Kapan Anak Mulai Siap Masuk SD? Ini Jawaban Dosen Psikologi UNS

Minggu, 11 Juli 2021 - 19:14 WIB
Sejumlah siswa sekolah dasar mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka perdananya di sekolahnya. Foto/Dok/SINDOnews
JAKARTA - Dilihat dari sudut pandang psikologi, ukuran kapan anak seharusnya masuk sekolah (dalam hal ini SD) bukan terletak pada kriteria usia. Melainkan berkaitan dengan kesiapan individu menghadapi aktivitas-aktivitas pembelajaran di sekolah meliputi aspek perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional.

Dosen Psikologi UNS Afia Fitriana ini menjelaskan beberapa aspek perkembangan umum yang perlu diperhatikan untuk menunjukkan apakah seorang anak sudah siap sekolah atau belum. Aspek-aspek tersebut meliputi development of learning, development of movement, development of speech, development of self, dan development of hand control.





Development of learning ialah perkembangan dalam hal pembelajaran atau belajar yang berfokus pada keterampilan belajar anak. Salah satu keterampilan yang cukup penting adalah. regulasi diri dalam belajar. Hal ini salah satunya dapat dilihat saat anak belajar di PAUD atau TK.

“Contoh di sekolah, lagi asyik main perosotan, tetapi sudah waktunya masuk kelas. Kalau semangat bermainnya sedang tinggi sulit untuk diredam. Setelah bermain dengan aktif, ketika masuk kelas, anak harus duduk dan mengikuti kelas. Ketika bisa mengubah setting aktif, lebih ke pasif ketika di kelas, berarti siap,” jelasnya dilansir dari laman resmi UNS di uns.ac.id, Sabtu (10/7).

Kemudian, development of movement berkaitan dengan fisik. Anak sudah siap memasuki sekolah dasar jika memiliki keseimbangan pergerakan lengan, lompat, dapat mengontrol pergerakan fisik saat lari.



Development of speech berkaitan dengan bahasa reseptif dan ekspresif yang sudah jalan. Afia mencontohkan, bahasa reseptif ini dapat berupa pemahaman anak saat diminta melakukan sesuatu. Sementara bahasa ekspresif ialah respons anak saat diberi perintah tersebut.

“Misal kita meminta ambil buku dan bawa ke sini, dia paham. Apa yang dilakukan dan apa yang diambil. Tapi dia tidak menjawab secara lisan (sebagai respons) berarti ada hambatan di persoalan ekspresifnya. Kadang merespons dengan suara sangat pelan atau masih malu. Ekspresif tapi sangat kecil,” imbuh Afia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More