Steven Wijaksana, Wisudawan Terbaik ITS dengan IPK Nyaris Sempurna
Minggu, 19 Maret 2023 - 08:51 WIB
SURABAYA - Dinobatkan sebagai wisudawan terbaik di Wisuda ke-127 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Steven Wijaksana dari Departemen Aktuaria, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) berhasil lulus 3,5 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna 3,98. Steven mengikuti prosesi wisuda pada hari pertama, Sabtu (18/3/2023), di GOR Futsal Indoor ITS.
Kecintaannya terhadap ilmu berhitung membulatkan tekadnya memilih studi aktuaria. Terlebih, ITS menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Surabaya yang menawarkan program studi aktuaria pada 2019. Prospek kerja yang cerah dengan iming-iming gaji yang menggiurkan turut menjadi pertimbangan. Bermodal tekad tersebut, Steven akhirnya memantapkan labuhan hatinya untuk melanjutkan studi di Aktuaria ITS.
Keinginan menjadi aktuaris juga menjadi kantong semangat pemuda asal Surabaya ini. Terlebih, Indonesia sendiri masih kekurangan aktuaris andal yang mampu menghitung serta mengelola risiko perusahaan asuransi. “Jika kita sudah memiliki sertifikasi dari Persatuan Aktuaris Indonesia, maka prospek gaji yang dijanjikan juga menggiurkan,” katanya, Jumat (17/3/2023).
Putra dari Agustinus Wijaksana dan Laurensia Farida ini menambahkan, dalam membidik cita-cita tersebut, banyak jerih payah yang harus diupayakan oleh Steven sejak tahun pertama perkuliahan. Untuk mempertahankan catatan akademisnya yang luar biasa, Steven mengembangkan pola pikir ambisius sejak semester pertama.
Meskipun nilai semester 4 sempat menurun, ia kemudian bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalannya. Selagi tetap fokus terhadap tujuan dan tidak terdistraksi, anak ke-2 dari tiga bersaudara ini tetap bisa mempertahankan IPK-nya dengan baik.
Di balik kesuksesan belajarnya, alumnus SMAK St Louis Surabaya ini menerapkan beberapa cara dan motivasi untuk kesuksesan belajarnya. Lebih memilih belajar mandiri dibanding berkelompok dan mencari tempat tenang untuk belajar, membuatnya lebih mudah menyerap materi pelajaran. Tak hanya itu, Steven pun dikenal getol dalam menyusun target harian. Jika target-target itu terpenuhi, ia akan memberikan hadiah untuk diri sendiri atas pencapaiannya.
Tak hanya mengejar ilmu, pemuda kelahiran 24 Agustus 2001 ini juga membagikan ilmunya lewat mengajar paruh waktu. Lewat bisnis bimbingan belajar (bimbel) orang tuanya, Steven membagikan kepiawaiannya dalam berhitung dan memecahkan soal. Di samping itu, Steven juga mengembangkan minat untuk berinvestasi di pasar saham. “Sejak duduk di bangku SMA, saya sudah diberi kesempatan menjadi mentor teman sebaya maupun adik tingkat untuk persiapan ujian,” jelasnya.
Untuk mematangkan persiapan sebelum terjun di dunia kerja, Steven telah menjalani Kerja Praktik (KP) sebagai data analyst di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada kesempatan ini, Steven mempelajari bagaimana bekerja mengolah data ke bentuk pivot table dan mengklasifikasikan hasil laporan.
Menamatkan studi S1, Steven mengangkat topik Tugas Akhir (TA) berjudul Financial Distress Perusahaan Transportasi Menggunakan Metode Artificial Neural Network dan Support Vector Machine. TA yang dirancangnya ini berhasil mengklasifikasikan kondisi perusahaan transportasi sebelum gulung tikar dengan menganalisis rasio keuangannya. Saat pengerjaan TA, Steven membutuhkan waktu cukup lama dalam mengumpulkan data dan menghasilkan coding yang baik sesuai kebutuhan.
