Komisi X Dorong Munculnya Penggerak Literasi Desa
Kamis, 10 Desember 2020 - 17:52 WIB
JAKARTA - Tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Belum meratanya kesempatan untuk mengakses bahan literasi di satu wilayah dengan wilayah lain menjadi salah satu pemicunya. Komisi X DPR RI mendorong munculnya penggerak literasi hingga tingkat desa.
“Rendahnya tingkat literasi di Indonesia memang mengkhawatirkan. Dibutuhkan keseriusan dari semua pihak agar tingkat literasi Indonesia bisa segera meningkat,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda di acara Peluncuran Sejuta Buku untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (10/12/2020). (Baca juga: Positif Covid-19 Pascapilkada Berpotensi Naik, PTM Harus Dipertimbangkan Ulang )
Dia menjelaskan, Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dengan tingkat literasi rendah. Rendahnya tingkat literasi di Indonesia juga tercermin dari program penilaian pelajar internasional atau Programme for Intenational Student Assesment (PISA). Berdasarkan hasil PISA 2018 diketahui jika dalam literasi, Indonesia hanya menduduki peringkat 72 dari 77 negara.
“Fakta ini tentu memprihatinkan karena tingkat literasi menunjukkan banyak hal seperti cara kita berpikir, bersikap, dan cara kita menyelesaikan masalah. Kalau tingkat literasi kita rendah maka bisa jadi ada yang salah dari cara kita berpikir, bersikap, maupun dalam menyelesaikan masalah,” katanya.
Huda mengatakan, banyak hal yang menjadi pemicu rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Mulai dari rendahnya minat baca, terbatasnya bahan literasi, hingga tidak meratanya akses ke bahan literasi di suatu wilayah dengan wilayah lain. Bahkan survei yang dilakukan oleh World Bank tentang Indikator Pelayanan Pendidikan 2020 menunjukkan jika hanya 47,4 persen siswa di Indonesia yang mempunyai akses ke buku pelajaran. (Baca juga: Ancaman Klaster Sekolah, Skema Perlindungan Guru dan Murid Harus Disiapkan )
“Dengan kondisi geografis Indonesia yang begitu besar terkadang akses ke bahan literasi antarwilayah juga berbeda. Sebagai contoh tentu akses ke bahan literasi bagi warga Jakarta sekitarnya akan jauh lebih mudah dibandingkan akses ke bahan literasi bagi warga Papua,” katanya.
Koordinator Gerakan Literasi Parlemen ini memberikan apresiasi terhadap Gerakan Sejuta Buku bagi Taman Bacaan Masyarakat. Dia pun berkomitmen untuk mendorong 18 ribu anggota parlemen, baik di tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota untuk melakukan donasi lima buku dalam setiap bulan.
“Langkah ini untuk meningkatkan ketersediaan bahan literasi. Dengan semakin banyak buku bacaan yang tersedia akses warga terhadap bahan literasi pun semakin meningkat. Kami akan bekerja sama dengan komunitas taman bacaan masyarakat untuk mendistribusikan donasi buku ini ke seluruh pelosok Indonesia,” ujarnya. (Baca juga: Berhadiah 500 M, PTN-PTS Ditantang Ikut Kompetisi Kampus Merdeka )
Politikus PKB ini mendorong terbentuknya penggiat literasi desa. Keberadaan penggiat literasi desa akan menjadi salah satu solusi untuk mendorong minat baca warga, membuka akses ke bahan literasi, hingga membuka kerja sama dalam meningkatkan bahan literasi.
Pembentukan penggiat literasi desa tersebut bisa dilakukan dengan peningkatan sinergi lintas kementerian seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. “Untuk meningkatkan kuantitas bahan literasi, dana desa juga harusnya bisa dimanfaatkan untuk membeli buku atau penyediaan akses internet,” katanya.
“Rendahnya tingkat literasi di Indonesia memang mengkhawatirkan. Dibutuhkan keseriusan dari semua pihak agar tingkat literasi Indonesia bisa segera meningkat,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda di acara Peluncuran Sejuta Buku untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (10/12/2020). (Baca juga: Positif Covid-19 Pascapilkada Berpotensi Naik, PTM Harus Dipertimbangkan Ulang )
Dia menjelaskan, Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dengan tingkat literasi rendah. Rendahnya tingkat literasi di Indonesia juga tercermin dari program penilaian pelajar internasional atau Programme for Intenational Student Assesment (PISA). Berdasarkan hasil PISA 2018 diketahui jika dalam literasi, Indonesia hanya menduduki peringkat 72 dari 77 negara.
“Fakta ini tentu memprihatinkan karena tingkat literasi menunjukkan banyak hal seperti cara kita berpikir, bersikap, dan cara kita menyelesaikan masalah. Kalau tingkat literasi kita rendah maka bisa jadi ada yang salah dari cara kita berpikir, bersikap, maupun dalam menyelesaikan masalah,” katanya.
Huda mengatakan, banyak hal yang menjadi pemicu rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Mulai dari rendahnya minat baca, terbatasnya bahan literasi, hingga tidak meratanya akses ke bahan literasi di suatu wilayah dengan wilayah lain. Bahkan survei yang dilakukan oleh World Bank tentang Indikator Pelayanan Pendidikan 2020 menunjukkan jika hanya 47,4 persen siswa di Indonesia yang mempunyai akses ke buku pelajaran. (Baca juga: Ancaman Klaster Sekolah, Skema Perlindungan Guru dan Murid Harus Disiapkan )
“Dengan kondisi geografis Indonesia yang begitu besar terkadang akses ke bahan literasi antarwilayah juga berbeda. Sebagai contoh tentu akses ke bahan literasi bagi warga Jakarta sekitarnya akan jauh lebih mudah dibandingkan akses ke bahan literasi bagi warga Papua,” katanya.
Koordinator Gerakan Literasi Parlemen ini memberikan apresiasi terhadap Gerakan Sejuta Buku bagi Taman Bacaan Masyarakat. Dia pun berkomitmen untuk mendorong 18 ribu anggota parlemen, baik di tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota untuk melakukan donasi lima buku dalam setiap bulan.
“Langkah ini untuk meningkatkan ketersediaan bahan literasi. Dengan semakin banyak buku bacaan yang tersedia akses warga terhadap bahan literasi pun semakin meningkat. Kami akan bekerja sama dengan komunitas taman bacaan masyarakat untuk mendistribusikan donasi buku ini ke seluruh pelosok Indonesia,” ujarnya. (Baca juga: Berhadiah 500 M, PTN-PTS Ditantang Ikut Kompetisi Kampus Merdeka )
Politikus PKB ini mendorong terbentuknya penggiat literasi desa. Keberadaan penggiat literasi desa akan menjadi salah satu solusi untuk mendorong minat baca warga, membuka akses ke bahan literasi, hingga membuka kerja sama dalam meningkatkan bahan literasi.
Pembentukan penggiat literasi desa tersebut bisa dilakukan dengan peningkatan sinergi lintas kementerian seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. “Untuk meningkatkan kuantitas bahan literasi, dana desa juga harusnya bisa dimanfaatkan untuk membeli buku atau penyediaan akses internet,” katanya.
(mpw)
tulis komentar anda