Prita Kemal Gani Raih Gelar Doktor Kehormatan dari Coventry University Inggris
Selasa, 16 November 2021 - 17:31 WIB
Lebih jauh Prita menegaskan, Indonesia telah menghasilkan tenaga humas paling banyak di dunia. Saat ini, Indonesia mempunyai 226.000 profesional humas yang terdata melalui LinkedIn.
Sementara itu, Indonesia juga mempunyai sekitar 210 Perguruan Tinggi dengan Fakultas Komunikasi Jurusan Kehumasan, di mana setiap tahunnya sedikitnya telah meluluskan sekitar 10 ribu lulusan kehumasan.
Lulusan tersebut tentu saja dapat diserap oleh berbagai perusahaan di Indonesia, baik berskala nasional maupun multinasional. Termasuk, jaringan hotel terkemuka di dunia, yang beroperasi di Indonesia, terutama di Bali.
“Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai departemen kehumasan dan pastinya banyak keterlibatan Humas Indonesia dalam International operation," Prita meyakini.
Akhir Oktober lalu, menurut Prita, Indonesia baru saja memegang kepemimpinan dalam G20 (setelah Italy). Dampaknya, Sepanjang 2022 nanti akan banyak event, forum, serta diskusi yang berkaitan dengan pembahasan tentang G20 dari 20 negara yang terlibat di dalamnya.
“Untuk diseminasi informasi terkait dengan event-event tersebut, tentu saja menjadi tugas humas, antara lain Humas Indonesia. Selain G20, Indonesia juga memegang peran penting di COP26, ASEAN, UN, PBB, SDG. Dengan demikian, Humas Indonesia juga sangat berperan dalam dunia internasional,” paparnya.
Peran humas lainnya, ditegaskan Prita, adalah ketika Indonesia berhasil menangani Covid-19.
Dalam menghadapi tantangan di masa pandemi, dikatakan Prita, ada 5 hal yang harus dilakukan seorang profesional PR. Pertama, disiplin dan konsisten. Artinya, walaupun pekerjaan PR telah banyak terbantu dengan teknologi dan kesempatan WFH, di masa pandemi ini, PR harus tetap menghasilkan pekerjaan yang unggul dan tepat waktu serta hasil yang memuaskan.
Kedua, untuk bisa bertahan menjadi Humas Profesional, maka harus selalu kreatif dan inovatif dengan cara banyak membaca dan mendengar. “Profesional PR juga harus selalu melakukan riset dan melatih diri untuk menganalisis hasil riset tersebut untuk merancang program PR,” ujar Prita.
Ketiga, PR harus menguasai ilmu bergaul (relationship skill) agar mudah diterima di masyarakat dan dapat berperan di masyarakat. Keempat, PR harus menguasai Bahasa Inggris, terus belajar teknologi, beradaptasi dengan teknologi maupun perangkatnya,serta dapat memanfaatkan data.
Sementara itu, Indonesia juga mempunyai sekitar 210 Perguruan Tinggi dengan Fakultas Komunikasi Jurusan Kehumasan, di mana setiap tahunnya sedikitnya telah meluluskan sekitar 10 ribu lulusan kehumasan.
Lulusan tersebut tentu saja dapat diserap oleh berbagai perusahaan di Indonesia, baik berskala nasional maupun multinasional. Termasuk, jaringan hotel terkemuka di dunia, yang beroperasi di Indonesia, terutama di Bali.
“Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai departemen kehumasan dan pastinya banyak keterlibatan Humas Indonesia dalam International operation," Prita meyakini.
Akhir Oktober lalu, menurut Prita, Indonesia baru saja memegang kepemimpinan dalam G20 (setelah Italy). Dampaknya, Sepanjang 2022 nanti akan banyak event, forum, serta diskusi yang berkaitan dengan pembahasan tentang G20 dari 20 negara yang terlibat di dalamnya.
“Untuk diseminasi informasi terkait dengan event-event tersebut, tentu saja menjadi tugas humas, antara lain Humas Indonesia. Selain G20, Indonesia juga memegang peran penting di COP26, ASEAN, UN, PBB, SDG. Dengan demikian, Humas Indonesia juga sangat berperan dalam dunia internasional,” paparnya.
Peran humas lainnya, ditegaskan Prita, adalah ketika Indonesia berhasil menangani Covid-19.
Dalam menghadapi tantangan di masa pandemi, dikatakan Prita, ada 5 hal yang harus dilakukan seorang profesional PR. Pertama, disiplin dan konsisten. Artinya, walaupun pekerjaan PR telah banyak terbantu dengan teknologi dan kesempatan WFH, di masa pandemi ini, PR harus tetap menghasilkan pekerjaan yang unggul dan tepat waktu serta hasil yang memuaskan.
Kedua, untuk bisa bertahan menjadi Humas Profesional, maka harus selalu kreatif dan inovatif dengan cara banyak membaca dan mendengar. “Profesional PR juga harus selalu melakukan riset dan melatih diri untuk menganalisis hasil riset tersebut untuk merancang program PR,” ujar Prita.
Ketiga, PR harus menguasai ilmu bergaul (relationship skill) agar mudah diterima di masyarakat dan dapat berperan di masyarakat. Keempat, PR harus menguasai Bahasa Inggris, terus belajar teknologi, beradaptasi dengan teknologi maupun perangkatnya,serta dapat memanfaatkan data.
tulis komentar anda