Mahasiswa Indonesia Jadi Wisudawan Terbaik di IIITB India, Ini Sosoknya
Sabtu, 10 Juli 2021 - 12:52 WIB
Atdikbud Lestyani mengungkapkan, Program Master of Digital Society di IIITB dimulai sejak 2018. “Pada angkatan pertama terseleksi enam orang, empat di antaranya sudah lulus dan wisuda secara virtual per Juli 2020,” ucap Lestyani. Sementara, angkatan kedua, periode 2019-2021, terseleksi sembilan orang.
“Pada wisuda tahun ini yang diselenggarakan secara virtual juga sama seperti tahun lalu, terdapat sepuluh orang mahasiswa dari Indonesia, yaitu dua orang dari Angkatan 2018-2020 dan 8 orang Angkatan 2019-2020,” jelas Lestyani.
Sebelumnya, pada jenjang pendidikan Strata 1 di tahun 2016, Umar juga dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik Program S-1 Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, Umar menyampaikan antusiasmenya sejak kuliah Strata 1 sudah menggeluti bidang digital dan kebijakan publik. “Minat ini membawa saya meneliti tentang pengembangan profesi guru di masa pandemi untuk tesis saya, dengan judul Comparison of Different Methods of Online Teacher Professional Development (TPD) During Pandemic,” tutur Umar.
Ditambahkan Umar, tesisnya menceritakan bahwa pandemi Covid-10 telah ‘memaksa’ sekolah di seluruh penjuru dunia menggunakan pembelajaran secara daring, termasuk di Indonesia. Namun demikian, masih banyak guru tidak mampu menggunakan platform digital untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Maka, saya pandang perlu ada pelatihan guru dengan menggunakan berbagai metode yang tepat, supaya guru makin profesional dan mampu mengadopsi teknologi informatika di sekolah,” kata Umar menjelaskan tujuan penelitiannya.
Melalui tesisnya, lanjut Umar, terdapat tiga metode pengembangan profesional guru yang berbeda yang dapat diperbandingkan. “Di antaranya, melalui pelatihan tatap muka, webinar, dan video tutorial, dan saya menjadikan 179 guru di Indonesia sebagai responden. Untuk mengetahui perbedaan dari 3 metode TPD tersebut, saya melakukan survei sebelum dan sesudah diberikan kuis tentang persiapan guru dalam mengadopsi TIK selama mereka mengajar,” jelas Umar.
Selain itu, Umar juga mewawancara beberapa guru untuk mendukung temuannya. “Dari hasil analisis survei. ditemukan bahwa tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam meningkatkan kesiapan guru,” ungkapnya.
Beberapa faktor yang memengaruhi, kata Umar, antara lain kecepatan internet, biaya TPD, usia guru, serta pengetahuan sebelumnya terhadap aplikasi yang telah diperolehnya. “Maka, pihak terkait perlu mengevaluasi sebelum menentukan metode TPD yang tepat untuk melatih guru,” kata Umar.
“Pada wisuda tahun ini yang diselenggarakan secara virtual juga sama seperti tahun lalu, terdapat sepuluh orang mahasiswa dari Indonesia, yaitu dua orang dari Angkatan 2018-2020 dan 8 orang Angkatan 2019-2020,” jelas Lestyani.
Sebelumnya, pada jenjang pendidikan Strata 1 di tahun 2016, Umar juga dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik Program S-1 Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, Umar menyampaikan antusiasmenya sejak kuliah Strata 1 sudah menggeluti bidang digital dan kebijakan publik. “Minat ini membawa saya meneliti tentang pengembangan profesi guru di masa pandemi untuk tesis saya, dengan judul Comparison of Different Methods of Online Teacher Professional Development (TPD) During Pandemic,” tutur Umar.
Ditambahkan Umar, tesisnya menceritakan bahwa pandemi Covid-10 telah ‘memaksa’ sekolah di seluruh penjuru dunia menggunakan pembelajaran secara daring, termasuk di Indonesia. Namun demikian, masih banyak guru tidak mampu menggunakan platform digital untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Maka, saya pandang perlu ada pelatihan guru dengan menggunakan berbagai metode yang tepat, supaya guru makin profesional dan mampu mengadopsi teknologi informatika di sekolah,” kata Umar menjelaskan tujuan penelitiannya.
Melalui tesisnya, lanjut Umar, terdapat tiga metode pengembangan profesional guru yang berbeda yang dapat diperbandingkan. “Di antaranya, melalui pelatihan tatap muka, webinar, dan video tutorial, dan saya menjadikan 179 guru di Indonesia sebagai responden. Untuk mengetahui perbedaan dari 3 metode TPD tersebut, saya melakukan survei sebelum dan sesudah diberikan kuis tentang persiapan guru dalam mengadopsi TIK selama mereka mengajar,” jelas Umar.
Selain itu, Umar juga mewawancara beberapa guru untuk mendukung temuannya. “Dari hasil analisis survei. ditemukan bahwa tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam meningkatkan kesiapan guru,” ungkapnya.
Beberapa faktor yang memengaruhi, kata Umar, antara lain kecepatan internet, biaya TPD, usia guru, serta pengetahuan sebelumnya terhadap aplikasi yang telah diperolehnya. “Maka, pihak terkait perlu mengevaluasi sebelum menentukan metode TPD yang tepat untuk melatih guru,” kata Umar.
Lihat Juga :
tulis komentar anda