Vokasi Swasta Bantu SMK Kembangkan Karier
A
A
A
JAKARTA - Kalangan swasta, khususnya pelaku usaha memang diharapkan membantu vokasi kepada lembaga pelatihan, seperti Balai Latihan Kerja (BLK) atau pendidikan formal di SMK.
Diharapkan dengan turunnya langsung perusahaan yang membawa para ahli di bidangnya ini dapat membantu sekolah dalam memberikan kompetensi baru. Nyatanya, bukan hanya perusahaan, lembaga nonprofit yang fokus pada pendidikan juga turut andil memberikan vokasi.
Salah satunya Markoding atau Mari Kita Coding. Yayasan yang berisi beberapa programmer membawa misi memberdayakan kaum marjinal untuk belajar coding. Amanda Simandjuntak, pendiri Markoding menjelaskan, kini mereka tengah fokus untuk mengajar di SMA dan SMK di Jakarta.
Awalnya, Markoding berdiri untuk anak-anak di sekitar wilayah Cilincing, Jakarta Timur. Amanda beralih ke sekolah formal sebab prihatin karena dalam beberapa waktu terakhir lulusan SMK menjadi yang paling banyak menganggur.
Amanda melihat para lulusan SMK tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan dunia kerja saat ini. Keprihatinan ini membuat Markoding bertekad untuk berperan serta membantu memberi keahlian teknologi informasi (TI) yang mereka punya untuk para generasi muda.
Markoding bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Jakarta Timur untuk masuk ke beberapa SMA dan SMK di sana. “Lagi cari model yang pas supaya efektif untuk pelatihan apakah dengan cara training booth camp atau weekly sebagai ekstrakulikuler,” ungkapnya.
Markoding ini terbilang masih seumur jagung, setahun berdiri sehingga mereka masih tahap proses mencetak programmer muda. Siswa yang dilatih masih kelas 2 SMA sehingga masih setahun lagi waktu pelatihan. Diharapkan setelah lulus mereka bisa menjadi programmer di perusahaan atau juga meneruskan pendidikan di bidang serupa.
“Tahun depan sudah ada kerja sama dengan beberapa sekolah. Konsepnya, berupa training intensif selama dua bulan yang akan menghasilkan lulusan yang siap kerja,” sambung Amanda.
Untuk saat ini Markoding masih fokus untuk mengajar di SMK 58, SMK Karya Dharma, SMA 9 dan di SMA 91 dengan 20 relawan pengajar. Para pengajar terdiri atas programmer yang memang memiliki passion menjadi relawan sesuai bidang mereka.
Satu sekolah terdiri atas dua pengajar yang jadwal mengajar disesuaikan dengan waktu para profesional tersebut. Tidak heran kelas Markoding ini diadakan saat akhir pekan selama 3-4 jam.
Amanda semakin serius untuk menjadi bagian dari vokasi ke SMK. Rencananya Markoding menjadi sebuah social enterprise yang mengutamakan aksi sosial untuk mengajar, tapi juga ada bisnis agar lembaga mereka dapat terus eksis.
Amanda bermimpi kelak coding bisa masuk kurikulum. “Itu masih jadi tantangan supaya anak-anak ini semangat untuk belajar. Training kita ini bisa masuk dalam nilai mereka,” ujarnya.
Saat ini masih terbatas, hanya sekitar 20-30 anak dari ratusan siswa yang dapat belajar coding melalui Markoding. Diprioritaskan bagi mereka yang tidak mampu dan memang minat untuk belajar coding .
Amanda mengakui, dibutuhkan motivasi besar untuk belajar coding. Mereka yang benar-benar tertarik di bidang TI. Lantas sepenting apakah profesi programmer pada masa kini? Amanda menjelaskan, programmer sangat berpotensi pada era digital seperti saat ini.
“Saya punya perusahaan konsultan TI jadi tahu sekali bagaimana permintaan programmer. Saya sulit sekali mencari programmer sampai harus cari ke India dan Sri Lanka,” ceritanya.
