Ciptakan Inovasi Beraksi, Tim Pengmas Tel-U Cegah Kekerasan Seksual pada Anak
Rabu, 30 Oktober 2024 - 14:37 WIB
"Di satu sisi anak harus melek teknologi, tapi di sisi lain dengan pesatnya teknologi anak tidak dapat memilah dapat mengakses konten-konten negatif. Seperti yang diungkapkan Maria Montessori bahwa masa depan manusia terletak pada bagaimana kita mendidik dan melindungi anak-anak kita. Anak adalah sumber harapan untuk mewujudkan perubahan positif dan kemungkinan kemajuan," kata Alila.
Di akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang didanai DRTPM Kemdikbudristek ini, tim dosen Telkom University menekankan pentingnya peran dari pihak-pihak terkait dalam mencegah kekerasan seksual pada anak.
"Berdasarkan hasil diskusi, guru menekankan pada penggunaan gaya bahasa sederhana yang mudah dipahami dan informatif supaya tidak menimbulkan ambiguitas. Maskot juga diperlukan sebagai persona yang mewakili anak-anak ketika belajar. Oleh karena itu, menurut orang tua, karakter animasi adalah pilihan yang sesuai. Sebagai tambahan, guru juga menyampaikan bahwa alangkah lebih baik jika terdapat panduan untuk memahami langkah pertama jika terjadi kekerasan seksual dalam video edukasi," kata anggota tim, Ira Wirasari.
Dari kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi Telkom University, diketahui bahwa guru, orang tua, dan TP-PKK memiliki keresahan yang sama terhadap isu kekerasan seksual dan faktor penyebab serta akibatnya. Oleh karena itu, kekerasan seksual pada anak adalah isu yang perlu dianggap serius dan diperlukan beragam strategi untuk melakukan pencegahan. Permainan berbasis edukasi mengenai kekerasan seksual diharapkan dapat menjadi salah satu solusinya.
Lihat Juga: Pengmas FIA UI Tingkatkan Internalisasi Entrepreneurial Mindset di Kalangan Pelajar Jakarta
Di akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang didanai DRTPM Kemdikbudristek ini, tim dosen Telkom University menekankan pentingnya peran dari pihak-pihak terkait dalam mencegah kekerasan seksual pada anak.
"Berdasarkan hasil diskusi, guru menekankan pada penggunaan gaya bahasa sederhana yang mudah dipahami dan informatif supaya tidak menimbulkan ambiguitas. Maskot juga diperlukan sebagai persona yang mewakili anak-anak ketika belajar. Oleh karena itu, menurut orang tua, karakter animasi adalah pilihan yang sesuai. Sebagai tambahan, guru juga menyampaikan bahwa alangkah lebih baik jika terdapat panduan untuk memahami langkah pertama jika terjadi kekerasan seksual dalam video edukasi," kata anggota tim, Ira Wirasari.
Dari kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi Telkom University, diketahui bahwa guru, orang tua, dan TP-PKK memiliki keresahan yang sama terhadap isu kekerasan seksual dan faktor penyebab serta akibatnya. Oleh karena itu, kekerasan seksual pada anak adalah isu yang perlu dianggap serius dan diperlukan beragam strategi untuk melakukan pencegahan. Permainan berbasis edukasi mengenai kekerasan seksual diharapkan dapat menjadi salah satu solusinya.
Lihat Juga: Pengmas FIA UI Tingkatkan Internalisasi Entrepreneurial Mindset di Kalangan Pelajar Jakarta
(wyn)
tulis komentar anda