Cerita Wayan, Anak Penjual Telur Keliling dari Bali Diterima di UGM Tanpa Tes
Kamis, 27 Juni 2024 - 07:27 WIB
Sehari-hari Ayahnya menjadi pedagang telur keliling di pasar hingga warung-warung kelontong dan restoran di sepanjang jalan di Karangasem. Telur dagangnya diambil dari pemilik kandang ayam petelur yang berada 3 kilometer dari rumahnya.
Dalam seminggu ia bisa mengambil telur dari kandang. sebanyak 25 karpet. Telur-telur tersebut lalu dibawah ke rumahnya untuk dibersihkan dan disusun rapi kembali di wadah karpet.
Jika laku, setiap karpet telur ia mendapat untung sebesar Rp3000 rupiah. “Kalau dihitung bersih rata-rata dapat Rp1,5 juta rupiah sampai Rp1,8 juta,” katanya.
Menjadi penjual telur keliling, kata Nengah berangkat dari masukan anak bungsunya yang meminta untuk menjadi pedagang setelah mencoba beberapa kali ganti pekerjaan dari jadi buruh pengrajin bambu, tenaga security, hingga kuli bangunan.
Saat pertama berjualan telur, Nengah mengaku ia dan istrinya mencoba berjualan telur ayam di pinggir jualan dengan mengambil beberapa karpet telur.
Dalam seminggu ia bisa mengambil telur dari kandang. sebanyak 25 karpet. Telur-telur tersebut lalu dibawah ke rumahnya untuk dibersihkan dan disusun rapi kembali di wadah karpet.
Jika laku, setiap karpet telur ia mendapat untung sebesar Rp3000 rupiah. “Kalau dihitung bersih rata-rata dapat Rp1,5 juta rupiah sampai Rp1,8 juta,” katanya.
Menjadi penjual telur keliling, kata Nengah berangkat dari masukan anak bungsunya yang meminta untuk menjadi pedagang setelah mencoba beberapa kali ganti pekerjaan dari jadi buruh pengrajin bambu, tenaga security, hingga kuli bangunan.
Saat pertama berjualan telur, Nengah mengaku ia dan istrinya mencoba berjualan telur ayam di pinggir jualan dengan mengambil beberapa karpet telur.
Lihat Juga :