Revitalisasi SMK menjadi sebuah gebrakan pendidikan vokasi yang mulai digerakkan sejak 2016. Keterlibatan dan kolaborasi dengan industri dalam meningkatkan mutu pendidikan vokasi menjadi salah satu kunci dari keberhasilan program revitalisasi SMK.
Untuk itu, para industri yang turut andil dengan memberikan penghargaan Industri Peduli SMK acara Rembuk Pendidikan Kejuruan SMK 2018, belum lama ini. Salah satu industri yang berhasil mendapat penghargaan yakni L’Oreal Professionnel adalah salah satu label kecantikan rambut di bawah naungan PT L’Oreal Indonesia.
Perusahaan lain, yakni Astra Honda Motor, PLN (Perusahaan Listrik Nasional), Yamaha Manufacturing, PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart). Penghargaan diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, didampingi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy. “Edukasi adalah salah satu dari tiga pilar utama kami selain inovasi dan inspirasi.
Tidak hanya edukasi untuk mengembangkan kemampuan partner hairdresser . Kami tapi juga kemampuan penata rambut masa depan yang saat ini bibitnya sudah ada di SMK,” ujar Michael Justisoesetya, General Manager Professional Products Division L’Oreal Indonesia.
Penghargaan ini bagi L’Oreal merupakan sebuah kebanggaan yang dapat memacu mereka untuk terus memberikan dukungan dan kontribusi kami terhadap pendidikan vokasi, khususnya di jurusan kecantikan rambut agar mampu menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang siap berkarya di industri tata rambut di Indonesia.
Program L’Oreal Hairducation merupakan sebuah program kolaborasi bersama dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) dan SMK yang bertujuan untuk mendukung gerakan revitalisasi SMK dalam bidang kecantikan rambut sekaligus untuk membantu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dalam industri kecantikan rambut di Indonesia yang sangat kurang.
L’Oreal Hairducation memiliki empat komitmen utama, yaitu penyelarasan kurikulum dan penyelenggaraan kelas industri di sekolah yang memiliki jurusan kecantikan rambut.
Dukungan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru kecantikan rambut SMK serta dukungan terhadap kompetisi nasional SMK dalam bidang kecantikan rambut serta penerapan harga khusus SMK untuk produk-produk L’Oreal Professionnel agar mudah dijangkau oleh sekolah.
Michael menjelaskan, L’Oreal Hairducation sudah memberikan pelatihan kepada 76 guru kecantikan rambut dari seluruh Indonesia dan membuka kelas industri kecantikan rambut di sembilan sekolah di kota-kota besar, seperti Medan, Tangerang, Semarang, Surakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.
“Kelas Industri Hairducation diadakan selama lima hari setiap bulannya dengan sistem belajar 30% teori dan 70% praktik, dan telah diikuti oleh 470 siswa jurusan kecantikan,” ujarnya.
Sampai Desember 2018, sebanyak 92 siswa tengah menjalani program magang di salonsalon besar L’Oreal Professionnel dan selebihnya akan mengikuti program magang pada Januari 2019.
“Kami berharap program ini dapat terus berjalan dengan baik melalui kolaborasi yang solid antara kami selaku pelaku industri, partner salon kami, pemerintah, dan juga sekolah,” tuturnya.
Dia pun yakin bahwa program ini dapat mencetak lulusan-lulusan yang memiliki kualifikasi yang selaras dengan kebutuhan industri sehingga dapat mengisi ribuan lapangan pekerjaan di industri kami serta menjadi pengusaha salon sukses di masa depan.
Pendidikan vokasional telah mengubah lanskap kehidupan dunia kerja di Jawa Timur. Tangan-tangan terampil itu kini memberikan warna yang berbeda dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang semakin kompetitif di dunia industri.
