FMIPA UI Kembangkan MikoGrow, Digitalisasi Sistem Pantau Budidaya Jamur Tiram
Selasa, 03 November 2020 - 06:38 WIB

Akademisi FMIPA UI Retno Lestari mengembangkan inovasi MikoGrow–sebuah terobosan baru dalam pendampingan budidaya jamur. Foto/Dok/Humas UI
JAKARTA - Setelah sukses memperkenalkan inovasi Mikoponik, Akademisi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) Retno Lestari mengembangkan inovasi MikoGrow – sebuah terobosan baru dalam pendampingan budidaya jamur. MikoGrow merupakan sistem berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat memudahkan para petani jamur untuk memantau dari jarak jauh produk budidayanya.
Selain memberikan pendampingan pada proses budidaya, Retno dan tim melatih warga untuk melakukan hilirisasi produk olahan jamur. Program tersebut telah berlangsung selama dua tahap, dimulai pada tahun 2019 dan tahun ini merupakan tahap kedua. Gagasan ini bermula dari dampak pandemi COVID-19 terhadap menurunnya hasil produksi panen jamur di Desa Bojong Koneng, Sentul. (Baca juga: Bermodal Kulit Mangga, Mahasiswa ITS Raih Emas di Korsel )
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari program Mikoponik yang merupakan inovasi budidaya jamur dengan pemanfaatan limbah agrikultur sebagai media tanam. Retno dan tim terjun langsung membantu masyarakat di Sentul dalam melakukan pengembangan budidaya jamur tiram (Pleurotus Ostreatus) untuk menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, panen jamur per harinya mengalami penurunan, yang dimulai pada Maret lalu. Pihaknya juga melihat, semangat warga menurun karena keterbatasan aspek mobilisasi dan juga berkumpul. Untuk itu, pihaknya mulai melakukan inovasi monitoring jarak jauh dan kini hasil panen harian sudah mulai naik dan berharap dapat kembali normal dalam waktu dekat.
“Saat ini MikoGrow sedang dalam tahap pengembangan, dan akan disosialisasikan kepada masyarakat setempat. Kami berharap, dengan menghadirkan MikoGrow, warga di Desa Bojong Koneng akan terbiasa menggunakan aplikasi teknologi dan berdampak positif terhadap produktivitas budidaya jamur yang dilakukan,” katanya, Senin (2/11/2020). (Baca juga: Sisihkan 68 Tim, ITB Sabet Juara I Geoteknik Tingkat Nasional 2020 )
Selain memberikan pendampingan pada proses budidaya, Retno dan tim melatih warga untuk melakukan hilirisasi produk olahan jamur. Program tersebut telah berlangsung selama dua tahap, dimulai pada tahun 2019 dan tahun ini merupakan tahap kedua. Gagasan ini bermula dari dampak pandemi COVID-19 terhadap menurunnya hasil produksi panen jamur di Desa Bojong Koneng, Sentul. (Baca juga: Bermodal Kulit Mangga, Mahasiswa ITS Raih Emas di Korsel )
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari program Mikoponik yang merupakan inovasi budidaya jamur dengan pemanfaatan limbah agrikultur sebagai media tanam. Retno dan tim terjun langsung membantu masyarakat di Sentul dalam melakukan pengembangan budidaya jamur tiram (Pleurotus Ostreatus) untuk menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, panen jamur per harinya mengalami penurunan, yang dimulai pada Maret lalu. Pihaknya juga melihat, semangat warga menurun karena keterbatasan aspek mobilisasi dan juga berkumpul. Untuk itu, pihaknya mulai melakukan inovasi monitoring jarak jauh dan kini hasil panen harian sudah mulai naik dan berharap dapat kembali normal dalam waktu dekat.
“Saat ini MikoGrow sedang dalam tahap pengembangan, dan akan disosialisasikan kepada masyarakat setempat. Kami berharap, dengan menghadirkan MikoGrow, warga di Desa Bojong Koneng akan terbiasa menggunakan aplikasi teknologi dan berdampak positif terhadap produktivitas budidaya jamur yang dilakukan,” katanya, Senin (2/11/2020). (Baca juga: Sisihkan 68 Tim, ITB Sabet Juara I Geoteknik Tingkat Nasional 2020 )
Lihat Juga :