Kemendikbudristek Dorong Peningkatan APK Pendidikan Tinggi yang Berkualitas
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 22:10 WIB
Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal mengatakan, pemerintah saat ini memfokuskan pada pembangunan SDM yang berbeda dengan fokus pemerintah sebelumnya yang mengutamakan infrastruktur. Oleh karena itu, pandemi yang saat ini juga berdampak pada SDM sementara SDM adalah pilar utama pembangunan ke depan maka harus dipikirkan solusi yang perlu dilakukan oleh PTN maupun PTS.
Fasli mengatakan, dampak pandemi pada perguruan tinggi sangat jelas. Yakni ada pengurangan jumlah mahasiswa di perguruan tinggi sekitar 20-30% dan ini merupakan gangguan yang besar bagi terselenggaranya pelaksanaan pendidikan tinggi yang bermutu.
Dia menyatakan, berbagai upaya sudah digaungkan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) mengenai hal ini dan bahkan Ketua APTISI pun sudah bertemu dengan Presiden untuk menyampaikan permasalahan dan harapan yang ada.
Fasli juga menyoroti transparansi penerimaan mahasiswa baru di PTN harus diperjelas. "Sehingga PTS tahu persis bagaimana dia mempertimbangkan berapa kuota per prodi, didaerah mana dan di tier mana. Jadi kita bisa membuat perencanaan yang lebih strategis dalam melihat peluang nanti. Tanpa itu akan susah," katanya.
Fasli menuturkan, selama ini proses penerimaan mahasiswa baru di PTS menunggu terlebih dulu para calon mahasiswa baru untuk berlomba di PTN yang mereka minati dan menunggu hasil seleksi di PTN tersebut. Setelah itu, katanya, ketika sudah tidak diterima di PTN dengan berbagai skema penerimaan maka baru beralih ke swasta.
Menurutnya, kondisi ini menyulitkan kampus swasta untuk merencanakan secara proaktif perkiraan mahasiswa baru yang diterima di tahun mendatang dan berapa kuota yang disediakan. "Padahal penerimaan mahasiswa baru ini adalah darah utama dari berjalannya PTS yang 60% dari mahasiswa Indonesia dikontribusikan oleh PTS-PTS ini," katanya.
Fasli menjelaskan, forum ini dilakukan dengan tujuan mencari kemaslahatan bersama akan adanya peran pemerintah dan peran swasta. "Sehingga apapun keputusan pemerintah bisa memberi win-win solution. PTN juga nyaman dan PTS punya peluang untuk melakukan perencanaan dan bisa hidup walau didera pandemi," pungkasnya.
Fasli mengatakan, dampak pandemi pada perguruan tinggi sangat jelas. Yakni ada pengurangan jumlah mahasiswa di perguruan tinggi sekitar 20-30% dan ini merupakan gangguan yang besar bagi terselenggaranya pelaksanaan pendidikan tinggi yang bermutu.
Dia menyatakan, berbagai upaya sudah digaungkan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) mengenai hal ini dan bahkan Ketua APTISI pun sudah bertemu dengan Presiden untuk menyampaikan permasalahan dan harapan yang ada.
Fasli juga menyoroti transparansi penerimaan mahasiswa baru di PTN harus diperjelas. "Sehingga PTS tahu persis bagaimana dia mempertimbangkan berapa kuota per prodi, didaerah mana dan di tier mana. Jadi kita bisa membuat perencanaan yang lebih strategis dalam melihat peluang nanti. Tanpa itu akan susah," katanya.
Fasli menuturkan, selama ini proses penerimaan mahasiswa baru di PTS menunggu terlebih dulu para calon mahasiswa baru untuk berlomba di PTN yang mereka minati dan menunggu hasil seleksi di PTN tersebut. Setelah itu, katanya, ketika sudah tidak diterima di PTN dengan berbagai skema penerimaan maka baru beralih ke swasta.
Menurutnya, kondisi ini menyulitkan kampus swasta untuk merencanakan secara proaktif perkiraan mahasiswa baru yang diterima di tahun mendatang dan berapa kuota yang disediakan. "Padahal penerimaan mahasiswa baru ini adalah darah utama dari berjalannya PTS yang 60% dari mahasiswa Indonesia dikontribusikan oleh PTS-PTS ini," katanya.
Fasli menjelaskan, forum ini dilakukan dengan tujuan mencari kemaslahatan bersama akan adanya peran pemerintah dan peran swasta. "Sehingga apapun keputusan pemerintah bisa memberi win-win solution. PTN juga nyaman dan PTS punya peluang untuk melakukan perencanaan dan bisa hidup walau didera pandemi," pungkasnya.
(mpw)
tulis komentar anda