Pembangunan di Indonesia Butuh Pertimbangan Kebencanaan dan Perkotaan
A
A
A
JAKARTA - Tim pengabdian masyarakat dari Kajian Pengembangan Perkotaan Universitas Indonesia (UI) menegaskan pentingnya pertimbangan kebencanaan dan perkotaan dalam pembangunan di Indonesia. Isu resiliensi kota menjadi salah satu agenda riset unggulan yang diharapkan tidak hanya memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan keilmuan, tetapi juga menjadi masukan dalam perumusan kebijakan pembangunan dan menjadi inspirasi untuk mendapatkan inisiatif masyarakat.
Pandangan itu disampaikan Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Jachrizal Soemabrata saat memaparkan buku 'Risiko dan Ketahanan Kota Tropis terhadap Bencana Hidrometeorologis" di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, baru-baru ini.
"Buku yang merupakan hasil penelitian ini memposisikan perkotaan tidak hanya sebagai ruang atau wadah kompleksitas, tetapi juga sebagai perspektif multi disiplin (antar rumpun ilmu) yang digunakan untuk menguraikan kompleksitas tersebut," kata Jachrizal.
Menurut dia, buku ini dapat memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan (stakeholders) dan dapat dibaca oleh masyarakat perkotaan guna menambah pengetahuan dalam bidang kebencanaan karena alam mengatur segala benda yang ada di dunia.
Hukum alam merupakan sesuatu yang pasti dan seimbang. Keseimbangan sumber daya alam, infrastruktur (sumber daya buatan manusia) dan sumber daya manusia diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
"Jika satu unsur terganggu maka alam akan membentuk ekosistem baru yang sesuai yang tentunya memerlukan adaptasi dan penyesuaian, melalui studi kasus beberapa kota di Indonesia," terangnya.
Melalui buku ini, kata ia, stakeholders dapat mengetahui bagaimana mekanisme suatu kota agar resilien terhadap bencana hidrometeorologis dalam kaitannya dengan aspek kesehatan, infrastruktur dasar dan sosial.
Selain itu, bagaimana upaya mitigasi yang perlu dilakukan dari berbagai pemangku kepentingan. Misalnya untuk para perencanaan kota, upaya mitigasi dapat dilakukan dengan menghubungkan kajian risiko bencana terhadap proses dan produk rencana kota.
"Sedangkan pada ranah kesehatan masyarakat, perlu mengkaji dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat miskin kota," ucapnya.
Jachrizal melanjutkan, temuan riset pada aspek kemanusiaan, topik pembahasan juga terletak pada kapasitas komunitas melakukan proses adaptasi dan mitigasi untuk menurunkan tingkat kerentanan. Hal tersebut terkait dengan kesiapan dan kemampuan infrastruktur kota pada saat gawat darurat berlaku. Terdapat perbedaan perspektif dalam mengkaji topik resiliensi kota ini.
Dalam konteks itu, para peneliti yang terlibat kemudian bersama-sama menyusun tujuan penelitian yang terpadu untuk mewujudkan resiliensi kota melalui integrasi pelayanan kesehatan, kemanusiaan, dan infrastruktur dasar serta dapat saling bersinergi satu sama lain sehingga hasil penelitian dapat lebih bermanfaat bagi stakeholder kota.
Diketahui, tim peneliti melakukan riset selama tiga tahun dan merupakan laporan hasil penelitian di Kota Depok (2016) dan Kota Tangerang (2017) yang dilakukan oleh Klaster Resiliensi Kota. Penyusunan buku ini diinisiasi oleh Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan (KPP) Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia dan Peneliti Pusat Riset Perkotaan dan Wilayah (PRPW) Universitas Indonesia.
Selama tahun 2018, Tim Ahli dari Pemerintah Kota Depok dan Kota Tangerang serta seluruh anggota klaster resilien kota melakukan kolaborasi dan upaya untuk memperlihatkan perspektif baru dalam kajian multidisiplin.
Pandangan itu disampaikan Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Jachrizal Soemabrata saat memaparkan buku 'Risiko dan Ketahanan Kota Tropis terhadap Bencana Hidrometeorologis" di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, baru-baru ini.
"Buku yang merupakan hasil penelitian ini memposisikan perkotaan tidak hanya sebagai ruang atau wadah kompleksitas, tetapi juga sebagai perspektif multi disiplin (antar rumpun ilmu) yang digunakan untuk menguraikan kompleksitas tersebut," kata Jachrizal.
Menurut dia, buku ini dapat memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan (stakeholders) dan dapat dibaca oleh masyarakat perkotaan guna menambah pengetahuan dalam bidang kebencanaan karena alam mengatur segala benda yang ada di dunia.
Hukum alam merupakan sesuatu yang pasti dan seimbang. Keseimbangan sumber daya alam, infrastruktur (sumber daya buatan manusia) dan sumber daya manusia diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
"Jika satu unsur terganggu maka alam akan membentuk ekosistem baru yang sesuai yang tentunya memerlukan adaptasi dan penyesuaian, melalui studi kasus beberapa kota di Indonesia," terangnya.
Melalui buku ini, kata ia, stakeholders dapat mengetahui bagaimana mekanisme suatu kota agar resilien terhadap bencana hidrometeorologis dalam kaitannya dengan aspek kesehatan, infrastruktur dasar dan sosial.
Selain itu, bagaimana upaya mitigasi yang perlu dilakukan dari berbagai pemangku kepentingan. Misalnya untuk para perencanaan kota, upaya mitigasi dapat dilakukan dengan menghubungkan kajian risiko bencana terhadap proses dan produk rencana kota.
"Sedangkan pada ranah kesehatan masyarakat, perlu mengkaji dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat miskin kota," ucapnya.
Jachrizal melanjutkan, temuan riset pada aspek kemanusiaan, topik pembahasan juga terletak pada kapasitas komunitas melakukan proses adaptasi dan mitigasi untuk menurunkan tingkat kerentanan. Hal tersebut terkait dengan kesiapan dan kemampuan infrastruktur kota pada saat gawat darurat berlaku. Terdapat perbedaan perspektif dalam mengkaji topik resiliensi kota ini.
Dalam konteks itu, para peneliti yang terlibat kemudian bersama-sama menyusun tujuan penelitian yang terpadu untuk mewujudkan resiliensi kota melalui integrasi pelayanan kesehatan, kemanusiaan, dan infrastruktur dasar serta dapat saling bersinergi satu sama lain sehingga hasil penelitian dapat lebih bermanfaat bagi stakeholder kota.
Diketahui, tim peneliti melakukan riset selama tiga tahun dan merupakan laporan hasil penelitian di Kota Depok (2016) dan Kota Tangerang (2017) yang dilakukan oleh Klaster Resiliensi Kota. Penyusunan buku ini diinisiasi oleh Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan (KPP) Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia dan Peneliti Pusat Riset Perkotaan dan Wilayah (PRPW) Universitas Indonesia.
Selama tahun 2018, Tim Ahli dari Pemerintah Kota Depok dan Kota Tangerang serta seluruh anggota klaster resilien kota melakukan kolaborasi dan upaya untuk memperlihatkan perspektif baru dalam kajian multidisiplin.
(thm)