Sejak dini, mereka dibiasakan untuk mapan dalam menciptakan produk yang bernilai tinggi. Mereka pun siap berkompetisi di dunia kerja dengan standar yang mumpuni. Kemampuan mereka terus diasah dalam penguasaan skill khusus yang menjadi bekal mereka memasuki dunia kerja.
Untuk memuluskan jalan itu, keterlibatan sektor swasta menjadi pelicin kemampuan lulusan SMK. Mereka lebih siap dan mumpuni untuk memenangkan persaingan.
Keterlibatan swasta dalam pendidikan vokasi juga menambah angin segar. Seperti yang dilakukan PT HM Sampoerna melalui program link and match SMK dengan industri. Mereka bisa memberikan akses yang lebih luas bagi para siswa untuk magang.
Begitu pula para pendidik di SMK yang juga bisa melakukan magang di perusahaan. Selain itu, program ini juga memberikan dukungan pengajaran dari perusahaan maupun pabrik ke tiap SMK melalui silver expert sebagai pengajar.
Cara ini tentu bisa menambah daya pacu serta keterampilan yang bisa diperoleh para siswa. Sasaran program link and match juga menyiapkan 1 juta tenaga kerja industri yang bersertifikasi pada 2019.
Dengan adanya lulusan SMK yang berstandar tinggi, maka potensi untuk memenangkan persaingan di kancah global bisa dilakukan. Kepala SMKN 5 Surabaya Rinoto menuturkan, pendidikan vokasional memang memberikan asa baru bagi masyarakat untuk bisa memenangkan persaingan.
Para siswanya saja mengambil lompatan berani untuk menciptakan sendiri sepeda listrik serta drone . Mereka terus berkreasi dengan berbagai teknologi serta keterampilan yang mengasah kemampuan terpendamnya selama ini.
“Ada satu kontainer bahan baku untuk membuat sepeda listrik dan drone sudah datang di sekolah,” ujar Rinoto, Sabtu (8/12). Dia melanjutkan, para siswa SMK juga dibekali kemampuan untuk membetulkan mesin kendaraan bermotor.
Bergulat dengan rumitnya kabel kelistrikan serta harus menemukan solusi dalam menghadapi mesin yang bobrok. Kemampuannya terus diasah. Mereka disiapkan untuk menjadi lulusan produktif yang bisa langsung kerja.
“Kalau tak punya kemampuan lebih, kami semua akan kalah bersaing dengan tenaga luar negeri,” ucapnya. Dia pun mengakui, lapangan pekerjaan sekarang memang terbatas.
Tingginya angka pencari kerja menambah derita banyak lulusan sekolah yang akhirnya jadi pengangguran. Dia tak mau peserta didiknya mengalami nasib yang sama. Terjerembab dalam pusaran pengangguran tanpa kemampuan.
“Kebetulan di SMKN 5 sekolahnya sampai empat tahun. Kami memiliki waktu magang paling lama yakni setahun, itulah yang dimanfaatkan oleh para siswa untuk menempa diri di dunia kerja yang nyata,” ucapnya.
Gubernur Jatim Soekarwo menuturkan, pihaknya ingin menciptakan tenaga kerja baru yang produktif sebagai implementasi pendidikan vokasi di Jawa Timur. Bahkan, pihaknya juga menyasar pondok pesantren karena santri biasanya memiliki etika yang baik.
Namun, para santri itu minim keterampilan. Adanya suntikan keterampilan ini yang menjadi poin utamanya. “Selama ini perusahaan memang perlu kompetensi dan kepribadian yang bagus,” ucapnya.
Pakde Karwo, panggilan akrabnya melanjutkan, di Jatim juga memiliki SMK Mini yang didukung dengan kerja sama pihak ketiga untuk standardisasi produknya dan ditindaklanjuti dengan kerja sama industri.
