Universitas Bakrie-UiTM Malaysia Kolaborasi Revitalisasi Sopan Santun di Era Digital
Kamis, 16 Januari 2025 - 18:18 WIB
JAKARTA - Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie menerima kunjungan akademik dari Faculty of Communication and Media Studies, Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Dalam kesempatan tersebut, kedua institusi membahas tantangan baru di era digital: menghidupkan kembali nilai sopan santun di kalangan generasi muda.
Dalam dialog lintas budaya ini, mahasiswa dan dosen dari kedua institusi menawarkan solusi akademik dan kampanye sosial. Hal ini mendorong kedua institusi untuk melakukan dialog yang bertajuk “Reviving Politeness in the Digital Age: Perspectives from Indonesia and Malaysia”.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, Lena Elis Prasetya membawa diskusi dengan mengingatkan audiens, “Kita perlu sama-sama mempromosikan budaya sopan santun karena Indonesia dan Malaysia adalah wajah Asia,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (16/1/2025).
Dalam menjawab tantangan ini, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie merancang kampanye #SantunMuda. Kampanye ini mencakup edukasi melalui konten di media sosial untuk mempromosikan komunikasi yang santun serta menciptakan No Dirty Words Zone di lingkungan kampus yang mengajak mahasiswa untuk menghindari bahasa kasar dalam percakapan sehari-hari.
Merujuk pada data Digital Civility Index 2020, yang melakukan survei kepada 16.000 partisipan dari 32 negara, tingkat kesopanan netizen Indonesia berada di peringkat ke-29 dari seluruh peserta, meski skornya meningkat dari 67 ke 76.
Sebaliknya, skor di negara Malaysia justru menurun sebanyak 4 poin menjadi 63. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya hoax, ujaran kebencian, hingga diskriminasi.
Mahasiswa UiTM, Tunku Mahsuri Jewa dan Muhammad Johann Isni'n, berbagi perspektif tentang bagaimana derasnya arus konten media sosial di Malaysia mempengaruhi sopan santun generasi muda. Mereka sepakat bahwa nilai ini penting untuk menjaga hubungan yang baik di tengah dunia digital yang dinamis.
“Sebagai generasi muda kita perlu saling mengingatkan bahwa sopan santun itu kunci komunikasi yang saling menghormati” jelas Tunku Mahsuri.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Suharyanti menyoroti peran komunikasi dalam tantangan ini. “Sebagai pendidik, kami harap mahasiswa paham bahwa komunikasi yang etis bukan hanya soal keterampilan, tapi juga bagian dari karakter yang akan mereka bawa saat terjun di masyarakat".
Dalam dialog lintas budaya ini, mahasiswa dan dosen dari kedua institusi menawarkan solusi akademik dan kampanye sosial. Hal ini mendorong kedua institusi untuk melakukan dialog yang bertajuk “Reviving Politeness in the Digital Age: Perspectives from Indonesia and Malaysia”.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, Lena Elis Prasetya membawa diskusi dengan mengingatkan audiens, “Kita perlu sama-sama mempromosikan budaya sopan santun karena Indonesia dan Malaysia adalah wajah Asia,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (16/1/2025).
Dalam menjawab tantangan ini, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie merancang kampanye #SantunMuda. Kampanye ini mencakup edukasi melalui konten di media sosial untuk mempromosikan komunikasi yang santun serta menciptakan No Dirty Words Zone di lingkungan kampus yang mengajak mahasiswa untuk menghindari bahasa kasar dalam percakapan sehari-hari.
Merujuk pada data Digital Civility Index 2020, yang melakukan survei kepada 16.000 partisipan dari 32 negara, tingkat kesopanan netizen Indonesia berada di peringkat ke-29 dari seluruh peserta, meski skornya meningkat dari 67 ke 76.
Sebaliknya, skor di negara Malaysia justru menurun sebanyak 4 poin menjadi 63. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya hoax, ujaran kebencian, hingga diskriminasi.
Mahasiswa UiTM, Tunku Mahsuri Jewa dan Muhammad Johann Isni'n, berbagi perspektif tentang bagaimana derasnya arus konten media sosial di Malaysia mempengaruhi sopan santun generasi muda. Mereka sepakat bahwa nilai ini penting untuk menjaga hubungan yang baik di tengah dunia digital yang dinamis.
“Sebagai generasi muda kita perlu saling mengingatkan bahwa sopan santun itu kunci komunikasi yang saling menghormati” jelas Tunku Mahsuri.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Suharyanti menyoroti peran komunikasi dalam tantangan ini. “Sebagai pendidik, kami harap mahasiswa paham bahwa komunikasi yang etis bukan hanya soal keterampilan, tapi juga bagian dari karakter yang akan mereka bawa saat terjun di masyarakat".
Lihat Juga :
tulis komentar anda