Kongres APTIK ke-41 Bahas Kerapuhan Mental di Kampus dan Era Disruptif
Jum'at, 22 Maret 2024 - 19:55 WIB
Sedangkan Anxiety, memunculkan the illusion of control, apa yang diharapkan sangat berbeda dengan kenyataan yang dihadapi.
Sementara konsep Non-Linear menghasilkan the Illusion of predictability seperti kemunculan pandemic Covid-19, chat GPT, dan disrupsi teknologi lainnya. Dan terakhir, mengenai konsep Illusion of predictability dari paradigma BANI tadi, yang menghasilkan the illusion of knowledge seperti limpahan data dan informasi ternyata justru ikut menghasilkan limpahan hoax yang luar biasa.
“APTIK merasa perlu mengantisipasinya melalui segala bentuk adaptasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya kerapuhan mental yang kini kian meluas di lingkungan kampus-kampus di dalam dan di luar negeri. Kecemasan,depresi dan bunuh diri yang terjadi itu merupakan bagian dari illusion of control,” katanya, dalam keterangan resmi, Jumat (22/3/2024).
Kusbiantoro menambahkan, meski angka persoalan kesehatan mental belum terdata secara akurat namun masalah kecemasan, depresi, dan bunuh diri di kalangan remaja di era digital cukup menjadi keprihatinan bersama. Asosiasi merasa perlu kerja sama agar mahasiswa tidak merasa terisolasi dan bagaimana lembaga konseling dapat secara tepat mengenali gejala yang ada dan secara tepat juga bisa mengatasinya,” kata Kusbiantoro.
Sementara itu, ketua Yayasan Atma Jaya yang menjadi tuan rumah Kongres kali ini, Linus M. Setiadi mengatakan agenda yang perlu menjadi perhatian bersama adalah bentuk kolaborasi dalam skala yang lebih luas, baik dari kalangan internal APTIK sendiri, pemerintah, dan dunia industri. Mengingat peran dan fungsi pendidikan tinggi yang saat ini menghadapi gugatan yang cukup serius.
“Selain membahas adaptasi kurikulum terhadap paradigma disrupsi yang terbarukan ini, kolaborasi dan pengembangan kepedulian sebagai identitas Katolik untuk bisa menjadi jawaban terhadap persoalan-persoalan di tengah masyarakat sudah saatnya dilakukan secara simultan bersama dan fokus,” kata Linus.
Linus juga menekankan, kongres kali ini sebagai upaya profleksi bagi APTIK sendiri untuk maju dan bersinergi bersama menyumbangkan karya terbaik untuk bangsa dan negara. APTIK hendaknya mendorong anggotanya untuk tumbuh bersama serta menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga professional dan peduli atau memiliki intellectual humility.
Lebih jauh Linus mengemukakan, pentingnya APTIK mendirikan perguruan tinggi di Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, mengingat proyeksi tentang pembangunan nasional untuk mewujudkan menuju Indonesia Emas 2045. Terlebih tujuan IKN untuk orientasi Pembangunan menjadi Indonesiasentris dan mempercepat transformasi ekonomi Indonesia yang selama ini hanya terpusat di Jawa, Sumatera, dan Bali.
Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya selaku tuan rumah, Prof. Dr. dr. Yuda Turana juga menyatakan dukungannya terhadap kolaborasi dan sinergi yang dilakukan oleh APTIK. “Unika Atma Jaya sebagai bagian dari APTIK, saat ini mendapat kehormatan sebagai tuan rumah 40 tahun APTIK, merupakan bagian dari misi from Semanggi to the nation. Menghadapi berbagai tantangan ke depan, meningkatkan SDM unggul dan berdaya saing, perlu suatu kolaborasi dan sinergisme berbagai keunggulan keilmuan lintas perguruan tinggi,” ujar Yuda Turana.
Lebih lanjut Prof. Yuda juga menjelaskan bahwa kolaborasi di bidang tridharma dengan kesamaan misi dan visi di lingkungan APTIK diharapkan tidak hanya menghasilkan berbagai inovasi revolusioner, namun juga generasi muda yang berkarakter tangguh.
