Inspiratif, 18 Dosen Perempuan Tuangkan Keprihatinan dalam 'Corpus Puisi Pandemi'

Selasa, 29 September 2020 - 16:15 WIB
Inspiratif, 18 Dosen...
Buku Corpus Puisi Pandemi Karya 18 Akademisi Perempuan dari 15 perguruan tinggi (PT) ternama di Indonesia. Foto/ist
JAKARTA - Sebanyak 18 akademisi perempuan yang juga dosen Ilmu Komunikasi dari 15 perguruan tinggi (PT) ternama di Indonesia menuangkan keprihatinan pandemi COVID-19 dari sisi yang berbeda. Melalui webinar berbagai seminar, dialog, dan diskusi, mereka menuangkan keprihatinannya dalam bentuk puisi ' Corpus Puisi Pandemi : Merajut Kata, Ilmu, Dan Hati'.

“Gagasan ini tidak terlepas dari media sosial ya. Kita rayakan sosial media dengan sesuatu yang positif. Saat itu saya membaca potongan puisi Frida Kusumastuti di laman sosial medianya. Lalu terbetik untuk kolaborasi bersama teman-teman di Japelidi tempat kami bertemu pada awalnya.” Tutur Lestari Nurhajati dari LSPR sebagai penggagas antologi, Selasa (29/9/2020). (Baca juga: Ini Penjelasan Pakar Kesehatan UI Kenapa COVID-19 Indonesia Belum Terkendali )

Para penulis yang berlatar belakang Akademisi Ilmu Komunikasi telah mengumpulkan 142 judul puisi . Puisi-puisi itu ditulis dalam kurun waktu bulan Juni-Juli 2020. Melalui proses kurasi oleh Kurniawan Junaedi dari Kurator Indonesia, kumpulan puisi tersebut selanjutnya diluncurkan secara daring. Peluncuran yang dikemas menarik, juga menghadirkan dua sastrawan nasional Jose Rizal Manua dan Yvonne de Fretes dalam diskusi yang diikuti oleh 100 orang.

Jose Rizal Manua yang pernah menerima berbagai penghargaan di Asia-Pasific maupun Dunia sebagai sutradara maupun Theater Best Perfomance memberi apresiasi, “Puisi-puisinya luar biasa karena ditulis dari sumber yang dihadapi ibu-ibu. Saya memberi penghargaan yang tinggi kepada 18 penulis wanita. Pada hakekatnya semua orang pernah menulis puisi, terutama saat jatuh cinta. Puisi sebenarnya dekat dengan keseharian kita. Tetapi puisi-puisi dalam Corpus tetap ada sentuhan seni.” Jose Rizal mengutip pernyataan-pernyataan penulis puisi terkenal.

Dalam sesi diskusi, Eka Budianta menyetujui pernyataan Jose Rizal. Budianta menambahi ada tiga kepekaan, yaitu kepekaan pada tempat, kepekaan waktu, dan kepekaan pada peristiwa, “Kepekaan waktu memberi puisi sebagai keabadian dan saat ini waktu yang penting adalah Pandemi,” Jelas Budianta. (Baca juga: Malam Apresiasi Seni Terbesar IPB University Dilaksanakan secara Daring )
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!