Dengan adanya mitra dengan industri menjadi upaya pemerintah untuk memutus mata rantai pengangguran di Jatim. Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Saiful Rachman menjelaskan, pihaknya optimistis dengan perkembangan pendidikan vokasi di masyarakat. “Kami nanti akan mengembangkan lebih banyak SMK Mini,” jelasnya. (Ananda Nararya/Aan Haryono)
Diharapkan dengan turunnya langsung perusahaan yang membawa para ahli di bidangnya ini dapat membantu sekolah dalam memberikan kompetensi baru. Nyatanya, bukan hanya perusahaan, lembaga nonprofit yang fokus pada pendidikan juga turut andil memberikan vokasi.
Salah satunya Markoding atau Mari Kita Coding. Yayasan yang berisi beberapa programmer membawa misi memberdayakan kaum marjinal untuk belajar coding. Amanda Simandjuntak, pendiri Markoding menjelaskan, kini mereka tengah fokus untuk mengajar di SMA dan SMK di Jakarta.
Awalnya, Markoding berdiri untuk anak-anak di sekitar wilayah Cilincing, Jakarta Timur. Amanda beralih ke sekolah formal sebab prihatin karena dalam beberapa waktu terakhir lulusan SMK menjadi yang paling banyak menganggur.
Amanda melihat para lulusan SMK tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan dunia kerja saat ini. Keprihatinan ini membuat Markoding bertekad untuk berperan serta membantu memberi keahlian teknologi informasi (TI) yang mereka punya untuk para generasi muda.
Markoding bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Jakarta Timur untuk masuk ke beberapa SMA dan SMK di sana. “Lagi cari model yang pas supaya efektif untuk pelatihan apakah dengan cara training booth camp atau weekly sebagai ekstrakulikuler,” ungkapnya.
Markoding ini terbilang masih seumur jagung, setahun berdiri sehingga mereka masih tahap proses mencetak programmer muda. Siswa yang dilatih masih kelas 2 SMA sehingga masih setahun lagi waktu pelatihan. Diharapkan setelah lulus mereka bisa menjadi programmer di perusahaan atau juga meneruskan pendidikan di bidang serupa.
“Tahun depan sudah ada kerja sama dengan beberapa sekolah. Konsepnya, berupa training intensif selama dua bulan yang akan menghasilkan lulusan yang siap kerja,” sambung Amanda.
Untuk saat ini Markoding masih fokus untuk mengajar di SMK 58, SMK Karya Dharma, SMA 9 dan di SMA 91 dengan 20 relawan pengajar. Para pengajar terdiri atas programmer yang memang memiliki passion menjadi relawan sesuai bidang mereka.
Satu sekolah terdiri atas dua pengajar yang jadwal mengajar disesuaikan dengan waktu para profesional tersebut. Tidak heran kelas Markoding ini diadakan saat akhir pekan selama 3-4 jam.
Amanda semakin serius untuk menjadi bagian dari vokasi ke SMK. Rencananya Markoding menjadi sebuah social enterprise yang mengutamakan aksi sosial untuk mengajar, tapi juga ada bisnis agar lembaga mereka dapat terus eksis.
Amanda bermimpi kelak coding bisa masuk kurikulum. “Itu masih jadi tantangan supaya anak-anak ini semangat untuk belajar. Training kita ini bisa masuk dalam nilai mereka,” ujarnya.
Saat ini masih terbatas, hanya sekitar 20-30 anak dari ratusan siswa yang dapat belajar coding melalui Markoding. Diprioritaskan bagi mereka yang tidak mampu dan memang minat untuk belajar coding .
Amanda mengakui, dibutuhkan motivasi besar untuk belajar coding. Mereka yang benar-benar tertarik di bidang TI. Lantas sepenting apakah profesi programmer pada masa kini? Amanda menjelaskan, programmer sangat berpotensi pada era digital seperti saat ini.
“Saya punya perusahaan konsultan TI jadi tahu sekali bagaimana permintaan programmer. Saya sulit sekali mencari programmer sampai harus cari ke India dan Sri Lanka,” ceritanya.
