Tim Mahasiswa UGM Raih 4 Penghargaan di Kompetisi ARC Tingkat ASEAN
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 14:08 WIB
Anggie Pratista mengatakan kompetisi tahunan ini memberikan wadah bagi mahasiswa di negara-negara ASEAN khususnya bagi mahasiswa di bidang Teknik atau Teknologi Pertanian untuk berbagi hasil belajar di kelas untuk memecahkan masalah di bidang pertanian dan teknik pangan. “Konvensi juga dapat menciptakan jaringan industri dan komunitas di tingkat internasional,” katanya dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Jumat (20/8/2021).
Kegiatan tahun ini dilakukan secara daring karena masih dalam suasana pandemi. Pada kompetisi Research Output Model Video Presentation peserta diwajibkan membuat video presentasi selama 10 menit dengan 5 subtema yang berbeda.
Tim All Can Eat Meat mengambil subtema Food Engineering dan merancang produk bernama 3D-Printed Meat Analogue with Broad Beans to Maintain ASEAN Food Security. Inovasi produk ini membahas rancangan daging analog (daging buatan) yang berbahan dasar Kacang koro pedang Canavalia gladiata yang dibuat menggunakan teknologi 3D-printing.
“Kami memilih Kacang koro pedang sebagai bahan dasar produk dikarenakan kami ingin mempromosikan komoditas itu yang kaya akan kandungan protein sebagai alternatif konsumsi kacang soya dan konsumsi daging sapi,” ujarnya.
Proses pembuatan produk dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu Pre-Printing Production, Printing Production, dan Post-Processing Production. Selain itu, metode printing menggunakan metode inkjetting yang mengubah adonan daging buatan menjadi ‘steak-like-model’ dengan cara forming oleh mesin 3D-Printing yang telah diprogram dengan Design CAD to G-Code Model Slicing Converter Methods.
Lalu, produk ini dikemas oleh bahan edible film berbahan rumput laut dan biodegradable plastic yang ramah lingkungan. “Kelebihannya produk ini dapat dikonsumsi oleh siapapun termasuk vegetarian,” paparnya.
Selain itu, pada kompetisi poster competition, tim UGM merancang sebuah konsep yang bernama HYDRA: Heavy-Duty Hydrogen Fuel Cell Tractors to Sustain Regenerative Agricultural. Inovasi ini adalah konsep pengembangan teknologi traktor berbahan bakar hidrogen untuk mendukung energi bersih dan terbarukan.
“Karena misi dari Regenerative Agricultural adalah membalikkan perubahan iklim dan mengurangi penggunaan karbon pada lingkungan pertanian,” ujarnya.
Keberhasilan tim UGM mendapat empat penghargaan sekaligus dalam kompetisi ini, Kata Anggie, tidak lepas dari persiapan yang mereka lakukan selama 1 bulan yakni dengan mendalami riset tersebut dengan acuan studi literature dan jurnal internasional dan dibimbing langsung oleh Dr.nat.tech Andriati Ningrum, dan Dr. Manikharda.
Ia berharap kedepan produk All Can Eat Meat segera direalisasikan mengingat potensi pasar yang dimiliki cukup besar, dan impak produk yang cukup baik. Selain itu, produk ini merupakan salah satu jawaban atas tantangan permasalahan ketahanan pangan yang ada di regional ASEAN.
Kegiatan tahun ini dilakukan secara daring karena masih dalam suasana pandemi. Pada kompetisi Research Output Model Video Presentation peserta diwajibkan membuat video presentasi selama 10 menit dengan 5 subtema yang berbeda.
Tim All Can Eat Meat mengambil subtema Food Engineering dan merancang produk bernama 3D-Printed Meat Analogue with Broad Beans to Maintain ASEAN Food Security. Inovasi produk ini membahas rancangan daging analog (daging buatan) yang berbahan dasar Kacang koro pedang Canavalia gladiata yang dibuat menggunakan teknologi 3D-printing.
“Kami memilih Kacang koro pedang sebagai bahan dasar produk dikarenakan kami ingin mempromosikan komoditas itu yang kaya akan kandungan protein sebagai alternatif konsumsi kacang soya dan konsumsi daging sapi,” ujarnya.
Proses pembuatan produk dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu Pre-Printing Production, Printing Production, dan Post-Processing Production. Selain itu, metode printing menggunakan metode inkjetting yang mengubah adonan daging buatan menjadi ‘steak-like-model’ dengan cara forming oleh mesin 3D-Printing yang telah diprogram dengan Design CAD to G-Code Model Slicing Converter Methods.
Lalu, produk ini dikemas oleh bahan edible film berbahan rumput laut dan biodegradable plastic yang ramah lingkungan. “Kelebihannya produk ini dapat dikonsumsi oleh siapapun termasuk vegetarian,” paparnya.
Selain itu, pada kompetisi poster competition, tim UGM merancang sebuah konsep yang bernama HYDRA: Heavy-Duty Hydrogen Fuel Cell Tractors to Sustain Regenerative Agricultural. Inovasi ini adalah konsep pengembangan teknologi traktor berbahan bakar hidrogen untuk mendukung energi bersih dan terbarukan.
“Karena misi dari Regenerative Agricultural adalah membalikkan perubahan iklim dan mengurangi penggunaan karbon pada lingkungan pertanian,” ujarnya.
Keberhasilan tim UGM mendapat empat penghargaan sekaligus dalam kompetisi ini, Kata Anggie, tidak lepas dari persiapan yang mereka lakukan selama 1 bulan yakni dengan mendalami riset tersebut dengan acuan studi literature dan jurnal internasional dan dibimbing langsung oleh Dr.nat.tech Andriati Ningrum, dan Dr. Manikharda.
Ia berharap kedepan produk All Can Eat Meat segera direalisasikan mengingat potensi pasar yang dimiliki cukup besar, dan impak produk yang cukup baik. Selain itu, produk ini merupakan salah satu jawaban atas tantangan permasalahan ketahanan pangan yang ada di regional ASEAN.
tulis komentar anda