Dijuluki Duta PMM, Ini yang Dilakukan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2 Tarakan
Rabu, 06 Maret 2024 - 13:52 WIB
Asnawir mengatakan bahwa respons para guru sangat mengharukan. “Pak, kami nggak tahu loh, Pak, apa manfaatnya PMM kalau bapak nggak masuk begini. Awalnya kami belum tahu manfaat PMM, tapi ternyata di PMM itu lengkap banget ya untuk Implementasi Kurikulum Merdeka,” ujarnya menirukan kembali komentar seorang guru dari sebuah sekolah yang ia kunjungi.
Berbeda dengan miskonsepsi yang mengatakan PMM menambah beban, Asnawir mengalami hal sebaliknya. Platform digital ini justru membuatnya lebih fokus mengurus sekolah.
Ia sebagai kepala sekolah tidak perlu menghabiskan waktu untuk kunjungan, karena di PMM sudah menyediakan banyak materi. “Kalau PMM, bapak dan ibu kapanpun mau belajar, 15 menit, 20 menit, atau satu jam, itu Insya Allah bisa,” ujarnya.
Selain itu, Asnawir menekankan kepada para guru tentang pentingnya Komunitas Belajar. Kemendikbudristek mendorong adanya komunitas bagi guru untuk saling belajar justru agar terjadi praktik saling berbagi dan berkembang bersama dalam melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka.
“Kami buat mereka berkelompok dan kami ajari pola berkolaborasi di mana mereka kami suruh mendengarkan video-video itu sampai tuntas. Kalau sudah ditonton sampai selesai, mereka pun dapat berbagi pemahaman,” ungkapnya.
Karakteristik dan kondisi sekolah sangat berbeda, tetapi dengan adanya video PMM ini tentunya membuat mereka menyadari ada konten penting yang dapat mereka pahami. Lalu, mereka pun dapat mencoba mengkontekstualisasikan ke dalam kondisi lingkup sekolah mereka masing-masing. Dan mereka ternyata bisa begitu.
Setelah mengunjungi ratusan sekolah, bahkan hingga dijuluki sebagai “Duta PMM”, Asnawir meyakini bahwa dampak baik PMM, hanya bisa dirasakan kalau punya keinginan untuk mendapatkan dan mempraktikkan ilmu baru. Bukan sekadar mencari centang hijau. “Lakukan dengan sabar,” tuturnya.
Berbeda dengan miskonsepsi yang mengatakan PMM menambah beban, Asnawir mengalami hal sebaliknya. Platform digital ini justru membuatnya lebih fokus mengurus sekolah.
Ia sebagai kepala sekolah tidak perlu menghabiskan waktu untuk kunjungan, karena di PMM sudah menyediakan banyak materi. “Kalau PMM, bapak dan ibu kapanpun mau belajar, 15 menit, 20 menit, atau satu jam, itu Insya Allah bisa,” ujarnya.
Selain itu, Asnawir menekankan kepada para guru tentang pentingnya Komunitas Belajar. Kemendikbudristek mendorong adanya komunitas bagi guru untuk saling belajar justru agar terjadi praktik saling berbagi dan berkembang bersama dalam melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka.
“Kami buat mereka berkelompok dan kami ajari pola berkolaborasi di mana mereka kami suruh mendengarkan video-video itu sampai tuntas. Kalau sudah ditonton sampai selesai, mereka pun dapat berbagi pemahaman,” ungkapnya.
Karakteristik dan kondisi sekolah sangat berbeda, tetapi dengan adanya video PMM ini tentunya membuat mereka menyadari ada konten penting yang dapat mereka pahami. Lalu, mereka pun dapat mencoba mengkontekstualisasikan ke dalam kondisi lingkup sekolah mereka masing-masing. Dan mereka ternyata bisa begitu.
Setelah mengunjungi ratusan sekolah, bahkan hingga dijuluki sebagai “Duta PMM”, Asnawir meyakini bahwa dampak baik PMM, hanya bisa dirasakan kalau punya keinginan untuk mendapatkan dan mempraktikkan ilmu baru. Bukan sekadar mencari centang hijau. “Lakukan dengan sabar,” tuturnya.
(ars)
tulis komentar anda