UGM Bentuk Artificial Intelligence Society, Untuk Apa?
Sabtu, 11 Maret 2023 - 09:10 WIB
JAKARTA - Universitas Gadjah Mada ( UGM ) membentuk Artificial Intelligence ( AI ) Society. Forum ini dibentuk khusus untuk menanggapi isu tentang kecerdasan buatan yang menuai pro dan kontra.
"Kami ingin melihat sebenarnya bagaimana saja persoalan AI bisa muncul. Sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia, kami mencoba berinisiatif untuk melihat AI dari berbagai sisi,” ujar Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof. Dr Wening Udasmoro, dikutip dari laman UGM, Sabtu (11/3/2023).
Pembentukan Artificial Intelligence Society ini bukan hanya sebagai wadah diskusi, melainkan juga sebagai langkah awal untuk merintis nilai-nilai baru berbasis kecerdasan buatan dan leadership.
Baca juga: Prof Tholabi Kharlie Dilantik Jadi Warek UIN Jakarta, Targetkan Akademik Berintegritas
Dia menjelaskan, terdapat tiga komponen utama yang perlu diperhatikan di era AI ini. Pertama adalah leadership, tentang bagaimana inklusivitas harus diwujudkan dalam sistem. Kedua adalah culture, melalui inovasi dan kolaborasi yang membentuk budaya, dan ketiga adalah kejelasan tujuan dalam setiap langkah.
“Kita ingin AI ini menjadikan kita tetap berada dalam moral-moral dan nilai-nilai yang harus dipertahankan. Jadi jangan sampai dengan adanya AI, ada aspek-aspek ethical yang kita tinggalkan,” tambahnya.
Keberadaan AI tidak seharusnya dimanfaatkan hanya untuk mendapatkan kemudahan, namun justru bisa menjadi peluang untuk memunculkan inovasi dan penelitian baru.
Untuk mencapai hal tersebut, tentunya diperlukan kerja sama antara berbagai stake holders, termasuk masyarakat, pemerintah, akademisi, dan industri.
Webinar yang juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube tersebut mengundang para ahli di bidang akademik dan industri untuk turut memberikan pandangannya terhadap isu AI.
"Kami ingin melihat sebenarnya bagaimana saja persoalan AI bisa muncul. Sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia, kami mencoba berinisiatif untuk melihat AI dari berbagai sisi,” ujar Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof. Dr Wening Udasmoro, dikutip dari laman UGM, Sabtu (11/3/2023).
Pembentukan Artificial Intelligence Society ini bukan hanya sebagai wadah diskusi, melainkan juga sebagai langkah awal untuk merintis nilai-nilai baru berbasis kecerdasan buatan dan leadership.
Baca juga: Prof Tholabi Kharlie Dilantik Jadi Warek UIN Jakarta, Targetkan Akademik Berintegritas
Dia menjelaskan, terdapat tiga komponen utama yang perlu diperhatikan di era AI ini. Pertama adalah leadership, tentang bagaimana inklusivitas harus diwujudkan dalam sistem. Kedua adalah culture, melalui inovasi dan kolaborasi yang membentuk budaya, dan ketiga adalah kejelasan tujuan dalam setiap langkah.
“Kita ingin AI ini menjadikan kita tetap berada dalam moral-moral dan nilai-nilai yang harus dipertahankan. Jadi jangan sampai dengan adanya AI, ada aspek-aspek ethical yang kita tinggalkan,” tambahnya.
Keberadaan AI tidak seharusnya dimanfaatkan hanya untuk mendapatkan kemudahan, namun justru bisa menjadi peluang untuk memunculkan inovasi dan penelitian baru.
Untuk mencapai hal tersebut, tentunya diperlukan kerja sama antara berbagai stake holders, termasuk masyarakat, pemerintah, akademisi, dan industri.
Webinar yang juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube tersebut mengundang para ahli di bidang akademik dan industri untuk turut memberikan pandangannya terhadap isu AI.
tulis komentar anda