ITS Luncurkan Purwarupa PLTS Apung Laut Pertama di Indonesia, Ini Penampakannya
Selasa, 19 Maret 2024 - 10:13 WIB
Lebih lanjut, Ikap menyampaikan bahwa pembangunan pilot project ini akan berkapasitas sebesar 25 kiloWatt. Daya listrik yang cukup tinggi ini diharapkan mampu untuk mereduksi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar diesel.
“Penggunaan Solar2Wave ini diproyeksikan mampu untuk menunjang kebutuhan listrik harian rakyat serta pabrik es batu yang menjadi salah satu kebutuhan penting bagi para nelayan di wilayah Gili Ketapang,” terang lelaki asal Bali ini.
Di lain sisi, terkait tantangan, Ikap mengungkapkan bahwa riset tahap awal yang dimulai sejak Maret 2023 hingga Februari 2024 lalu ini menemui beberapa kendala dalam pengembangannya.
Di antaranya adalah kondisi gelombang laut yang di luar kontrol, kondisi cuaca, perawatan yang cukup sulit hingga biaya operasional di luar prediksi. Meski demikian, Ikap mengaku timnya terus berupaya untuk menyempurnakan riset ini agar mendapatkan keluaran energi paling optimum.
Sebagai tambahan, Ikap mengatakan bahwa pada tahap awal ini, riset Solar2Wave menerima pendanaan sebesar 300 ribu Poundsterling dari Innovate UK. Ke depannya, untuk riset lanjutan yang akan dimulai pada April 2024 mendatang, proyek ini akan mendapatkan pendanaan sebesar 500 ribu Poundsterling. “Ke depannya, mitra dalam riset juga akan bertambah khususnya dari pihak pemerintah,” ungkap Guru Besar Teknik Perkapalan ITS ini.
Rektor Unpatti Prof Dr Fredy Leiwakabessy MPd mengatakan bahwa realisasi proyek ini merupakan bentuk nyata pemanfaatan potensi laut Indonesia yang tak terbatas dalam upaya pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat. Freddy berharap ke depannya proyek ini mampu menjadi wujud akselerasi kesejahteraan masyarakat, khususnya di Maluku.
Terakhir, Fredy optimistis melalui realisasi Solar2Wave yang lebih luas nantinya akan mampu meningkatkan aksesibilitas masyarakat di berbagai sektor untuk menjamin pemenuhan kebutuhan yang optimal. “Mulai dari transportasi, logistik, hingga pendidikan untuk mewujudkan generasi Indonesia Emas selanjutnya,” pungkasnya.
“Penggunaan Solar2Wave ini diproyeksikan mampu untuk menunjang kebutuhan listrik harian rakyat serta pabrik es batu yang menjadi salah satu kebutuhan penting bagi para nelayan di wilayah Gili Ketapang,” terang lelaki asal Bali ini.
Di lain sisi, terkait tantangan, Ikap mengungkapkan bahwa riset tahap awal yang dimulai sejak Maret 2023 hingga Februari 2024 lalu ini menemui beberapa kendala dalam pengembangannya.
Di antaranya adalah kondisi gelombang laut yang di luar kontrol, kondisi cuaca, perawatan yang cukup sulit hingga biaya operasional di luar prediksi. Meski demikian, Ikap mengaku timnya terus berupaya untuk menyempurnakan riset ini agar mendapatkan keluaran energi paling optimum.
Sebagai tambahan, Ikap mengatakan bahwa pada tahap awal ini, riset Solar2Wave menerima pendanaan sebesar 300 ribu Poundsterling dari Innovate UK. Ke depannya, untuk riset lanjutan yang akan dimulai pada April 2024 mendatang, proyek ini akan mendapatkan pendanaan sebesar 500 ribu Poundsterling. “Ke depannya, mitra dalam riset juga akan bertambah khususnya dari pihak pemerintah,” ungkap Guru Besar Teknik Perkapalan ITS ini.
Rektor Unpatti Prof Dr Fredy Leiwakabessy MPd mengatakan bahwa realisasi proyek ini merupakan bentuk nyata pemanfaatan potensi laut Indonesia yang tak terbatas dalam upaya pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat. Freddy berharap ke depannya proyek ini mampu menjadi wujud akselerasi kesejahteraan masyarakat, khususnya di Maluku.
Terakhir, Fredy optimistis melalui realisasi Solar2Wave yang lebih luas nantinya akan mampu meningkatkan aksesibilitas masyarakat di berbagai sektor untuk menjamin pemenuhan kebutuhan yang optimal. “Mulai dari transportasi, logistik, hingga pendidikan untuk mewujudkan generasi Indonesia Emas selanjutnya,” pungkasnya.
(wyn)
tulis komentar anda