Kamu Wajib Tahu 3 Hal Ini Sebelum Kuliah di Luar Negeri
Jum'at, 22 Oktober 2021 - 13:53 WIB
Adapun Chevening lebih fokus kepada figur seorang profesional, dan untuk jalur beasiswa yang diusung Fulbright adalah sosok dengan karakter pemimpin yang memiliki rencana jangka panjang.
CEO & founder TransforMe Retno Lestari mengatakan, “Beasiswa itu disesuaikan melalui karakter, kemampuan dan bakat masing-masing. Gagal pada satu beasiswa, belum tentu gagal di beasiswa lain karena setiap beasiswa punya karakter berbeda-beda. Tipsnya adalah harus mengetahui benar kemampuan diri serta visi di masa yang akan datang,” katanya.
2. Koneksi internasional demi masa depan gemilang
Menurut survei yang dilakukan oleh Wise, sebuah perusahaan teknologi global yang membangun cara terbaik untuk memindahkan uang di seluruh dunia, bekerja sama dengan TransforMe, motivasi terbesar untuk belajar di luar negeri adalah membangun jaringan dan hubungan yang kuat (74%), mendapatkan pengalaman hidup baru (73%), dan untuk meningkatkan prospek pekerjaan di masa depan (61%).
Nadhira Afifa dalam paparannya memberikan beberapa tips bagaimana mahasiswa dapat membangun jaringan dan koneksi saat berada di luar negeri. Salah satu tips untuk membangun koneksi adalah dengan berpartisipasi dalam acara.
Misalnya, Nadhira aktif menghadiri konferensi dan mencari peluang magang. Biasanya, konferensi ini dihadiri oleh orang-orang terkemuka dan berpartisipasi dalam acara ini memberi kesempatan yang baik untuk berinteraksi dengan mereka.
3. Butuh layanan transfer uang : murah, cepat dan transparan
Dalam presentasi dari Elian Ciptono Country Manager Indonesia, Wise, ia menunjukkan, transfer uang ke luar negeri yang mahal, lambat dan tidak transparan secara signifikan berdampak pada keuangan dan kesejahteraan siswa Indonesia saat berada di luar negeri.
Setelah mengalami kekesalan yang sama dengan transfer uang ke luar negeri ketika dia menjadi mahasiswa internasional, Elian menjelaskan beberapa temuan dari survei yang menemukan bahwa 58% orang Indonesia yang belajar di luar negeri merasa bahwa biaya transfer ke luar negeri yang tinggi berdampak pada anggaran hidup mereka.
“Temuan survei kami menunjukkan 75% pelajar Indonesia masih minati kuliah di luar negeri di masa pandemi, dibalik itu ada kebutuhan yang besar bagi pelajar untuk melakukan transfer ke luar negeri yang lebih murah, lebih cepat dan lebih transparan untuk mempermudah hidup pelajar Indonesia di luar negeri,” ujarnya.
CEO & founder TransforMe Retno Lestari mengatakan, “Beasiswa itu disesuaikan melalui karakter, kemampuan dan bakat masing-masing. Gagal pada satu beasiswa, belum tentu gagal di beasiswa lain karena setiap beasiswa punya karakter berbeda-beda. Tipsnya adalah harus mengetahui benar kemampuan diri serta visi di masa yang akan datang,” katanya.
2. Koneksi internasional demi masa depan gemilang
Menurut survei yang dilakukan oleh Wise, sebuah perusahaan teknologi global yang membangun cara terbaik untuk memindahkan uang di seluruh dunia, bekerja sama dengan TransforMe, motivasi terbesar untuk belajar di luar negeri adalah membangun jaringan dan hubungan yang kuat (74%), mendapatkan pengalaman hidup baru (73%), dan untuk meningkatkan prospek pekerjaan di masa depan (61%).
Nadhira Afifa dalam paparannya memberikan beberapa tips bagaimana mahasiswa dapat membangun jaringan dan koneksi saat berada di luar negeri. Salah satu tips untuk membangun koneksi adalah dengan berpartisipasi dalam acara.
Misalnya, Nadhira aktif menghadiri konferensi dan mencari peluang magang. Biasanya, konferensi ini dihadiri oleh orang-orang terkemuka dan berpartisipasi dalam acara ini memberi kesempatan yang baik untuk berinteraksi dengan mereka.
3. Butuh layanan transfer uang : murah, cepat dan transparan
Dalam presentasi dari Elian Ciptono Country Manager Indonesia, Wise, ia menunjukkan, transfer uang ke luar negeri yang mahal, lambat dan tidak transparan secara signifikan berdampak pada keuangan dan kesejahteraan siswa Indonesia saat berada di luar negeri.
Setelah mengalami kekesalan yang sama dengan transfer uang ke luar negeri ketika dia menjadi mahasiswa internasional, Elian menjelaskan beberapa temuan dari survei yang menemukan bahwa 58% orang Indonesia yang belajar di luar negeri merasa bahwa biaya transfer ke luar negeri yang tinggi berdampak pada anggaran hidup mereka.
“Temuan survei kami menunjukkan 75% pelajar Indonesia masih minati kuliah di luar negeri di masa pandemi, dibalik itu ada kebutuhan yang besar bagi pelajar untuk melakukan transfer ke luar negeri yang lebih murah, lebih cepat dan lebih transparan untuk mempermudah hidup pelajar Indonesia di luar negeri,” ujarnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda