Perpusnas Dorong Transformasi Perpustakaan untuk Bonus Demografi Indonesia 2045
Kamis, 07 November 2024 - 18:21 WIB
JAKARTA - Tantangan Indonesia di masa depan akan dihadapkan dengan kompleksitas perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, konsep pembangunan Indonesia akan bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang disokong oleh kecakapan sumber daya manusia (human capital).
“Saat ini kita perlu mendesain bonus demografi sebagai manfaat yang besar. Dan keberadaan perpustakaan jelas berkorelasi sangat kuat dalam membangun human capital,” ujar Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Adin Bondar ketika membuka kegiatan Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional di Sanur, Bali, Kamis, (7/11/2024).
Baca juga: Perpusnas Tetapkan Naskah Kidung Bwana Winasa sebagai IKON 2024
Bangsa Indonesia akan mengalami puncak dari bonus demografi pada 2045 mendatang. Bonus demografi adalah kondisi dimana populasi usia masyarakat produktif lebih besar dibanding masyarakat usia non produktif. Kondisi ini benar-benar harus dimaksimalkan agar tidak terjadi lonjakan pengangguran dan rendahnya produktivitas masyarakat.
Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional 2024 digelar langsung Perpusnas selama tiga hari, mulai 6 hingga 8 November 2024, di Bali.
Perpustakaan merupakan instrumen pendidikan bagi semua orang. Keberadaannya selain memberikan layanan pengetahuan dan informasi kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, juga harus memberikan dampak signifikan merekonstruksi sumber daya manusia berbasis perilaku gemar membaca sehingga membantu terwujudnya masyarakat yang literat. “Masyarakat yang literat adalah masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, dan kreatif,” tambah Adin.
Forum Ekonomi Dunia (Word Economy Forum) pada 2016 sudah jauh- jauh hari mengingatkan bahwa masa disrupsi akan terjadi. Perkembangan teknologi dan komunikasi mengakibatkan banyak lahan pekerjaan diambil alih oleh otomatisasi dan mesin. Artinya, eksistensi manusia mulai tereduksi.
Maka, disinilah kecapakan interpersonal dan analisis menjadi penting. Manusia jangan hanya paham secara pengetahuan saja tapi juga dianalisis, dievaluasi, bahkan mencipta gagasan baru.
Perpusnas bersyukur inisiasi program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sejauh ini telah mendapatkan apresiasi banyak pihak arena terbukti dapat memberikan dampak sosial dan kesejahteraan. Bahkan di beberapa daerah, program TPBIS sudah direplikasi. Mereka meyakini, TPBIS mampu menjadi instrumen strategis dalam pengendalian inflasi, penurunan angka kemiskinan dan stunting.
“Saat ini kita perlu mendesain bonus demografi sebagai manfaat yang besar. Dan keberadaan perpustakaan jelas berkorelasi sangat kuat dalam membangun human capital,” ujar Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Adin Bondar ketika membuka kegiatan Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional di Sanur, Bali, Kamis, (7/11/2024).
Baca juga: Perpusnas Tetapkan Naskah Kidung Bwana Winasa sebagai IKON 2024
Bangsa Indonesia akan mengalami puncak dari bonus demografi pada 2045 mendatang. Bonus demografi adalah kondisi dimana populasi usia masyarakat produktif lebih besar dibanding masyarakat usia non produktif. Kondisi ini benar-benar harus dimaksimalkan agar tidak terjadi lonjakan pengangguran dan rendahnya produktivitas masyarakat.
Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional 2024 digelar langsung Perpusnas selama tiga hari, mulai 6 hingga 8 November 2024, di Bali.
Perpustakaan merupakan instrumen pendidikan bagi semua orang. Keberadaannya selain memberikan layanan pengetahuan dan informasi kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, juga harus memberikan dampak signifikan merekonstruksi sumber daya manusia berbasis perilaku gemar membaca sehingga membantu terwujudnya masyarakat yang literat. “Masyarakat yang literat adalah masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, dan kreatif,” tambah Adin.
Forum Ekonomi Dunia (Word Economy Forum) pada 2016 sudah jauh- jauh hari mengingatkan bahwa masa disrupsi akan terjadi. Perkembangan teknologi dan komunikasi mengakibatkan banyak lahan pekerjaan diambil alih oleh otomatisasi dan mesin. Artinya, eksistensi manusia mulai tereduksi.
Maka, disinilah kecapakan interpersonal dan analisis menjadi penting. Manusia jangan hanya paham secara pengetahuan saja tapi juga dianalisis, dievaluasi, bahkan mencipta gagasan baru.
Perpusnas bersyukur inisiasi program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sejauh ini telah mendapatkan apresiasi banyak pihak arena terbukti dapat memberikan dampak sosial dan kesejahteraan. Bahkan di beberapa daerah, program TPBIS sudah direplikasi. Mereka meyakini, TPBIS mampu menjadi instrumen strategis dalam pengendalian inflasi, penurunan angka kemiskinan dan stunting.
tulis komentar anda