Hindari Kekerasan Siswa saat PJJ, Program Parenting Harus Diperkuat
Kamis, 17 September 2020 - 16:14 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifuddian mengaku prihatin dengan kasus ibu yang membunuh anaknya sendiri karena kesulitan belajar online di Tangerang. Hetifah pun meminta agar program parenting diperkuat sehinggga orang tua tidak kelimpungan pada masa belajar dari rumah (BDR) ini.
Hetifah mengatakan, kejadian ini sangat menyedihkan. Menurutnya, saat ini memang ini masa yang sangat sulit bagi orang tua dan semua masyarakat sehingga tingkat stres sangat rentan untuk meningkat. (Baca juga: Masih Banyak Siswa Belum Miliki Gawai dan Kesulitan Sinyal )
"Akibatnya, secara psikologis mungkin sekali terganggu atau dilampiaskan kepada orang-orang di sekitar kita, dan anak adalah yang paling rentan," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Kamis (17/9).
Politikus Partai Golongan Karya ini pun sekali lagi menekankan kepada pihak sekolah bahwa dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini agar mengutamakan well being siswa daripada penuntasan kurikulum.
"Guru harus peka akan keadaan siswa dan keluarganya, harus terus dipantau dan ditindaklanjuti jika ada yang tak biasa," lugasnya. (Baca juga: Masih Terkendala, Pendataan Nomor Ponsel Masih belum 100% )
Khusus kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, legislator dapil Kalimantan Timur ini berharap dapat lebih serius lagi menggarap program-program parentingnya. Jika bisa, tambahnya, harus diadakan program konsultan keluarga dimana keluarga dapat dibimbing oleh guru PAUD ataupun kader PKK dalam menjalani PJJ ini. Orang tua pun, katanya, bisa melakukan curhat jika ada permasalahan keluarga dalam melewati pandemi ini.
Sementara, kepada masyarakat dan pimpinan RT/RW , Hetifah meminta juga sebaiknya saling menjaga dan memantau satu sama lain. Lingkungan sekitar harus mengetahui apakah ada tetangga di lingkungannya yang kira-kira benar-benar kesulitan atau melakukan hal-hal yang tidak biasa. "Jangan sampai hal seperti ini terjadi lagi di masa depan," tegasnya.
Hetifah mengatakan, kejadian ini sangat menyedihkan. Menurutnya, saat ini memang ini masa yang sangat sulit bagi orang tua dan semua masyarakat sehingga tingkat stres sangat rentan untuk meningkat. (Baca juga: Masih Banyak Siswa Belum Miliki Gawai dan Kesulitan Sinyal )
"Akibatnya, secara psikologis mungkin sekali terganggu atau dilampiaskan kepada orang-orang di sekitar kita, dan anak adalah yang paling rentan," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Kamis (17/9).
Politikus Partai Golongan Karya ini pun sekali lagi menekankan kepada pihak sekolah bahwa dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini agar mengutamakan well being siswa daripada penuntasan kurikulum.
"Guru harus peka akan keadaan siswa dan keluarganya, harus terus dipantau dan ditindaklanjuti jika ada yang tak biasa," lugasnya. (Baca juga: Masih Terkendala, Pendataan Nomor Ponsel Masih belum 100% )
Khusus kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, legislator dapil Kalimantan Timur ini berharap dapat lebih serius lagi menggarap program-program parentingnya. Jika bisa, tambahnya, harus diadakan program konsultan keluarga dimana keluarga dapat dibimbing oleh guru PAUD ataupun kader PKK dalam menjalani PJJ ini. Orang tua pun, katanya, bisa melakukan curhat jika ada permasalahan keluarga dalam melewati pandemi ini.
Sementara, kepada masyarakat dan pimpinan RT/RW , Hetifah meminta juga sebaiknya saling menjaga dan memantau satu sama lain. Lingkungan sekitar harus mengetahui apakah ada tetangga di lingkungannya yang kira-kira benar-benar kesulitan atau melakukan hal-hal yang tidak biasa. "Jangan sampai hal seperti ini terjadi lagi di masa depan," tegasnya.
(mpw)
tulis komentar anda