Kisah Etik Nur Hasanah, Anak Petani Diterima di 6 Kampus Luar Negeri Ternama
Minggu, 27 Agustus 2023 - 17:00 WIB
“Saat itu aku langsung mencari tahu tentang BIM. Aku banyak ngobrol juga dengan kakak kelasku. Aku memanfaatkan sertifikat tingkat nasional yang aku punya dan alhamdulillah, aku lolos di tahap BIM pembinaan,” kata Etik.
“Aku ingat pertama kali proses seleksi administrasi. Aku mengumpulkan nilai rapor, sertifikat, dan yang lainnya. Kemudian aku melakukan wawancara dan alhamdulillah, Allah memberikan jalan untuk meraih cita-citaku untuk kuliah di luar negeri lewat BIM,” tuturnya.
Selama sembilan bulan Etik dan penerima BIM Angkatan 2 lainnya mengikuti pembinaan untuk mendaftar di luar negeri. Ia menikmati proses panjang tersebut demi mimpi yang ia tunggu-tunggu. “Lolos beasiswa BIM jadi pengalaman paling mengharukan yang aku rasakan sejauh ini.” sambungnya.
Sukarman, ayah Etik merupakan seorang petani sedangkan Ibunya, Siti Mahmudah adalah Ibu Rumah Tangga. “Ayah biasanya pergi setelah aku berangkat sekolah dan saat dzuhur ia pulang lalu kembali ke sawah lagi untuk bertani,” ujar Etik.
Sukarman dan Siti Mahmudah, kedua orang tua Etik juga selalu memotivasi anak-anaknya mengenai pentingnya pendidikan. “Mereka memotivasi kami anak-anaknya bahwa lewat pendidikan kami bisa mengubah kualitas diri, mengangkat status keluarga, bahkan kami bisa bertemu dengan banyak orang-orang hebat nantinya,” katanya.
“Aku sangat berharap bisa membanggakan keluargaku. Terutama kepada kedua orang tuaku, aku ingin mereka bangga dan merasa berhasil sudah melahirkan anak-anak hebat,” tambahnya.
Di tengah pembinaan BIM, Etik pernah mengalami masa-masa sulit saat menyeimbangkan kegiatan sekolah dengan pembinaan di BIM, namun tetap berhasil Etik lalui.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Jurusan Astronomi ITB, Langka dan Satu-Satunya di Asia Tenggara
“Aku harus menyeimbangkan urusan akademik di sekolah dengan yang lain. Seperti saat di sekolah aku harus benar-benar fokus mendengarkan penjelasan guru, apabila ada tugas aku langsung mengerjakan di sekolah. sehingga saat pulang aku bisa fokus mengikuti kegiatanku yang lain,” ungkapnya.
“Aku ingat pertama kali proses seleksi administrasi. Aku mengumpulkan nilai rapor, sertifikat, dan yang lainnya. Kemudian aku melakukan wawancara dan alhamdulillah, Allah memberikan jalan untuk meraih cita-citaku untuk kuliah di luar negeri lewat BIM,” tuturnya.
Selama sembilan bulan Etik dan penerima BIM Angkatan 2 lainnya mengikuti pembinaan untuk mendaftar di luar negeri. Ia menikmati proses panjang tersebut demi mimpi yang ia tunggu-tunggu. “Lolos beasiswa BIM jadi pengalaman paling mengharukan yang aku rasakan sejauh ini.” sambungnya.
Sukarman, ayah Etik merupakan seorang petani sedangkan Ibunya, Siti Mahmudah adalah Ibu Rumah Tangga. “Ayah biasanya pergi setelah aku berangkat sekolah dan saat dzuhur ia pulang lalu kembali ke sawah lagi untuk bertani,” ujar Etik.
Sukarman dan Siti Mahmudah, kedua orang tua Etik juga selalu memotivasi anak-anaknya mengenai pentingnya pendidikan. “Mereka memotivasi kami anak-anaknya bahwa lewat pendidikan kami bisa mengubah kualitas diri, mengangkat status keluarga, bahkan kami bisa bertemu dengan banyak orang-orang hebat nantinya,” katanya.
“Aku sangat berharap bisa membanggakan keluargaku. Terutama kepada kedua orang tuaku, aku ingin mereka bangga dan merasa berhasil sudah melahirkan anak-anak hebat,” tambahnya.
Di tengah pembinaan BIM, Etik pernah mengalami masa-masa sulit saat menyeimbangkan kegiatan sekolah dengan pembinaan di BIM, namun tetap berhasil Etik lalui.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Jurusan Astronomi ITB, Langka dan Satu-Satunya di Asia Tenggara
“Aku harus menyeimbangkan urusan akademik di sekolah dengan yang lain. Seperti saat di sekolah aku harus benar-benar fokus mendengarkan penjelasan guru, apabila ada tugas aku langsung mengerjakan di sekolah. sehingga saat pulang aku bisa fokus mengikuti kegiatanku yang lain,” ungkapnya.
tulis komentar anda