ITS-UTM Kembangkan Potensi Garam buat Baterai Lithium
Kamis, 10 September 2020 - 10:27 WIB
Dari kerja sama tersebut, Deni ingin inovasi yang dilakukan kedua pihak dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat Madura dan mendongkrak prestasi ITS di kancah nasional maupun internasional.
Dekan Fakultas Pertanian UTM Ir Slamet Subari mengajukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pulau Madura. Pertama adalah penelitian pada tanaman jagung yang dilakukan UTM. Meskipun terbilang sukses, namun dalam pengaplikasiannya di lapangan, Pulau Madura memiliki kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dikarenakan banyak masyarakat Madura yang memilih untuk merantau ke luar pulau.
“Saya harap ITS memiliki sebuah teknologi tepat guna yang dapat menggantikan peran SDM yang semakin berkurang," ungkapnya.
Ia menambahkan, garam menjadi permasalahan selanjutnya. Saat ini UTM belum menemukan SDM yang dapat menurunkan satu atau sebagian dari pohon industri yang merupakan pengembangan dari kelanjutan garam tersebut. Hal tersebut membuat harga garam yang diterima oleh petani selama ini masih terlalu murah. Sehingga hal ini dinilai kurang meningkatkan kesejahteraan petani garam. UTM berharap agar ITS memiliki sebuah inovasi yang dapat membantu petani garam memilih opsi lain untuk keberlanjutan garamnya.
Tidak hanya hal-hal tersebut, ada juga beberapa tawaran yang diajukan UTM untuk ITS sebagai keberlanjutan dari MoU ini. Di antaranya adalah penelitian tentang daun kelor, adanya pertukaran mahasiswa ITS dengan mahasiswa UTM, membuat garam modifikasi, dan adanya pertukaran dosen antara ITS dengan UTM.
Dekan Fakultas Pertanian UTM Ir Slamet Subari mengajukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pulau Madura. Pertama adalah penelitian pada tanaman jagung yang dilakukan UTM. Meskipun terbilang sukses, namun dalam pengaplikasiannya di lapangan, Pulau Madura memiliki kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dikarenakan banyak masyarakat Madura yang memilih untuk merantau ke luar pulau.
“Saya harap ITS memiliki sebuah teknologi tepat guna yang dapat menggantikan peran SDM yang semakin berkurang," ungkapnya.
Ia menambahkan, garam menjadi permasalahan selanjutnya. Saat ini UTM belum menemukan SDM yang dapat menurunkan satu atau sebagian dari pohon industri yang merupakan pengembangan dari kelanjutan garam tersebut. Hal tersebut membuat harga garam yang diterima oleh petani selama ini masih terlalu murah. Sehingga hal ini dinilai kurang meningkatkan kesejahteraan petani garam. UTM berharap agar ITS memiliki sebuah inovasi yang dapat membantu petani garam memilih opsi lain untuk keberlanjutan garamnya.
Tidak hanya hal-hal tersebut, ada juga beberapa tawaran yang diajukan UTM untuk ITS sebagai keberlanjutan dari MoU ini. Di antaranya adalah penelitian tentang daun kelor, adanya pertukaran mahasiswa ITS dengan mahasiswa UTM, membuat garam modifikasi, dan adanya pertukaran dosen antara ITS dengan UTM.
(mpw)
tulis komentar anda