HT dan Redaksi MNC Media Berdiskusi dengan Mendikbudristek Nadiem Makarim
Kamis, 16 Februari 2023 - 21:04 WIB
JAKARTA - Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) berdiskusi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim di iNews Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2023). Nadiem berdiskusi bersama para pemimpin redaksi MNC Media membahas kebijakan Kemendikbudristek.
"Menerima kunjungan Bapak Nadiem Makarim , Menteri Pendidikan & Kebudayaan, Riset & Teknologi RI di iNews Tower. Terima kasih atas kunjungan dan pencerahannya Mas Menteri," ujar HT seraya membagikan foto-foto kegiatan pada laman Instagram miliknya, Kamis (16/2/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Nadiem Anwar Makarim antara lain membeberkan mengenai keunggulan dan manfaat Merdeka Belajar di dunia pendidikan. "Untuk mengejar ketertinggalan itu dengan cara memberikan hak untuk mengulang dan itu harusnya hak mereka. Sama halnya guru yang harus memilih mau advance di bidang apa dan kelas berapa," kata alumnus Harvard Business School itu saat berbincang dengan MNC Media.
Nadiem yang akrab disapa Mas Menteri ini menerangkan, kesempatan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang anak bisa memahami dan mendalami mata pelajaran (mapel) tertentu yang dianggap sulit. Sedangkan guru juga bisa meningkat kualitas pembelajarannya dengan fokus untuk memberikan ilmu apa saja sampai siswa itu menguasainya.
"Dulu kurikulum harus setiap Minggu berapa jam. Belum menguasai langsung ganti lagi. Sekarang kita buat setahun untuk per mata pelajaran. Jadi contohnya, kalau ada guru hanya mengajarkan segitiga untuk setahun adalah selama setahun agar menguasai," ucapnya.
Nadiem juga mengatakan Merdeka Belajar secara tidak langsung melakukan peringkasan materi sekitar 30-40%. Dalam hal ini guru juga berpeluang jadi kreator konten dalam pembelajaran di sekolah. Namun katanya, itu pun harus disesuaikan dengan kemampuan sang guru, jika merasa mampu dalam bidang Matematika, maka guru itu akan mendalami Matematika pada muridnya. Dalam hal ini, katanya, Merdeka Belajar tidak berkonsep memaksa anak dan bisa menguasai mapel.
"Lucu kalau kita program Merdeka Belajar kalau belajar dipaksa. Jadi ini bertentangan dengan filsafat kita yang menyatakan bahwa sekolah efektif kalau dengan tidak ada paksaan," tandasnya.
"Menerima kunjungan Bapak Nadiem Makarim , Menteri Pendidikan & Kebudayaan, Riset & Teknologi RI di iNews Tower. Terima kasih atas kunjungan dan pencerahannya Mas Menteri," ujar HT seraya membagikan foto-foto kegiatan pada laman Instagram miliknya, Kamis (16/2/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Nadiem Anwar Makarim antara lain membeberkan mengenai keunggulan dan manfaat Merdeka Belajar di dunia pendidikan. "Untuk mengejar ketertinggalan itu dengan cara memberikan hak untuk mengulang dan itu harusnya hak mereka. Sama halnya guru yang harus memilih mau advance di bidang apa dan kelas berapa," kata alumnus Harvard Business School itu saat berbincang dengan MNC Media.
Baca Juga
Nadiem yang akrab disapa Mas Menteri ini menerangkan, kesempatan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang anak bisa memahami dan mendalami mata pelajaran (mapel) tertentu yang dianggap sulit. Sedangkan guru juga bisa meningkat kualitas pembelajarannya dengan fokus untuk memberikan ilmu apa saja sampai siswa itu menguasainya.
"Dulu kurikulum harus setiap Minggu berapa jam. Belum menguasai langsung ganti lagi. Sekarang kita buat setahun untuk per mata pelajaran. Jadi contohnya, kalau ada guru hanya mengajarkan segitiga untuk setahun adalah selama setahun agar menguasai," ucapnya.
Nadiem juga mengatakan Merdeka Belajar secara tidak langsung melakukan peringkasan materi sekitar 30-40%. Dalam hal ini guru juga berpeluang jadi kreator konten dalam pembelajaran di sekolah. Namun katanya, itu pun harus disesuaikan dengan kemampuan sang guru, jika merasa mampu dalam bidang Matematika, maka guru itu akan mendalami Matematika pada muridnya. Dalam hal ini, katanya, Merdeka Belajar tidak berkonsep memaksa anak dan bisa menguasai mapel.
"Lucu kalau kita program Merdeka Belajar kalau belajar dipaksa. Jadi ini bertentangan dengan filsafat kita yang menyatakan bahwa sekolah efektif kalau dengan tidak ada paksaan," tandasnya.
(zik)
tulis komentar anda