Alih-alih berfokus pada tujuan, wisudawan ini mendorong orang lain untuk fokus pada proses dan tetap konsisten. Menurutnya, lebih baik fokus pada hal yang ingin dituju dibandingkan goals yang bersifat bias. “Konsistensi akan membawa perubahan yang signifikan dan janganlah takut untuk memulai,” katanya.
Kecintaannya terhadap ilmu berhitung membulatkan tekadnya memilih studi aktuaria. Terlebih, ITS menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Surabaya yang menawarkan program studi aktuaria pada 2019. Prospek kerja yang cerah dengan iming-iming gaji yang menggiurkan turut menjadi pertimbangan. Bermodal tekad tersebut, Steven akhirnya memantapkan labuhan hatinya untuk melanjutkan studi di Aktuaria ITS.
Keinginan menjadi aktuaris juga menjadi kantong semangat pemuda asal Surabaya ini. Terlebih, Indonesia sendiri masih kekurangan aktuaris andal yang mampu menghitung serta mengelola risiko perusahaan asuransi. “Jika kita sudah memiliki sertifikasi dari Persatuan Aktuaris Indonesia, maka prospek gaji yang dijanjikan juga menggiurkan,” katanya, Jumat (17/3/2023).
Putra dari Agustinus Wijaksana dan Laurensia Farida ini menambahkan, dalam membidik cita-cita tersebut, banyak jerih payah yang harus diupayakan oleh Steven sejak tahun pertama perkuliahan. Untuk mempertahankan catatan akademisnya yang luar biasa, Steven mengembangkan pola pikir ambisius sejak semester pertama.
Meskipun nilai semester 4 sempat menurun, ia kemudian bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalannya. Selagi tetap fokus terhadap tujuan dan tidak terdistraksi, anak ke-2 dari tiga bersaudara ini tetap bisa mempertahankan IPK-nya dengan baik.
Baca Juga
Di balik kesuksesan belajarnya, alumnus SMAK St Louis Surabaya ini menerapkan beberapa cara dan motivasi untuk kesuksesan belajarnya. Lebih memilih belajar mandiri dibanding berkelompok dan mencari tempat tenang untuk belajar, membuatnya lebih mudah menyerap materi pelajaran. Tak hanya itu, Steven pun dikenal getol dalam menyusun target harian. Jika target-target itu terpenuhi, ia akan memberikan hadiah untuk diri sendiri atas pencapaiannya.
Tak hanya mengejar ilmu, pemuda kelahiran 24 Agustus 2001 ini juga membagikan ilmunya lewat mengajar paruh waktu. Lewat bisnis bimbingan belajar (bimbel) orang tuanya, Steven membagikan kepiawaiannya dalam berhitung dan memecahkan soal. Di samping itu, Steven juga mengembangkan minat untuk berinvestasi di pasar saham. “Sejak duduk di bangku SMA, saya sudah diberi kesempatan menjadi mentor teman sebaya maupun adik tingkat untuk persiapan ujian,” jelasnya.
Untuk mematangkan persiapan sebelum terjun di dunia kerja, Steven telah menjalani Kerja Praktik (KP) sebagai data analyst di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada kesempatan ini, Steven mempelajari bagaimana bekerja mengolah data ke bentuk pivot table dan mengklasifikasikan hasil laporan.
Menamatkan studi S1, Steven mengangkat topik Tugas Akhir (TA) berjudul Financial Distress Perusahaan Transportasi Menggunakan Metode Artificial Neural Network dan Support Vector Machine. TA yang dirancangnya ini berhasil mengklasifikasikan kondisi perusahaan transportasi sebelum gulung tikar dengan menganalisis rasio keuangannya. Saat pengerjaan TA, Steven membutuhkan waktu cukup lama dalam mengumpulkan data dan menghasilkan coding yang baik sesuai kebutuhan.
Alih-alih berfokus pada tujuan, wisudawan ini mendorong orang lain untuk fokus pada proses dan tetap konsisten. Menurutnya, lebih baik fokus pada hal yang ingin dituju dibandingkan goals yang bersifat bias. “Konsistensi akan membawa perubahan yang signifikan dan janganlah takut untuk memulai,” katanya.
(mpw)
tulis komentar anda