Kala Ketidakadilan Usik Dunia Pendidikan
Sabtu, 25 Juli 2020 - 07:35 WIB
Selain program guru penggerak, Kemendikbud juga meluncurkan Program Organisasi Penggerak. Semangatnya program ini sama dengan program Guru Penggerak. Hanya, jika program guru penggerak mendorong individu menjadi fasilitator dan pendamping para guru dalam peningkatan kapasitas, POP berupaya melibatkan organisasi masyarakat untuk berpartisipasi.
Tak tanggung-tanggung, Kemendikbud menyediakan anggaran senilai Rp595 miliar untuk membiayai program ini. Nantinya ormas-ormas yang lolos POP akan bertanggung jawab mengadakan pelatihan bagi para tenaga pendidik dan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kapasitas mereka. Untuk menelisik ormas yang masuk POP, Kemendikbud menggandeng Smeru Institute. Nantinya ormas-ormas yang masuk POP dibagi dalam tiga klaster. Gajah, Macan, dan Kijang. Masing-masing klaster akan menerima besaran hibah dan tanggung jawab pelatihan yang berbeda. (Baca juga: Kian Panas, FBI Tangkap 3 Tentara China yang Menyamar Jadi Peneliti di AS)
Bagi organisasi penggerak yang masuk klaster Gajah akan mendapatkan dana maksimal Rp20 miliar/tahun/program dan bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan di lebih 100 sekolah. Klaster Macan akan menerima anggaran maksimal Rp5 miliar/tahun/program dan bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan di 21-100 sekolah. Klaster Kijang akan menerima anggaran maksimal Rp1 miliar/tahun/program untuk mengadakan pelatihan di 5-20 PAUD/SD/SMP. Dari hasil proses seleksi maka diputuskan bahwa ada 183 proposal dari 156 organisasi kemasyarakatan yang dinilai memenuhi kriteria.
Setelah melalui keseluruhan proses evaluasi yang sesuai prosedur dan aturan yang berlaku, 183 proposal dari 156 organisasi kemasyarakatan dinyatakan memenuhi kriteria untuk melaksanakan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan dana bantuan pemerintah,” terang perwakilan tim evaluasi proposal Smeru, Akhmadi.
Yang mengejutkan adalah lolosnya Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation sebagai organisasi kemasyarakatan dalam POP. Tanoto Foundation lolos dalam klaster Gajah dengan dua program, yakni pelatihan guru SD dan pelatihan guru SMP, sedangkan Sampoerna Foundation lolos dalam dua klaster yakni Gajah dan Macan. Di klaster Gajah, Sampoerna mendapat program melatih guru SMP, sedangkan di klaster Macan mendapat program melatih guru SD. (Baca juga: Viral, Mimpi Bocah SD Ini Ingin Punya HP untuk Sekolah Daring Akhirnya Terwujud)
Di klaster Gajah ini juga muncul Dompet Dhuafa yang lolos untuk dua program. Dompet Dhuafa juga muncul di klaster Macan dengan satu program. “Organisasi-organisasi yang terpilih sudah memiliki rekam jejak yang baik dalam implementasi program pelatihan guru dan kepala sekolah,” ujar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Iwan Syahril.
NU dan Muhammadiyah Mundur
Menyikapi hasil seleksi POP, dua ormas besar Persyarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengambil sikap serupa. Melalui majelis pendidikan dasar dan menengah, PP Muhammadiyah dan LP Ma’arif Nahdlatul Ulama sama-sama menyatakan mundur dari POP, meskipun dua entitas ini dinyatakan lolos di Klaster Gajah.
“Setelah kami ikuti proses seleksi dalam Program Organisasi Penggerak (POP) Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud RI dan mempertimbangkan beberapa hal, maka dengan ini kami menyatakan mundur dari keikutsertaan program tersebut," ujar Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Kasiyarno.
PP Muhammadiyah mempunyai jejak panjang dalam pengabdian sosial, termasuk dalam bidang pendidikan. PP Muhammadiyah mempunyai infrastruktur dan jaringan pendidikan yang relatif lengkap di seluruh Indonesia. Rekam jejak ini ternyata tidak begitu diperhitungkan sehingga slot program yang digarap organisasi ini hanya satu. Muhammadiyah bahkan kalah dengan Dompet Dhuafa yang mendapat setidaknya tiga slot program.