Sementara konsep Non-Linear menghasilkan the Illusion of predictability seperti kemunculan pandemic Covid-19, chat GPT, dan disrupsi teknologi lainnya. Dan terakhir, mengenai konsep Illusion of predictability dari paradigma BANI tadi, yang menghasilkan the illusion of knowledge seperti limpahan data dan informasi ternyata justru ikut menghasilkan limpahan hoax yang luar biasa.
“APTIK merasa perlu mengantisipasinya melalui segala bentuk adaptasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya kerapuhan mental yang kini kian meluas di lingkungan kampus-kampus di dalam dan di luar negeri. Kecemasan,depresi dan bunuh diri yang terjadi itu merupakan bagian dari illusion of control,” katanya, dalam keterangan resmi, Jumat (22/3/2024).
Kusbiantoro menambahkan, meski angka persoalan kesehatan mental belum terdata secara akurat namun masalah kecemasan, depresi, dan bunuh diri di kalangan remaja di era digital cukup menjadi keprihatinan bersama. Asosiasi merasa perlu kerja sama agar mahasiswa tidak merasa terisolasi dan bagaimana lembaga konseling dapat secara tepat mengenali gejala yang ada dan secara tepat juga bisa mengatasinya,” kata Kusbiantoro.
Sementara itu, ketua Yayasan Atma Jaya yang menjadi tuan rumah Kongres kali ini, Linus M. Setiadi mengatakan agenda yang perlu menjadi perhatian bersama adalah bentuk kolaborasi dalam skala yang lebih luas, baik dari kalangan internal APTIK sendiri, pemerintah, dan dunia industri. Mengingat peran dan fungsi pendidikan tinggi yang saat ini menghadapi gugatan yang cukup serius.
“Selain membahas adaptasi kurikulum terhadap paradigma disrupsi yang terbarukan ini, kolaborasi dan pengembangan kepedulian sebagai identitas Katolik untuk bisa menjadi jawaban terhadap persoalan-persoalan di tengah masyarakat sudah saatnya dilakukan secara simultan bersama dan fokus,” kata Linus.
Linus juga menekankan, kongres kali ini sebagai upaya profleksi bagi APTIK sendiri untuk maju dan bersinergi bersama menyumbangkan karya terbaik untuk bangsa dan negara. APTIK hendaknya mendorong anggotanya untuk tumbuh bersama serta menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga professional dan peduli atau memiliki intellectual humility.
Lebih jauh Linus mengemukakan, pentingnya APTIK mendirikan perguruan tinggi di Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, mengingat proyeksi tentang pembangunan nasional untuk mewujudkan menuju Indonesia Emas 2045. Terlebih tujuan IKN untuk orientasi Pembangunan menjadi Indonesiasentris dan mempercepat transformasi ekonomi Indonesia yang selama ini hanya terpusat di Jawa, Sumatera, dan Bali.
Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya selaku tuan rumah, Prof. Dr. dr. Yuda Turana juga menyatakan dukungannya terhadap kolaborasi dan sinergi yang dilakukan oleh APTIK. “Unika Atma Jaya sebagai bagian dari APTIK, saat ini mendapat kehormatan sebagai tuan rumah 40 tahun APTIK, merupakan bagian dari misi from Semanggi to the nation. Menghadapi berbagai tantangan ke depan, meningkatkan SDM unggul dan berdaya saing, perlu suatu kolaborasi dan sinergisme berbagai keunggulan keilmuan lintas perguruan tinggi,” ujar Yuda Turana.
Lebih lanjut Prof. Yuda juga menjelaskan bahwa kolaborasi di bidang tridharma dengan kesamaan misi dan visi di lingkungan APTIK diharapkan tidak hanya menghasilkan berbagai inovasi revolusioner, namun juga generasi muda yang berkarakter tangguh.
tulis komentar anda