BWI akan Masukan Wakaf ke Kurikulum Sekolah Tingkat Dasar Sampai Perguruan Tinggi
Rabu, 31 Maret 2021 - 09:09 WIB
JAKARTA - Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh berencana memasukkan wakaf ke dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan di seluruh jenjang pendidikan, dari mulai Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Wakaf dinilai penting untuk diketahui masyarakat semua usia, terutama kalangan anak muda.
"Dalam pengajuan kepada pihak pusat pendidikan agama Islam, tidak ada hambatan sama sekali untuk memasukkan kurikulum wakaf ke silabus sekolah. Ini akan berguna bagi siswa ataupun mahasiswa dalam saling memahami dan menghormati melalui mekanisme saling memberi," kata M Nuh dalam keterangan pers melalui daring, Selasa (30/3/2021).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden SBY ini mengatakan, rencananya ini justru akan memperkuat solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan. Besar harapan juga dalam implementasi wakaf dalam lingkup sekolah guna pengembangan lembaga pendidikannya itu sendiri.
“Pengharapan untuk aplikatif atas skill-nya juga dikembangkan di sekolah-sekolah. (Mini nadzir) siswa maupun mahasiswa pandai dalam pengelolaan untuk pengembangan sekolahnya juga,” terangnya.
Dia mengakui, selama ini wakaf tidak masuk menjadi materi pembelajaran di sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMA. “Di SD, SMP, SMA belum ada pelajaran wakaf sampai di perguruan tinggi belum ada. Oleh karena itu kami telah bersepakat untuk memasukkan muatan wakaf dalam kurikulum SD, SMP sampai perguruan tinggi. Tentu tingkat muatan ajarnya berbeda karena tingkat pengetahuan juga berbeda, kalau sudah perguruan tinggi mungkin mereka sudah ada kemampuan mengelola wakaf,” ungkapnya.
Dia mengaku, pihaknya sudah melakukan percobaan menyodorkan materi wakaf kepada kalangan anak muda di kampus. Responsnya sangat baik bahkan anak muda dinilai bisa menjadi penggerak lembaga keuangan syariah seperti BWI.
Dikatakan, BWI memiliki program ‘wakaf goes to campus’. Program itu adalah kegiatan sosialisasi berkala kepada mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia dan hasil dari program tersebut sangat memuaskan. “Ternyata mereka lebih paham. Dan berwakaf itu mudah. Untuk itu kita dorong untuk dibiasakan, pembiasaan setiap Jumat minimal berwakaf lima ribu atau 10 ribu rupiah,” tuturnya.
Nuh tidak menafikan, wakaf bisa menjadi mata kuliah tersendiri di perguruan tinggi sebab sudah memenuhi syarat. Misalnya di Indonesia ada banyak lembaga keuangan syariah yang sangat banyak, akademisi ekonomi syariah, dan juga praktisi ekonomi syariah.
"Dalam pengajuan kepada pihak pusat pendidikan agama Islam, tidak ada hambatan sama sekali untuk memasukkan kurikulum wakaf ke silabus sekolah. Ini akan berguna bagi siswa ataupun mahasiswa dalam saling memahami dan menghormati melalui mekanisme saling memberi," kata M Nuh dalam keterangan pers melalui daring, Selasa (30/3/2021).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden SBY ini mengatakan, rencananya ini justru akan memperkuat solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan. Besar harapan juga dalam implementasi wakaf dalam lingkup sekolah guna pengembangan lembaga pendidikannya itu sendiri.
“Pengharapan untuk aplikatif atas skill-nya juga dikembangkan di sekolah-sekolah. (Mini nadzir) siswa maupun mahasiswa pandai dalam pengelolaan untuk pengembangan sekolahnya juga,” terangnya.
Dia mengakui, selama ini wakaf tidak masuk menjadi materi pembelajaran di sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMA. “Di SD, SMP, SMA belum ada pelajaran wakaf sampai di perguruan tinggi belum ada. Oleh karena itu kami telah bersepakat untuk memasukkan muatan wakaf dalam kurikulum SD, SMP sampai perguruan tinggi. Tentu tingkat muatan ajarnya berbeda karena tingkat pengetahuan juga berbeda, kalau sudah perguruan tinggi mungkin mereka sudah ada kemampuan mengelola wakaf,” ungkapnya.
Dia mengaku, pihaknya sudah melakukan percobaan menyodorkan materi wakaf kepada kalangan anak muda di kampus. Responsnya sangat baik bahkan anak muda dinilai bisa menjadi penggerak lembaga keuangan syariah seperti BWI.
Dikatakan, BWI memiliki program ‘wakaf goes to campus’. Program itu adalah kegiatan sosialisasi berkala kepada mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia dan hasil dari program tersebut sangat memuaskan. “Ternyata mereka lebih paham. Dan berwakaf itu mudah. Untuk itu kita dorong untuk dibiasakan, pembiasaan setiap Jumat minimal berwakaf lima ribu atau 10 ribu rupiah,” tuturnya.
Nuh tidak menafikan, wakaf bisa menjadi mata kuliah tersendiri di perguruan tinggi sebab sudah memenuhi syarat. Misalnya di Indonesia ada banyak lembaga keuangan syariah yang sangat banyak, akademisi ekonomi syariah, dan juga praktisi ekonomi syariah.
(mpw)
tulis komentar anda