Tak tanggung-tanggung, Kemendikbud menyediakan anggaran senilai Rp595 miliar untuk membiayai program ini. Nantinya ormas-ormas yang lolos POP akan bertanggung jawab mengadakan pelatihan bagi para tenaga pendidik dan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kapasitas mereka. Untuk menelisik ormas yang masuk POP, Kemendikbud menggandeng Smeru Institute. Nantinya ormas-ormas yang masuk POP dibagi dalam tiga klaster. Gajah, Macan, dan Kijang. Masing-masing klaster akan menerima besaran hibah dan tanggung jawab pelatihan yang berbeda. (Baca juga: Kian Panas, FBI Tangkap 3 Tentara China yang Menyamar Jadi Peneliti di AS)
Bagi organisasi penggerak yang masuk klaster Gajah akan mendapatkan dana maksimal Rp20 miliar/tahun/program dan bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan di lebih 100 sekolah. Klaster Macan akan menerima anggaran maksimal Rp5 miliar/tahun/program dan bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan di 21-100 sekolah. Klaster Kijang akan menerima anggaran maksimal Rp1 miliar/tahun/program untuk mengadakan pelatihan di 5-20 PAUD/SD/SMP. Dari hasil proses seleksi maka diputuskan bahwa ada 183 proposal dari 156 organisasi kemasyarakatan yang dinilai memenuhi kriteria.
Setelah melalui keseluruhan proses evaluasi yang sesuai prosedur dan aturan yang berlaku, 183 proposal dari 156 organisasi kemasyarakatan dinyatakan memenuhi kriteria untuk melaksanakan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan dana bantuan pemerintah,” terang perwakilan tim evaluasi proposal Smeru, Akhmadi.
Yang mengejutkan adalah lolosnya Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation sebagai organisasi kemasyarakatan dalam POP. Tanoto Foundation lolos dalam klaster Gajah dengan dua program, yakni pelatihan guru SD dan pelatihan guru SMP, sedangkan Sampoerna Foundation lolos dalam dua klaster yakni Gajah dan Macan. Di klaster Gajah, Sampoerna mendapat program melatih guru SMP, sedangkan di klaster Macan mendapat program melatih guru SD. (Baca juga: Viral, Mimpi Bocah SD Ini Ingin Punya HP untuk Sekolah Daring Akhirnya Terwujud)
Di klaster Gajah ini juga muncul Dompet Dhuafa yang lolos untuk dua program. Dompet Dhuafa juga muncul di klaster Macan dengan satu program. “Organisasi-organisasi yang terpilih sudah memiliki rekam jejak yang baik dalam implementasi program pelatihan guru dan kepala sekolah,” ujar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Iwan Syahril.
NU dan Muhammadiyah Mundur
Menyikapi hasil seleksi POP, dua ormas besar Persyarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengambil sikap serupa. Melalui majelis pendidikan dasar dan menengah, PP Muhammadiyah dan LP Ma’arif Nahdlatul Ulama sama-sama menyatakan mundur dari POP, meskipun dua entitas ini dinyatakan lolos di Klaster Gajah.
“Setelah kami ikuti proses seleksi dalam Program Organisasi Penggerak (POP) Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud RI dan mempertimbangkan beberapa hal, maka dengan ini kami menyatakan mundur dari keikutsertaan program tersebut," ujar Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Kasiyarno.
PP Muhammadiyah mempunyai jejak panjang dalam pengabdian sosial, termasuk dalam bidang pendidikan. PP Muhammadiyah mempunyai infrastruktur dan jaringan pendidikan yang relatif lengkap di seluruh Indonesia. Rekam jejak ini ternyata tidak begitu diperhitungkan sehingga slot program yang digarap organisasi ini hanya satu. Muhammadiyah bahkan kalah dengan Dompet Dhuafa yang mendapat setidaknya tiga slot program.
tulis komentar anda