Revitalisasi SMK menjadi sebuah gebrakan pendidikan vokasi yang mulai digerakkan sejak 2016. Keterlibatan dan kolaborasi dengan industri dalam meningkatkan mutu pendidikan vokasi menjadi salah satu kunci dari keberhasilan program revitalisasi SMK.
Untuk itu, para industri yang turut andil dengan memberikan penghargaan Industri Peduli SMK acara Rembuk Pendidikan Kejuruan SMK 2018, belum lama ini. Salah satu industri yang berhasil mendapat penghargaan yakni L’Oreal Professionnel adalah salah satu label kecantikan rambut di bawah naungan PT L’Oreal Indonesia.
Perusahaan lain, yakni Astra Honda Motor, PLN (Perusahaan Listrik Nasional), Yamaha Manufacturing, PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart). Penghargaan diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, didampingi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy. “Edukasi adalah salah satu dari tiga pilar utama kami selain inovasi dan inspirasi.
Tidak hanya edukasi untuk mengembangkan kemampuan partner hairdresser . Kami tapi juga kemampuan penata rambut masa depan yang saat ini bibitnya sudah ada di SMK,” ujar Michael Justisoesetya, General Manager Professional Products Division L’Oreal Indonesia.
Penghargaan ini bagi L’Oreal merupakan sebuah kebanggaan yang dapat memacu mereka untuk terus memberikan dukungan dan kontribusi kami terhadap pendidikan vokasi, khususnya di jurusan kecantikan rambut agar mampu menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang siap berkarya di industri tata rambut di Indonesia.
Program L’Oreal Hairducation merupakan sebuah program kolaborasi bersama dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) dan SMK yang bertujuan untuk mendukung gerakan revitalisasi SMK dalam bidang kecantikan rambut sekaligus untuk membantu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dalam industri kecantikan rambut di Indonesia yang sangat kurang.
L’Oreal Hairducation memiliki empat komitmen utama, yaitu penyelarasan kurikulum dan penyelenggaraan kelas industri di sekolah yang memiliki jurusan kecantikan rambut.
Dukungan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru kecantikan rambut SMK serta dukungan terhadap kompetisi nasional SMK dalam bidang kecantikan rambut serta penerapan harga khusus SMK untuk produk-produk L’Oreal Professionnel agar mudah dijangkau oleh sekolah.
Michael menjelaskan, L’Oreal Hairducation sudah memberikan pelatihan kepada 76 guru kecantikan rambut dari seluruh Indonesia dan membuka kelas industri kecantikan rambut di sembilan sekolah di kota-kota besar, seperti Medan, Tangerang, Semarang, Surakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.
“Kelas Industri Hairducation diadakan selama lima hari setiap bulannya dengan sistem belajar 30% teori dan 70% praktik, dan telah diikuti oleh 470 siswa jurusan kecantikan,” ujarnya.
Sampai Desember 2018, sebanyak 92 siswa tengah menjalani program magang di salonsalon besar L’Oreal Professionnel dan selebihnya akan mengikuti program magang pada Januari 2019.
“Kami berharap program ini dapat terus berjalan dengan baik melalui kolaborasi yang solid antara kami selaku pelaku industri, partner salon kami, pemerintah, dan juga sekolah,” tuturnya.
Dia pun yakin bahwa program ini dapat mencetak lulusan-lulusan yang memiliki kualifikasi yang selaras dengan kebutuhan industri sehingga dapat mengisi ribuan lapangan pekerjaan di industri kami serta menjadi pengusaha salon sukses di masa depan.
Pendidikan vokasional telah mengubah lanskap kehidupan dunia kerja di Jawa Timur. Tangan-tangan terampil itu kini memberikan warna yang berbeda dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang semakin kompetitif di dunia industri.
Sejak dini, mereka dibiasakan untuk mapan dalam menciptakan produk yang bernilai tinggi. Mereka pun siap berkompetisi di dunia kerja dengan standar yang mumpuni. Kemampuan mereka terus diasah dalam penguasaan skill khusus yang menjadi bekal mereka memasuki dunia kerja.
