UNJ bersama AP3KnI Tekankan Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan
Selasa, 05 November 2024 - 19:22 WIB
Ketua Umum AP3KnI Prof. Sapriya menyampaikan, tema yang diusung dalam The 5th ACEC merupakan langkah kreatif dan inovatif serta upaya yang menjanjikan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan di era globalisasi abad ke-21.
"Dalam tiga dekade terakhir, Pendidikan Kewarganegaraan mengalami dinamika yang tinggi, ditandai dengan perubahan paradigma, orientasi, dan bobot isi kurikulum serta pendekatan pembelajaran," ujarnya.
Perubahan dalam satu dekade terakhir diperkirakan akan terus berlanjut. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, terjadi perubahan kurikulum.
"Konferensi ini bertujuan memastikan dan membangun komitmen terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi warga global yang berbagi pengalaman, praktik terbaik, temuan penelitian, pengembangan produk, aturan, dan kebijakan," ucapnya.
Pada akhirnya, tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan rasa kepedulian terhadap seluruh umat manusia untuk mencapai kebajikan sipil. Upaya ini harus terus diupayakan agar kehidupan masyarakat semakin membaik seiring berjalannya waktu.
Rektor UNJ Prof. Komarudin menyampaikan perkembangan dunia berubah secara eksponensial dan tidak dapat diprediksi. Kondisi ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Oleh karena itu, sektor pendidikan perlu memberikan respons yang tepat. Penting untuk mengubah pendidikan kewarganegaraan untuk kehidupan masa depan," katanya.
Komarudin mengidentifikasi tiga paradigma Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan, yaitu belajar dan berkembang. Seorang warga negara tidak hanya berhenti pada tataran belajar, namun juga harus mampu menghasilkan berbagai inovasi.
Komarudin juga menyinggung isu Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan, yaitu spiritual, identitas, digitalisasi, hukum, dan ekologi.
Sejalan dengan permasalahan yang telah diutarakan, Prof. Komarudin mengusulkan lima kompetensi yang harus diperoleh dalam Pendidikan Kewarganegaraan masa depan, yaitu kompetensi rohani, spasial dan nasionalisme, digital, hukum, dan ekologis.
"Dalam tiga dekade terakhir, Pendidikan Kewarganegaraan mengalami dinamika yang tinggi, ditandai dengan perubahan paradigma, orientasi, dan bobot isi kurikulum serta pendekatan pembelajaran," ujarnya.
Perubahan dalam satu dekade terakhir diperkirakan akan terus berlanjut. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, terjadi perubahan kurikulum.
"Konferensi ini bertujuan memastikan dan membangun komitmen terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi warga global yang berbagi pengalaman, praktik terbaik, temuan penelitian, pengembangan produk, aturan, dan kebijakan," ucapnya.
Pada akhirnya, tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan rasa kepedulian terhadap seluruh umat manusia untuk mencapai kebajikan sipil. Upaya ini harus terus diupayakan agar kehidupan masyarakat semakin membaik seiring berjalannya waktu.
Rektor UNJ Prof. Komarudin menyampaikan perkembangan dunia berubah secara eksponensial dan tidak dapat diprediksi. Kondisi ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Oleh karena itu, sektor pendidikan perlu memberikan respons yang tepat. Penting untuk mengubah pendidikan kewarganegaraan untuk kehidupan masa depan," katanya.
Komarudin mengidentifikasi tiga paradigma Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan, yaitu belajar dan berkembang. Seorang warga negara tidak hanya berhenti pada tataran belajar, namun juga harus mampu menghasilkan berbagai inovasi.
Komarudin juga menyinggung isu Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan, yaitu spiritual, identitas, digitalisasi, hukum, dan ekologi.
Sejalan dengan permasalahan yang telah diutarakan, Prof. Komarudin mengusulkan lima kompetensi yang harus diperoleh dalam Pendidikan Kewarganegaraan masa depan, yaitu kompetensi rohani, spasial dan nasionalisme, digital, hukum, dan ekologis.
tulis komentar anda