Mengenal RA Kartini, Pahlawan Nasional Pejuang Emansipasi Wanita
Jum'at, 21 April 2023 - 08:32 WIB
JAKARTA - Hari ini 21 April 2023, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini . RA Kartini merupakan salah satu pahlawan nasional yang berjuang untuk emansipasi perempuan.
Pada 21 April 1879, lahirlah seorang wanita pribumi yang berhasil mengubah pemikiran tertutup orang-orang mengenai peranan perempuan di tengah masyarakat.
Kartini dilahirkan di Jepara sebagai keturunan bangsawan. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan Bupati Jepara, sedangkan ibunya yang bernama M.A Ngasirah hanyalah rakyat biasa.
Dikutip dari laman Direktorat SMP Kemendikbudristek, Kartini dibesarkan di lingkungan yang melakukan diskriminasi terhadap wanita.
Menurutnya, adat di lingkungannya tidak memberikan kesempatan kepada para wanita (khususnya wanita pribumi) untuk menikmati hak pendidikan yang layak.
Baca juga: 3 Siswa Madrasah Asal Yogyakarta Melaju ke Final Kompetisi Sains Indonesia 2023
Meski Kartini cukup beruntung karena merupakan wanita keturunan bangsawan pribumi. Sehingga dia pun mendapat hak istimewa sosial yang membuatnya sempat belajar di ELS (Europese Lagere School).
Di sekolah itu dirinya belajar bahasa Belanda walau hanya sampai usia 12 tahun karena kebijakan diskriminatif terhadap kaum hawa.
Teman-teman sebayanya tak semujur dirinya yang bisa menempuh pendidikan. Ketika di usia anak-anak hingga remaja seharusnya asyik bermain dan belajar, kondisi wanita saat itu sudah “dipingit” untuk persiapan dinikahkan.
Pada 21 April 1879, lahirlah seorang wanita pribumi yang berhasil mengubah pemikiran tertutup orang-orang mengenai peranan perempuan di tengah masyarakat.
Kartini dilahirkan di Jepara sebagai keturunan bangsawan. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan Bupati Jepara, sedangkan ibunya yang bernama M.A Ngasirah hanyalah rakyat biasa.
Dikutip dari laman Direktorat SMP Kemendikbudristek, Kartini dibesarkan di lingkungan yang melakukan diskriminasi terhadap wanita.
Menurutnya, adat di lingkungannya tidak memberikan kesempatan kepada para wanita (khususnya wanita pribumi) untuk menikmati hak pendidikan yang layak.
Baca juga: 3 Siswa Madrasah Asal Yogyakarta Melaju ke Final Kompetisi Sains Indonesia 2023
Meski Kartini cukup beruntung karena merupakan wanita keturunan bangsawan pribumi. Sehingga dia pun mendapat hak istimewa sosial yang membuatnya sempat belajar di ELS (Europese Lagere School).
Di sekolah itu dirinya belajar bahasa Belanda walau hanya sampai usia 12 tahun karena kebijakan diskriminatif terhadap kaum hawa.
Teman-teman sebayanya tak semujur dirinya yang bisa menempuh pendidikan. Ketika di usia anak-anak hingga remaja seharusnya asyik bermain dan belajar, kondisi wanita saat itu sudah “dipingit” untuk persiapan dinikahkan.
tulis komentar anda