Sosialisasi Minim, Banyak Sekolah Tak Tahu Penyederhanaan Kurikulum
Jum'at, 06 November 2020 - 23:08 WIB
JAKARTA - Kebijakan penyederhanaan kurikulum selama pandemi Covid-19 yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), ternyata belum banyak diketahui pihak sekolah. Alhasil, alih-alih menjalankan kurikulum darurat, sekolah masih saja berjalan dengan kurikulum 2013.
Hal ini berujung pada banyaknya beban belajar dan menumpuknya tugas siswa karena masih menerapkan kurikulum seperti kondisi normal. Akibatnya, banyak murid mengaku stres dan sampai memutuskan bunuh diri. (Baca juga: Ini Motivasi Mendikbud agar Orang Tua Mau Dampingi Anak PJJ )
Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim meminta agar penugasan kepada murid dilakukan seminim mungkin. Jika dimungkinkan, idealnya penugasan bisa diberikan hanya tiga minggu sekali agar anak tidak terlalu stres. Penugasan tentunya harus kontekstual dengan keadaan lingkungan saat ini.
"Penugasan idealnya tiga minggu sekali yang ringan. Penugasan harus diseusaikan dalam konteks pandemi," kata Satriwan dalam siaran Youtube "Sukses Belajar di Masa Pandemi," Jumat (6/11/2020).
Menurutnya, sekolah harus pula mampu mengarahkan guru untuk tidak memberikan pekerjaan rumah yang berlebihan. Selain itu, pihak sekolah juga perlu melakukan survei kepada orang tua dan murid terkait sistem pembelajaran yang diterapkan. (Baca juga: Cari Beasiswa, Kunjungi UI CSE Virtual Expo )
Hal itu untuk memetakan kebijakan yang akan ditetapkan untuk pembelajaran selanjutnya. Kondisi murid harus terus diperhatikan dalam pembelajaran.
"Survei buat orang tua dan anak itu juga penting, apa yang mereka inginkan dan rasakan, kami sudah dua kali survei tiga bulan sekali orang tua dan anak tentang apa yang mereka rasakan. Apa yang dirasakan ortu dan anak, sekolah bisa mengambil insiatif dari situ," tutup Satriwan.
Hal ini berujung pada banyaknya beban belajar dan menumpuknya tugas siswa karena masih menerapkan kurikulum seperti kondisi normal. Akibatnya, banyak murid mengaku stres dan sampai memutuskan bunuh diri. (Baca juga: Ini Motivasi Mendikbud agar Orang Tua Mau Dampingi Anak PJJ )
Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim meminta agar penugasan kepada murid dilakukan seminim mungkin. Jika dimungkinkan, idealnya penugasan bisa diberikan hanya tiga minggu sekali agar anak tidak terlalu stres. Penugasan tentunya harus kontekstual dengan keadaan lingkungan saat ini.
"Penugasan idealnya tiga minggu sekali yang ringan. Penugasan harus diseusaikan dalam konteks pandemi," kata Satriwan dalam siaran Youtube "Sukses Belajar di Masa Pandemi," Jumat (6/11/2020).
Menurutnya, sekolah harus pula mampu mengarahkan guru untuk tidak memberikan pekerjaan rumah yang berlebihan. Selain itu, pihak sekolah juga perlu melakukan survei kepada orang tua dan murid terkait sistem pembelajaran yang diterapkan. (Baca juga: Cari Beasiswa, Kunjungi UI CSE Virtual Expo )
Hal itu untuk memetakan kebijakan yang akan ditetapkan untuk pembelajaran selanjutnya. Kondisi murid harus terus diperhatikan dalam pembelajaran.
"Survei buat orang tua dan anak itu juga penting, apa yang mereka inginkan dan rasakan, kami sudah dua kali survei tiga bulan sekali orang tua dan anak tentang apa yang mereka rasakan. Apa yang dirasakan ortu dan anak, sekolah bisa mengambil insiatif dari situ," tutup Satriwan.
(mpw)
tulis komentar anda