Merdeka Belajar Beri Ruang Anak dan Guru untuk Kejar Ketertinggalan Pembelajaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim membeberkan mengenai keunggulan dan manfaat Merdeka Belajar di dunia pendidikan. Ini terungkap dari pertemuannya dengan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo di Gedung iNews Tower, Rabu (15/2/2023).
"Untuk mengejar ketertinggalan itu dengan cara memberikan hak untuk mengulang dan itu harusnya hak mereka. Sama halnya guru yang harus memilih mau advance di bidang apa dan kelas berapa," kata alumnus Harvard Business School itu saat berbincang dengan MNC Media.
Baca juga: Nadiem Sebut Platform Merdeka Mengajar Dipakai 2 Juta Pengguna, Apa Manfaat untuk Guru?
Nadiem yang akrab disapa Mas Menteri ini menerangkan, kesempatan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang anak bisa memahami dan mendalami mata pelajaran (mapel) tertentu yang dianggap sulit. Sedangkan guru juga bisa meningkat kualitas pembelajarannya dengan fokus untuk memberikan ilmu apa saja sampai siswa itu menguasainya.
"Dulu kurikulum harus setiap Minggu berapa jam. Belum menguasai langsung ganti lagi. Sekarang kita buat setahun untuk per mata pelajaran. Jadi contohnya, kalau ada guru hanya mengajarkan segitiga untuk setahun adalah selama setahun agar menguasai," ucapnya.
Baca juga: Meski Tuai Pro Kontra, Ini Keunggulan Merdeka Belajar Versi Mendikbudristek
Lebih detailnya, mantan petinggi Gojek ini juga mengatakan Merdeka Belajar secara tidak langsung melakukan peringkasan materi sekitar 30-40%. Dalam hal ini guru juga berpeluang jadi kreator konten dalam pembelajaran di sekolah.
Namun katanya, itu pun harus disesuaikan dengan kemampuan sang guru, jika merasa mampu dalam bidang Matematika, maka guru itu akan mendalami Matematika pada muridnya. Dalam hal ini, katanya, Merdeka Belajar tidak berkonsep memaksa anak dan bisa menguasai mapel.
"Lucu kalau kita program Merdeka Belajar kalau belajar dipaksa. Jadi ini bertentangan dengan filsafat kita yang menyatakan bahwa sekolah efektif kalau dengan tidak ada paksaan," tandasnya.
"Untuk mengejar ketertinggalan itu dengan cara memberikan hak untuk mengulang dan itu harusnya hak mereka. Sama halnya guru yang harus memilih mau advance di bidang apa dan kelas berapa," kata alumnus Harvard Business School itu saat berbincang dengan MNC Media.
Baca juga: Nadiem Sebut Platform Merdeka Mengajar Dipakai 2 Juta Pengguna, Apa Manfaat untuk Guru?
Nadiem yang akrab disapa Mas Menteri ini menerangkan, kesempatan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang anak bisa memahami dan mendalami mata pelajaran (mapel) tertentu yang dianggap sulit. Sedangkan guru juga bisa meningkat kualitas pembelajarannya dengan fokus untuk memberikan ilmu apa saja sampai siswa itu menguasainya.
"Dulu kurikulum harus setiap Minggu berapa jam. Belum menguasai langsung ganti lagi. Sekarang kita buat setahun untuk per mata pelajaran. Jadi contohnya, kalau ada guru hanya mengajarkan segitiga untuk setahun adalah selama setahun agar menguasai," ucapnya.
Baca juga: Meski Tuai Pro Kontra, Ini Keunggulan Merdeka Belajar Versi Mendikbudristek
Lebih detailnya, mantan petinggi Gojek ini juga mengatakan Merdeka Belajar secara tidak langsung melakukan peringkasan materi sekitar 30-40%. Dalam hal ini guru juga berpeluang jadi kreator konten dalam pembelajaran di sekolah.
Namun katanya, itu pun harus disesuaikan dengan kemampuan sang guru, jika merasa mampu dalam bidang Matematika, maka guru itu akan mendalami Matematika pada muridnya. Dalam hal ini, katanya, Merdeka Belajar tidak berkonsep memaksa anak dan bisa menguasai mapel.
"Lucu kalau kita program Merdeka Belajar kalau belajar dipaksa. Jadi ini bertentangan dengan filsafat kita yang menyatakan bahwa sekolah efektif kalau dengan tidak ada paksaan," tandasnya.
(nnz)