Untuk memuluskan jalan itu, keterlibatan sektor swasta menjadi pelicin kemampuan lulusan SMK. Mereka lebih siap dan mumpuni untuk memenangkan persaingan.
Keterlibatan swasta dalam pendidikan vokasi juga menambah angin segar. Seperti yang dilakukan PT HM Sampoerna melalui program link and match SMK dengan industri. Mereka bisa memberikan akses yang lebih luas bagi para siswa untuk magang.
Begitu pula para pendidik di SMK yang juga bisa melakukan magang di perusahaan. Selain itu, program ini juga memberikan dukungan pengajaran dari perusahaan maupun pabrik ke tiap SMK melalui silver expert sebagai pengajar.
Cara ini tentu bisa menambah daya pacu serta keterampilan yang bisa diperoleh para siswa. Sasaran program link and match juga menyiapkan 1 juta tenaga kerja industri yang bersertifikasi pada 2019.
Dengan adanya lulusan SMK yang berstandar tinggi, maka potensi untuk memenangkan persaingan di kancah global bisa dilakukan. Kepala SMKN 5 Surabaya Rinoto menuturkan, pendidikan vokasional memang memberikan asa baru bagi masyarakat untuk bisa memenangkan persaingan.
Para siswanya saja mengambil lompatan berani untuk menciptakan sendiri sepeda listrik serta drone . Mereka terus berkreasi dengan berbagai teknologi serta keterampilan yang mengasah kemampuan terpendamnya selama ini.
“Ada satu kontainer bahan baku untuk membuat sepeda listrik dan drone sudah datang di sekolah,” ujar Rinoto, Sabtu (8/12). Dia melanjutkan, para siswa SMK juga dibekali kemampuan untuk membetulkan mesin kendaraan bermotor.
Bergulat dengan rumitnya kabel kelistrikan serta harus menemukan solusi dalam menghadapi mesin yang bobrok. Kemampuannya terus diasah. Mereka disiapkan untuk menjadi lulusan produktif yang bisa langsung kerja.
“Kalau tak punya kemampuan lebih, kami semua akan kalah bersaing dengan tenaga luar negeri,” ucapnya. Dia pun mengakui, lapangan pekerjaan sekarang memang terbatas.
Tingginya angka pencari kerja menambah derita banyak lulusan sekolah yang akhirnya jadi pengangguran. Dia tak mau peserta didiknya mengalami nasib yang sama. Terjerembab dalam pusaran pengangguran tanpa kemampuan.
“Kebetulan di SMKN 5 sekolahnya sampai empat tahun. Kami memiliki waktu magang paling lama yakni setahun, itulah yang dimanfaatkan oleh para siswa untuk menempa diri di dunia kerja yang nyata,” ucapnya.
Gubernur Jatim Soekarwo menuturkan, pihaknya ingin menciptakan tenaga kerja baru yang produktif sebagai implementasi pendidikan vokasi di Jawa Timur. Bahkan, pihaknya juga menyasar pondok pesantren karena santri biasanya memiliki etika yang baik.
Namun, para santri itu minim keterampilan. Adanya suntikan keterampilan ini yang menjadi poin utamanya. “Selama ini perusahaan memang perlu kompetensi dan kepribadian yang bagus,” ucapnya.
Pakde Karwo, panggilan akrabnya melanjutkan, di Jatim juga memiliki SMK Mini yang didukung dengan kerja sama pihak ketiga untuk standardisasi produknya dan ditindaklanjuti dengan kerja sama industri.
Dengan adanya mitra dengan industri menjadi upaya pemerintah untuk memutus mata rantai pengangguran di Jatim. Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Saiful Rachman menjelaskan, pihaknya optimistis dengan perkembangan pendidikan vokasi di masyarakat. “Kami nanti akan mengembangkan lebih banyak SMK Mini,” jelasnya. (Ananda Nararya/Aan Haryono)
(nfl)