Lulusan Perguruan Tinggi Perlu Miliki Smart Skills dan Sharp Skills
Rabu, 11 November 2020 - 15:47 WIB
JAKARTA - Dua alumni IPB University , Achmad Kusna Permana (Presiden Direktur PT Muamalat Indonesia) dan Dwi Asmono, (Direktur PT Sampoerna Agro Tbk) membagikan kiat-kiat meraih kesuksesan kepada mahasiswa Pendidikan Kompetensi Umum (PKU) IPB University dalam kegiatan Alumni Insight yang diselenggarakan oleh Direktorat Kerja sama dan Hubungan Alumni IPB University bekerja sama dengan Dewan Pengurus Pusat Himpunan Alumni (DPP HA) IPB University, Selasa (10/11).
Dalam paparannya, Achmad Kusna Permana menjelaskan dalam menghadapi tantangan dan memenangkan kompetisi dunia kerja, paling tidak terdapat dua skills yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi. Skill tersebut adalah Smart Skills dan Sharp Skills. Konsep tersebut ia kembangkan setelah mengamati berbagai individu di sekitarnya yang berhasil mencapai posisi dan jabatan tinggi dalam pekerjaannya. (Baca juga: ITB, UGM dan IPB Perguruan Tinggi Terinovatif 2020 Versi Kemristek/BRIN )
“Smart Skill terdiri dari adaptability, social skills, dan positive attitude. Adaptability artinya dimanapun institusi yang dimasuki tidak akan langsung ideal seperti yang diharapkan, maka kita harus beradaptasi. Social skills itu berarti kita membangun social networking. Social networking ini adalah kunci yang akan membawa kita ke tangga yang lebih tinggi,” kata Achmad.
Sementara, Positive attitude memiliki arti apapun permasalahan yang dihadapi terus mencari sisi positif dan berusaha mengambil kesempatan. Adapun sharp skill terdiri dari digital literacy.
“Jika kita tidak memiliki kemampuan literasi digital maka akan terlewat, ini berlaku di bidang mana pun. Technical skills, ketika anda menyampaikan gagasan, akan dihargai jika anda menyampaikan dengan data tidak sekadar kemampuan berbicara. Analytical reasoning, saat ini informasi dan data tersebat luas jadi tidak ada alasan untuk tidak mengetahui sesuatu,” tambahnya. (Baca juga: UI Peringkat Pertama PT Inovatif Kategori Manajemen Inovasi )
Di sisi lain, Dwi Asmono membagikan kiat dari sisi pembangunan organisasi. Falsafah yang ia bagikan merupakan falsafah utama yang selama ini diterapkan oleh Sampoerna Agro sejak 1913 dalam meraih kesuksesan. Falsafah tersebut di antaranya adalah Anggarda Paramita yang berarti menuju kesempurnaan.
“Ada dua visi yang paling mendasar dari Anggarda Paramita, yaitu Meritocratic System dan Requisite Organization,” ujar Dwi Asmono.
Meritocratic system, seperti yang Dwi Asmono sampaikan dalam pemaparannya adalah sebuah sistem di dalam organisasi yang menjadikan kapabilitas individu sebagai syarat mendapat posisi, bukan karena adanya nepotisme.
“Bukan karena alumni IPB University, lantas menerima alumni IPB juga. Tetapi siapapun termasuk alumni IPB University di Sampoerna, adalah karena mereka memiliki kapabilitas,” lanjutnya.
Sementara Requisite Organization adalah kemampuan anggota organisasi untuk bekerja sama meski dengan latar belakang keilmuwan yang beragam.
“Organisasi akan bergerak apabila memiliki keselarasan untuk bersatu. Jadi siapapun yang punya kapabilitas dari berbagai bidang bisa bersatu untuk memajukan organisasi tentu ia berhak untuk berada dalam sistem ini,” tambah Dwi Asmono.
Dalam paparannya, Achmad Kusna Permana menjelaskan dalam menghadapi tantangan dan memenangkan kompetisi dunia kerja, paling tidak terdapat dua skills yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi. Skill tersebut adalah Smart Skills dan Sharp Skills. Konsep tersebut ia kembangkan setelah mengamati berbagai individu di sekitarnya yang berhasil mencapai posisi dan jabatan tinggi dalam pekerjaannya. (Baca juga: ITB, UGM dan IPB Perguruan Tinggi Terinovatif 2020 Versi Kemristek/BRIN )
“Smart Skill terdiri dari adaptability, social skills, dan positive attitude. Adaptability artinya dimanapun institusi yang dimasuki tidak akan langsung ideal seperti yang diharapkan, maka kita harus beradaptasi. Social skills itu berarti kita membangun social networking. Social networking ini adalah kunci yang akan membawa kita ke tangga yang lebih tinggi,” kata Achmad.
Sementara, Positive attitude memiliki arti apapun permasalahan yang dihadapi terus mencari sisi positif dan berusaha mengambil kesempatan. Adapun sharp skill terdiri dari digital literacy.
“Jika kita tidak memiliki kemampuan literasi digital maka akan terlewat, ini berlaku di bidang mana pun. Technical skills, ketika anda menyampaikan gagasan, akan dihargai jika anda menyampaikan dengan data tidak sekadar kemampuan berbicara. Analytical reasoning, saat ini informasi dan data tersebat luas jadi tidak ada alasan untuk tidak mengetahui sesuatu,” tambahnya. (Baca juga: UI Peringkat Pertama PT Inovatif Kategori Manajemen Inovasi )
Di sisi lain, Dwi Asmono membagikan kiat dari sisi pembangunan organisasi. Falsafah yang ia bagikan merupakan falsafah utama yang selama ini diterapkan oleh Sampoerna Agro sejak 1913 dalam meraih kesuksesan. Falsafah tersebut di antaranya adalah Anggarda Paramita yang berarti menuju kesempurnaan.
“Ada dua visi yang paling mendasar dari Anggarda Paramita, yaitu Meritocratic System dan Requisite Organization,” ujar Dwi Asmono.
Meritocratic system, seperti yang Dwi Asmono sampaikan dalam pemaparannya adalah sebuah sistem di dalam organisasi yang menjadikan kapabilitas individu sebagai syarat mendapat posisi, bukan karena adanya nepotisme.
“Bukan karena alumni IPB University, lantas menerima alumni IPB juga. Tetapi siapapun termasuk alumni IPB University di Sampoerna, adalah karena mereka memiliki kapabilitas,” lanjutnya.
Sementara Requisite Organization adalah kemampuan anggota organisasi untuk bekerja sama meski dengan latar belakang keilmuwan yang beragam.
“Organisasi akan bergerak apabila memiliki keselarasan untuk bersatu. Jadi siapapun yang punya kapabilitas dari berbagai bidang bisa bersatu untuk memajukan organisasi tentu ia berhak untuk berada dalam sistem ini,” tambah Dwi Asmono.
(mpw)
tulis komentar anda