Kampus Merdeka Tawarkan Pengembangan Kompetensi dan Karir bagi Dosen
Kamis, 19 November 2020 - 11:47 WIB
JAKARTA - Melalui program Merdeka Belajar : Kampus Merdeka , Kementerian Pendidikan dan Kebudayan ( Kemendikbud ) memberikan kesempatan bagi dosen untuk mengembangkan kompetensi di luar kampus dan juga peningkatan karir.
Direktur Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud Sofwan Effendi mengatakan, Ditjen Dikti sangat mendorong peningkatan pengelolaan program studi yang unggul sebab hal tersebut diyakini dapat menghasilkan lulusan dan dosen yang baik. Oleh karena itu, ujarnya, dibutuhkan satu gebrakan baru, salah satunya dengan episode Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang telah ada enam episode. (Baca juga: Rektor Uhamka: Jadilah Alumni Pemberi Solusi, Penyejuk dan Penerang )
"Jika dirunutkan keenam episode ini, maka inti dasar capaian pendidikannya yaitu menjadikan insan pendidikan yang berakhlak mulia dan menunjukkan kredibilitas serta integritas diri, kemudian tertanamnya visi iptek dengan berpikir inovatif, dan menangkap sinyal pasar dengan menyiapkan lulusan yang sesuai kebutuhan pasar,” katanya melalui siaran pers, Kamis (19/11).
Seluruh kegiatan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memperluas pilihan kegiatan bagi mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bagi dosen sendiri, terdapat dua keuntungan yaitu memiliki kompetensi yang didapatkan di luar kampusnya dan mendapatkan kredit poin bagi peningkatan karirnya.
Sofwan menjelaskan, direktoratnya dalam menunjang pengembangan sumber daya dosen dan tenaga kependidikan adalah dengan menawarkan karir, kompetensi, kualifikasi dan penentuan keilmuan serta pengabdian masyarakat. Selanjutnya, salah satu catatan utama untuk naik karir adalah karya ilmiah, oleh karenanya karya ilmiah harus memiliki kaidah keilmuan dan direviu secara baik. (Baca juga: 3 Mahasiswa ITS Gagas Smart Charging Station Ramah Lingkungan )
"Ciri-ciri karya yang baik memiliki state of the art, research gap, novelty, conflict of interest, dan fabrication, filsafication, plagiarism, authorship, multiple submission. Oleh karena itu publikasi yang berkualitas harus dilihat dari dua sisi yaitu jurnalnya berkualitas dan tulisannya berkualitas. Dua panduan tersebut yang akan membawa karir dosen itu naik," terangnya.
Sofwan berharap Indonesia bisa cepat keluar dari pandemi ini dan mempercepat laju pembangunannya melalui penguatan SDM di segala bidang khususnya bagi perguruan tinggi. "Maksimalkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka agar kita bisa memanfaatkan seluruh pilihan-pilihan yang bisa diambil oleh para dosen dan mahasiswa di dalam mempercepat kompetensi dan kualifikasi," imbuhnya.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan suatu tindak lanjut dari misi besar Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Salah satu komponen yang menunjang kemajuan tersebut ialah SDM dimana pada saat itu diprediksikan akan ada 309 juta penduduk dengan 52% di antaranya berada pada usia produktif. (Baca juga: Kemenristek Gelontorkan Rp40 M pada Anugerah HKI Produktif dan Berkualitas )
“Sebelum 2045, di 2030 studi mengatakan bahwa indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja terdidik dan ahli juga terampil. Ahli dan terampil hanya bisa dihasilkan dari pendidikan, sedangkan terampil hanya bisa didapat dari kombinasi akademik dan praktis. Inilah yang dibutuhkan, komposisi inilah yang harus dilengkapi,” pungkasnya.
Oleh karena itu, katanya, para dosen, mahasiswa, dan insan pendidikan lainnya memegang peran penting dalam komposisi SDM di 2045. Sehingga perlu dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan tinggi.
Direktur Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud Sofwan Effendi mengatakan, Ditjen Dikti sangat mendorong peningkatan pengelolaan program studi yang unggul sebab hal tersebut diyakini dapat menghasilkan lulusan dan dosen yang baik. Oleh karena itu, ujarnya, dibutuhkan satu gebrakan baru, salah satunya dengan episode Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang telah ada enam episode. (Baca juga: Rektor Uhamka: Jadilah Alumni Pemberi Solusi, Penyejuk dan Penerang )
"Jika dirunutkan keenam episode ini, maka inti dasar capaian pendidikannya yaitu menjadikan insan pendidikan yang berakhlak mulia dan menunjukkan kredibilitas serta integritas diri, kemudian tertanamnya visi iptek dengan berpikir inovatif, dan menangkap sinyal pasar dengan menyiapkan lulusan yang sesuai kebutuhan pasar,” katanya melalui siaran pers, Kamis (19/11).
Seluruh kegiatan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memperluas pilihan kegiatan bagi mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bagi dosen sendiri, terdapat dua keuntungan yaitu memiliki kompetensi yang didapatkan di luar kampusnya dan mendapatkan kredit poin bagi peningkatan karirnya.
Sofwan menjelaskan, direktoratnya dalam menunjang pengembangan sumber daya dosen dan tenaga kependidikan adalah dengan menawarkan karir, kompetensi, kualifikasi dan penentuan keilmuan serta pengabdian masyarakat. Selanjutnya, salah satu catatan utama untuk naik karir adalah karya ilmiah, oleh karenanya karya ilmiah harus memiliki kaidah keilmuan dan direviu secara baik. (Baca juga: 3 Mahasiswa ITS Gagas Smart Charging Station Ramah Lingkungan )
"Ciri-ciri karya yang baik memiliki state of the art, research gap, novelty, conflict of interest, dan fabrication, filsafication, plagiarism, authorship, multiple submission. Oleh karena itu publikasi yang berkualitas harus dilihat dari dua sisi yaitu jurnalnya berkualitas dan tulisannya berkualitas. Dua panduan tersebut yang akan membawa karir dosen itu naik," terangnya.
Sofwan berharap Indonesia bisa cepat keluar dari pandemi ini dan mempercepat laju pembangunannya melalui penguatan SDM di segala bidang khususnya bagi perguruan tinggi. "Maksimalkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka agar kita bisa memanfaatkan seluruh pilihan-pilihan yang bisa diambil oleh para dosen dan mahasiswa di dalam mempercepat kompetensi dan kualifikasi," imbuhnya.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan suatu tindak lanjut dari misi besar Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Salah satu komponen yang menunjang kemajuan tersebut ialah SDM dimana pada saat itu diprediksikan akan ada 309 juta penduduk dengan 52% di antaranya berada pada usia produktif. (Baca juga: Kemenristek Gelontorkan Rp40 M pada Anugerah HKI Produktif dan Berkualitas )
“Sebelum 2045, di 2030 studi mengatakan bahwa indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja terdidik dan ahli juga terampil. Ahli dan terampil hanya bisa dihasilkan dari pendidikan, sedangkan terampil hanya bisa didapat dari kombinasi akademik dan praktis. Inilah yang dibutuhkan, komposisi inilah yang harus dilengkapi,” pungkasnya.
Oleh karena itu, katanya, para dosen, mahasiswa, dan insan pendidikan lainnya memegang peran penting dalam komposisi SDM di 2045. Sehingga perlu dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan tinggi.
(mpw)
tulis komentar anda