yang diselenggarakan di Yogyakarta tahun lalu Indonesia meraih dua emas dan tiga perak.
Menurut dia, keberhasilan para pelajar Indonesia yang selalu pulang membawa medali adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Mereka berhasil mengukir nama Indonesia di kancah olimpiade sains dan matematika yang persaingannya luar biasa ketat melawan Eropa dan Asia Timur. Dia mengatakan, kemampuan tim ini semakin menunjukkan bahwa Indonesia patut diperhitungkan dan bukan lagi negara lapis kedua di persaingan olimpiade sains dan matematika ini. "Ini prestasi yang luar biasa yang kita persembahkan untuk kemerdekaan RI. Anak-anak ini membuktikan bahwa anak-anak kita bukan second layer," katanya.
Dia mengatakan, adanya prestasi di tingkat internasional ini tidak lepas dari penjaringan yang dilakukan pemerintah sejak sekolah dasar di tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, dan juga nasional melalui Olimpiade Sains Nasional (OSN). Kompetisi yang berjenjang ini, jelasnya, membuat sistem kompetisi yang baik bagi anak. Kompetisi yang digelar berjenjang ini juga mempermudah pemerintah untuk menjaring banyak anak berprestasi tidak hanya hanya dari Pulau Jawa namun juga provinsi lain di Indonesia.
Pada olimpiade kimia yang diikuti 80 negara medali emas dipersembahkan oleh Christopher Ivan Wijaya dari SMAK YSKO, Semarang. Medali perak diraih oleh Abdullah Muqaddam dari MAN Insan Cendekia Serpong, Banten. Lalu medali perunggu dibawa pulang Rizki Kurniawan dari SMAN 1 Kota Metro, Lampung dan Muhammad Syaiful dari SMA Cindera Mata Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sedangkan perolehan medali di IPhO yakni Johanes dari SMAK Frateran Surabaya meraih emas, perak diraih oleh Jason Jovi Brata dari SMAK 1 Penabur Jakarta dan perunggu oleh Ahmad Aufar Thoriq dari SMA Semesta BBS Semarang, Jawa Tengah dan Bryant Juspi SMA Darma Yudha Pekanbaru, Riau dan Raditya Adhidarma Nugraha dari SMAN 1 Yogyakarta.
Purwadi menjelaskan, adanya sistem zonasi pada sistem penerimaan siswa baru juga mendukung pembibitan siswa berprestasi di olimpiade ini. "Dengan zonasi harapannya mutu sekolah setara untuk yang negeri. Semua anak akan diberikan kesempatan yang sama. Ada yang menang dari Lampung. Jadi tidak lagi di monopoli dari Jakarta, Surabaya, jogja ataupun Bandung," katanya.
Kasubdit Peserta Didik Direktorat SMA Kemendikbud Suharlan menambahkan, semangat nasionalisme dan kebangsaan ini akan terus dipelihara dengan baik di event apapun. Dia berharap semoga kedepan prestasi yang diraih oleh para pelejar ini bisa dipertahankan dengan mengevaluasi kekurangan yang ada. Dia menjelaskan, target prestasi harus diraih dengan smangat, kerja keras, tidak putus asa dan percaya diri menghadapi lawan-lawan yang cukup tangguh dengan cerdas.
Peraih emas di IPHo Johanes mengatakan, dia sangat gembira karena bisa mengalahkan lawan terberat di olimpiade itu yakni peserta dari Cina. Johanes mengatakan, ada dua tes yang diuji yakni tes teori dan eksperimen.
Kata dia, untuk tes teori tahun ini tidak terlalu sulit. Tes eksperimennya yang sangat sulit yakni opik soal eksperimennya adalah tentang kertas listrik sebagai transistor JFET dan tentang sifat material benang polimer yang non-linier. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat kelistrikan dari suatu material kertas yang berperilaku sebagai transistor dan karakteristik fisis benang polimer yang ternyata mudah berubah menjadi plastis.
Johanes menjelaskan, materi yang dia temui di olimpiade tidak ada yang dia temui di pelajaran sekolah. Beruntung selama karantina dia dilatih oleh dosen-dosen yang sudah berpengalaman dibidang fisika. Lelaki kelahiran Surabaya ini mengaku sangat senang sekali bisa ikut olimpiade internasional karena soal-soalnya sangat memicu rasa ingin tahu. "Aku sendiri sudah berlatih sejak 1,5 tahun lalu," ujarnya yang sudah menerima tawaran beasiswa kuliah di Hong Kong, Singapura dan Indonesia. (Neneng Zubaidah)
(nfl)