Tantangan Global, Kampus Merdeka akan Mengasah Potensi Mahasiswa
Rabu, 10 Maret 2021 - 21:58 WIB
JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud telah membuat beragam program pada Kampus Merdeka yang mendorong mahasiswa mengeksplorasi kemampuannya.
Dalam hal ini, kampus diberikan kemudahan dalam menjawab tantangan global serta tanggung jawab akan peran terhadap masyarakat sesuai dengan tridharma perguruan tinggi untuk mendorong daya saing bangsa.
Selain itu, beragam program Kampus Merdeka dirancang agar mahasiswa dapat turut mewujudkan transformasi pendidikan. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam pada Kuliah Umum Implementasi Kampus Merdeka yang diadakan Universitas Islam Sultan Agung, Rabu (10/03).
“Kalau dulu diajarkan dalam ruangan-ruangan, satu orang fokus dengan satu program studinya, sekarang dengan adanya Merdeka Belajar-Kampus Merdeka kita dorong agar mereka bisa mengasah potensi yang dimiliki di program studi lain yang setara dengan 20 sks,” katanya melalui siaran pers, Rabu (10/3).
Nizam berpesan, implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ini harus dimulai dengan membangun atmosfer kampus yang sehat, aman dan nyaman. Kampus yang sehat adalah ekosistem penting untuk melahirkan insan-insan yang merdeka, berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kritis dengan daya nalar tinggi, juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Selain itu, kampus juga harus bebas dari intoleransi, perundungan, kekerasan seksual, narkoba, minuman keras, sehingga tercipta lingkungan kampus yang sehat spiritual, fisik dan emosional. Menurutnya, kesehatan intelektual kampus harus melahirkan intelektual muda yang terbiasa berbeda pendapat atau berdiskusi dan berargumentasi dalam suasana kekeluargaan.
“Hubungan mahasiswa, dosen dan rektor adalah hubungan seperti kakak dan adik, orang tua dan anak saling asah asih asuh untuk membangun sumber daya manusia yang produktif dan kreatif,” katanya.
Nizam juga menyampaikan kampus menjadi mesin terpenting dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa. Oleh karena itu, kampus harus membangun sinergi dengan Dunia Industri dan Dunia Usaha (DUDI), pemerintah setempat, masyarakat, perbankan serta inkubasi bisnis juga perlu diperkuat.
Ditjen Dikti Kemendikbud dalam program Kampus Merdeka menyiapkan "biro jodoh" yang mendorong sinergi kampus dengan DUDI menghimpun berbagai inovasi di perguruan tinggi yang dapat bermanfaat bagi DUDI serta masyarakat. Apabila keduanya cocok dan melakukan kerja sama, pemerintah akan memberikan insentif.
“Kedaireka sebagai biro jodoh untuk mempertemukan kampus dengan dunia usaha dan industri, ketika keduanya memiliki kecocokan maka bisa melakukan kerja sama dalam mewujudkan inovasi yang dibutuhkan. Dengan demikian ini memberi akses yang sama bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia, mempunyai akses yang sama dalam menciptakan kreativitas dan inovasi,” pungkasnya.
Dalam hal ini, kampus diberikan kemudahan dalam menjawab tantangan global serta tanggung jawab akan peran terhadap masyarakat sesuai dengan tridharma perguruan tinggi untuk mendorong daya saing bangsa.
Selain itu, beragam program Kampus Merdeka dirancang agar mahasiswa dapat turut mewujudkan transformasi pendidikan. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam pada Kuliah Umum Implementasi Kampus Merdeka yang diadakan Universitas Islam Sultan Agung, Rabu (10/03).
“Kalau dulu diajarkan dalam ruangan-ruangan, satu orang fokus dengan satu program studinya, sekarang dengan adanya Merdeka Belajar-Kampus Merdeka kita dorong agar mereka bisa mengasah potensi yang dimiliki di program studi lain yang setara dengan 20 sks,” katanya melalui siaran pers, Rabu (10/3).
Nizam berpesan, implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ini harus dimulai dengan membangun atmosfer kampus yang sehat, aman dan nyaman. Kampus yang sehat adalah ekosistem penting untuk melahirkan insan-insan yang merdeka, berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kritis dengan daya nalar tinggi, juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Selain itu, kampus juga harus bebas dari intoleransi, perundungan, kekerasan seksual, narkoba, minuman keras, sehingga tercipta lingkungan kampus yang sehat spiritual, fisik dan emosional. Menurutnya, kesehatan intelektual kampus harus melahirkan intelektual muda yang terbiasa berbeda pendapat atau berdiskusi dan berargumentasi dalam suasana kekeluargaan.
“Hubungan mahasiswa, dosen dan rektor adalah hubungan seperti kakak dan adik, orang tua dan anak saling asah asih asuh untuk membangun sumber daya manusia yang produktif dan kreatif,” katanya.
Nizam juga menyampaikan kampus menjadi mesin terpenting dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa. Oleh karena itu, kampus harus membangun sinergi dengan Dunia Industri dan Dunia Usaha (DUDI), pemerintah setempat, masyarakat, perbankan serta inkubasi bisnis juga perlu diperkuat.
Ditjen Dikti Kemendikbud dalam program Kampus Merdeka menyiapkan "biro jodoh" yang mendorong sinergi kampus dengan DUDI menghimpun berbagai inovasi di perguruan tinggi yang dapat bermanfaat bagi DUDI serta masyarakat. Apabila keduanya cocok dan melakukan kerja sama, pemerintah akan memberikan insentif.
“Kedaireka sebagai biro jodoh untuk mempertemukan kampus dengan dunia usaha dan industri, ketika keduanya memiliki kecocokan maka bisa melakukan kerja sama dalam mewujudkan inovasi yang dibutuhkan. Dengan demikian ini memberi akses yang sama bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia, mempunyai akses yang sama dalam menciptakan kreativitas dan inovasi,” pungkasnya.
(mpw)
tulis komentar anda